Mohon tunggu...
Maulida Nurul Izza
Maulida Nurul Izza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Autumn dancers, celebrate the change in a vibrant display of colors. With their graceful touch, become a mesmerizing masterpiece of nature, spreading a message of tranquility with each gentle breeze.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Usia Tidak Menjadi Tolak Ukur Kekerasan Seksual pada Saat Ini

4 Desember 2023   14:52 Diperbarui: 5 Desember 2023   09:15 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu elemen kunci yang berkontribusi pada kekerasan seksual pada pelajar adalah kurangnya pendidikan seksual yang komprehensif.  Pendidikan seks yang tidak memadai dapat meninggalkan pelajar dalam ketidakpahaman tentang batasan, persetujuan, dan hak mereka dalam hubungan.  Ketiadaan pemahaman ini dapat menciptakan celah yang memungkinkan terjadinya tindakan kekerasan seksual.  Alasan utama mengapa pendidikan seks menjadi penting adalah memberikan informasi yang akurat dan ilmiah tentang tubuh dan reproduksi manusia.  Dengan pemahaman yang benar, individu dapat mengelola perubahan fisik yang terjadi selama masa pubertas dan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk mengambil keputusan yang sehat terkait seksualitas mereka.

Pendidikan seks tidak hanya tentang aspek fisik, tetapi juga melibatkan pengembangan keterampilan sosial dan emosional.  Mendidik individu tentang hubungan sehat, persetujuan, dan komunikasi yang efektif membantu membentuk keterampilan interpersonal yang diperlukan untuk membangun hubungan yang bermakna dan menghormati satu sama lain.  Pendidikan seks juga berperan dalam mengatasi masalah kekerasan seksual dan pelecehan. Dengan meningkatkan kesadaran tentang batasan-batasan pribadi, hak-hak individu, dan tindakan preventif, pendidikan seks membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan bebas dari kekerasan.

Masyarakat yang memiliki akses terhadap pendidikan seks cenderung lebih sadar dan bertanggung jawab terhadap perilaku seksual mereka.  Pemahaman tentang risiko dan tanggung jawab dapat membantu mengurangi angka kehamilan remaja, penyebaran PMS (Penyakit Menular Seks), dan masalah kesehatan seksual lainnya.

Norma kekerasan dan ketidaksetaraan gender turut berperan.  Lingkungan yang meremehkan tindakan pelecehan menciptakan celah untuk perilaku tersebut, sementara ketidaksetaraan gender memberikan dasar bagi tindakan kekerasan.  Keadaan sosial yang dipenuhi ketidaksetaraan dan tingkat kekerasan tinggi juga memainkan peran.  Pelajar yang tumbuh dalam lingkungan semacam ini lebih rentan terhadap risiko kekerasan seksual.  Kurangnya pengawasan dan perlindungan di lingkungan pendidikan serta pengaruh pelecehan di lingkungan sosial juga dapat memperburuk situasi.

Upaya pencegahan harus memperkuat pendidikan seks komprehensif, mengubah norma budaya, dan menciptakan lingkungan yang aman bagi pelajar untuk melaporkan kekerasan.  Melibatkan semua pihak dalam usaha ini menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang bebas dari kekerasan seksual.

Selain memperkuat pencegahan di bidang pendidikan, ada pihak lain yang perlu menangani kasus-kasus yang terjadi.  Kekerasan seksual, sebagai tantangan yang meluas dan serius, menuntut respons yang efektif dari aparat hukum.  Maraknya kasus kekerasan seksual mengekspos kompleksitas dalam menangani masalah ini, dan untuk itu, aparat hukum harus mengambil langkah-langkah yang komprehensif untuk memastikan keadilan dan perlindungan bagi masyarakat.  Pertama-tama, diperlukan penguatan hukum dan penegakan hukum.  Undang-undang terkait kekerasan seksual harus diperkuat untuk memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku.  Selain itu, penegakan hukum yang efektif dan cepat perlu dijamin untuk memastikan bahwa setiap kasus diperlakukan dengan serius dan adil.  Proses penyelidikan dan pengadilan harus mencerminkan keberpihakan terhadap korban dan memberikan kepastian hukum.

Dengan menggabungkan upaya-upaya ini, aparat hukum dapat berperan sebagai agen perubahan yang memastikan keadilan bagi korban, penindakan tegas terhadap pelaku, dan masyarakat yang lebih aman dari ancaman kekerasan seksual.  Keseriusan dan kesinambungan dalam menjalankan upaya-upaya ini akan membentuk dasar yang kokoh dalam melawan maraknya kasus kekerasan seksual.

-Jepara, Jawa Tengah.

Maulida Nurul Izza (231320000751), penulisan artikel ini guna memenuhi tugas Ujian Akhir Semester yang diampu oleh Bapak Dr. Wahidullah, S.H.I., M.H.

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun