[caption caption="surabaya 17-7-2015"][/caption]
Â
Ketika keindahan bukan lagi menjadi harta
Dan kekayaan tak lagi membuka mata
Wanita kan tumbuh menjadi sebuah mutiara
Mutiara yang tertimbun pekatnya tanah dibawah sana
Â
Dan ketika sang mutiara tak lagi mau berKATA
 Bagaikan kelereng ia terlempar entah kemana
Terombang-ambing di tangan sang dewa
Yang ia lakukan hanya diam dan menurut saja
Â
Di dunia berbeda, lain mutiara berada dalam cahaya
Yang senantiasa menyilaukan mata manusia
Dan menakhlukkan makhluk sekitarnya dengan KATAnya
Ia lah mutiara idaman mutiara lainnya
Â
Banyak juga mutiara lainya yang suka berKATA
Yang bertindak sebagai pengamat lingkungannya
Namun tunduk dan redup ketika temui tuannya
Mereka mutiara di sekitar kita
Â
Lantas bagaimana dengan wanita perkasa?
Ia bukan lagi mutiara yang mau berKATA
Karena ia juga punya kuasa
Menggemparkan dunia dengan cita-cita nya
Â
Namun ada juga mutiara diatas sajadah
Ia diam bukan karena ia tak mau berKATA
Ia punya kuasa namun tak semena-mena
Ia diam tuk tunjukkan kuasaNya
Â
Sesungguhnya wanita tak hanya sekedar mutiara
Karena ia adalah permata yang indah
Yang tak hanya penanda harta dan kuasa saja
Karena wanita tak hanya mampu sebagai peredam amarah
Namun juga sebagai penyulut api dunia
 Karena wanita juga manusia yang berhak punya KATA
Namun wajib diam ketika dunia mengandalkannya.
Surabaya, 11 Maret 2016, 17:46
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H