Mohon tunggu...
Lidwina E. H.
Lidwina E. H. Mohon Tunggu... -

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Resilient City: Strategi Pengentasan Permasalahan Banjir di Samarinda

4 Desember 2016   16:07 Diperbarui: 14 Desember 2016   15:17 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://100rcsemarang.org/ketahanan-kota/

Banjir di Kota Samarinda

Sebagai ibukota provinsi Kalimantan Timur, Samarindamenjadi salah satu kota dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi.Menurut BPS Kota Samarinda, tahun 2015 jumlah penduduk di Samarinda adalah 812.597 orang.

Dengan luas wilayah 718 km2, kepadatan penduduk diKota Samarinda pada tahun 2015 mencapai 1.132 orang/km2. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi menyebabkan kebutuhan akan lahan di Samarinda juga semakin tinggi. Hal ini menyebabkan lahan terbuka hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan air semakin berkurang.

Sumber: RPJPD Kota Samarinda Tahun 2005 – 2025
Sumber: RPJPD Kota Samarinda Tahun 2005 – 2025
Peggunaan Lahan Kota Samarinda Tahun 2011

Menurut Pemerintah Kota Samarinda, saat ini penggunaan lahan di Kota Samarinda didominasi oleh lahan terbangun yaitu seluas 28.666Haatau 39,92% dari luas wilayah Kota Samarinda. Sedangkan untuk ruang terbukahijau (RTH) seperti hutan hanya seluas 2.683 atau 3,74% dari luas wilayah KotaSamarinda. Kurangnya lahan RTH menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya banjir.

Hal ini kemudian didukung dengan curah hujan cukup tinggi di Samarinda yaitu 174,8 mm/bulan (BPS, 2015). Dengan jumlah curah hujan yang cukup tinggi,kondisi topografi yang 58,29% landai dan datar, serta letak geografis yang sebagian besar berada di daerah DAS Sungai Mahakam, Kota Samarinda memiliki potensi dan resiko yang tinggi terhadap terjadinya bencana banjir.

Sumber: BPS Samarinda, 2015
Sumber: BPS Samarinda, 2015
Jumlah Curah Hujan Kota Samarinda Tahun 2015

Saat ini terdapat 48 titik banjir di Samarinda, dan terdapat kemungkinan titik-titik daerah rawan banjir akan semakin meluas karena strategi mengatasi dan pengendalian banjir yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Samarinda belum menunjukkan hasil yang signifikan. Dilansir dari Tribun Kaltim, pakarekonomi ekonomi lingkungan Kaltim, Bernaulus Saragih menyebutkan bahwa bencana banjir telah mengakibatkan kerugian 200-250 miliar setiap tahunnya.

Untuk itu Kota Samarinda membutuhkan solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan banjir. Intervensi yang dapatdilakukan adalah perencanaan pembangunan, penataan ruang, dan sistem alamdengan rehabilitasi dan konservasi ekosistem (Pratiwi, 2009). Implementasikan konsep kota tangguh (resilient city)adalah salah satu contohnya.

Sumber: http://100rcsemarang.org/ketahanan-kota/
Sumber: http://100rcsemarang.org/ketahanan-kota/
Framework Resilient City

Menurut Dr. C.S. “Buzz” Holling (dalam Craig Applegath, 2012) ketahanan adalah kapasitas sebuah sistem untuk menangani guncangan atau gangguan dengan tetap mempertahankan fungsi dasar dan strukturnya. Selanjutnya Mandala (2014) berpendapat bahwa resilient city merupakan konsep yang memiliki hubungan dengan konsep pembangunan berkelanjutan, yang juga dibangun di atas tiga dimensi yaitu mitigasi, adaptasi, dan inovasi.

  1. Mitigasi adalah pengurangan risiko relatif terhadap kapasitas objek.
  2. Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap risiko, yang disesuaikan dengan bahaya dan kerentanan yang ada di objek.
  3. Inovasi adalah Persija dan strategi untuk mengatasi risiko yang berada di luar kapasitas yang ada pada objek, seperti menciptakan teknologi baru untuk mengurangi risiko bencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun