Mohon tunggu...
Lia Wahab
Lia Wahab Mohon Tunggu... Jurnalis - Perempuan hobi menulis dan mengulik resep masakan

Ibu rumah tangga yang pernah berkecimpung di dunia media cetak dan penyiaran radio komunitas dan komunitas pelaku UMKM yang menyukai berbagai jenis kerja kreatif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jejak Megawati Soekarnoputri dalam Kebesaran Nama Syekh Yusuf di Afrika Selatan

19 Januari 2019   07:58 Diperbarui: 19 Januari 2019   08:11 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nun jauh di sana, di pinggir Kota Cape Town, sebuah bangunan putih kecil berkubah hijau tegak berdiri. Dari luar terlihat nyaris tak ada yang istimewa dengan bangunan itu tetapi di dalamnya pernah bersemayam jasad ulama, pejuang, sufi, pahlawan nasional Indonesia bernama Syekh Yusuf Al-Makassari, putra bangsa kelahiran Gowa, Sulawesi Selatan, 3 Juli 1626.

Nama "Yusuf" berasal dari nama "Muhammad Yusuf" yang diberikan oleh Sultan Alauddin, penguasa kerajaan Gowa pertama yang beragama Islam. Di dekat makam itu terdapat juga sebuah tugu dengan prasasti dari batu pualam bertuliskan : "In the Ship Voetboeg Saint Yusuf came from Caylon to the Cape in 1694. He, is family and 49 followers were the first to read the Holy Koran in South Africa."

Tulisan itu mengatakan bahwa Syekh Yusuf adalah orang pertama yang membawa agama Islam ke Afrika Selatan.

Syekh Yusuf adalah ulama sekaligus pejuang kemerdekaan yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan. Ia berguru pada Sayyid Ba-Alawi bin Abdul Al-Allamah Attahir dan Sayyid Jalaludin Al-Aidid dari Gowa, dan Syekh Nuruddin Ar-Raniri dari Aceh. Syekh Yusuf menikahi putri Sultan Gowa dan mempelajari agama Islam selama 20 tahun di Timur Tengah.

Saat Kesultanan Gowa kalah perang dari Belanda, Syekh Yusuf hijrah ke Banten. Di Banten, Syekh Yusuf kembali mengajarkan agama Islam kepada 400 orang murid dari berbagai daerah. Di Banten juga Syekh Yusuf membantu sahabatnya, Sultan Ageng Tirtayasa melawan para penjajah Belanda.

Saat pasukan Sultan Ageng Tirtayasa dikalahkan pasukan Belanda pada tahun 1682, Syekh Yusuf pun ditangkap. Syekh Yusuf dianggap masih berbahaya bagi Belanda karena banyaknya murid yang ia ajarkan, lalu ia pun diasingkan ke Srilanka pada tahun 1684.

Di Sri Lanka Syekh Yusuf masih bisa berkomunikasi dengan pengikutnya di Nusantara melalui jamaah haji Indonesia yang singgah ke Sri Lanka. Karena itu, Syekh Yusuf kembali diasingkan ke lokasi yang jauh yaitu ke Afrika Selatan pada tahun 1693.

Pada tahun 1995 Syekh Yusuf diberi gelar pahlawan nasional oleh presiden Soeharto. Pada tahun 2009, atas usulan presiden Megawati Soekarnoputri, Syekh Yusuf dianugerahi gelar Oliver Thambo yaitu penghargaan sebagai Pahlawan Nasional Afrika Selatan oleh Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki kepada ahli warisnya.

Mengapa Megawati mengusulkan pemberian gelar pahlawan nasional Afrika Selatan untuk Syekh Yusuf?

Megawati dengan tokoh pejuang sekaligus mantan presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, sudah layaknya sahabat. Nelson Mandela sebelumnya sangat dekat dan mengagumi Bung Karno yang dianggapnya sebagai tokoh inspirator kemerdekaan Afrika Selatan. 

Di mata Nelson Mandela, semangat perjuangan Afrika Selatan dipelopori oleh pidato Bung Karno di konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955.

Pada tahun 1999, saat masih menjabat sebagai presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela mengunjungi Indonesia dan bertemu Megawati. Itulah kali pertama Megawati bertemu Nelson Mandela. 

Saat itu Nelson Mandela menceritakan kekagumannya dengan Bung Karno dan Syekh Yusuf, pejuang Islam dari Indonesia yang dibuang ke negerinya oleh penjajah Belanda.

Tokoh peraih nobel tersebut mengakui bahwa Syekh Yusuf adalah inspirasinya untuk bertahan dengan keyakinannya memperjuangkan kemerdekaan Afrika Selatan dari kaum apatheid. 

Megawati sangat tersentuh pada pengalaman batin seorang pemimpin Afrika Selatan yang juga jadi inspirasi bagi pemimpin-pemimpin lainnya di dunia itu.

Pada kesempatan yang sama, Megawati pun memohon kepada Nelson Mandela untuk memberikan gelar pahlawan kepada Syekh Yusuf atas perjuangannya membela negara dan agama Islam.

Keakraban mereka sebagai sahabat pun berlanjut. Menurut Wasekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, sebagai penghormatan terhadap Nelson Mandela, Megawati pernah mengirim batik kepada Nelson Mandela. 

Bahkan, saat menjabat sebagai presiden RI yang ke-5, di tahun 2003 Megawati mengunjungi Afrika Selatan. Padahal, kala itu Nelson Mandela sudah tidak lagi menjadi presiden Afrika Selatan.

Dalam kunjungan tersebut, Megawati mengunjungi Makam Syekh Yusuf dan terkesima dengan serta peninggalan sejarah Islam yang berkaitan dengan Syekh Yusuf. Saat mengunjungi makam, Megawati mengunjungi pula mesjid pertama di Afrika Selatan. Masjid tersebut dinamakan masjid Auwal.

Dulu, masjid itu dibangun oleh Tuan Guru setelah beberapa kali permohonan izin kepada pemerintah kolonial ditolak. Tetapi, konstruksi bangunan lama masjid yang dibangun Tuan Guru itu sudah tidak ada lagi. Masjid tersebut sudah berbentuk bangunan berlantai dua yang dihimpit dinding bangunan-bangunan lain di sampingnya.

Walaupun sudah tua, masjid itu terbukti menjadi bagian dari syiar Islam yang juga mengilhami seorang Nelson Mandela untuk bergerak merebut kemerdekaan Afrika Selatan dari kaum apartheid.

Menurut, Nelson Mandela terbakar semangatnya ketika melihat konsistensi dan kesabaran Syekh Yusuf dalam melakukan syiar agama dengan baik pada situasi yang sulit di masa pembuangan. Nelson Mandela kagum karena seorang Syekh Yusuf yang jauhnya dua belas ribu kilometer dari kampung halamannya saja bisa bersabar dan tetap konsisten memperjuangkan syiar Islam.

Megawati mengambil inisiatif untuk mengupayakan pembangunan masjid Syekh Yusuf yang setelah bertemu dengan warga di kampung Makassar. Mereka berkeinginan agar ada sebuah masjid di kompleks makam tersebut. 

Tanpa menggunakan APBN, Megawati memimpin pembangunan masjid dengan cara gotong royong. Bahkan karena kecintaan Megawati dengan produk Nusantara, pintu masjid tersebut dibuat dari ukiran kayu khas Jepara.

Megawati adalah seorang muslim yang juga mengagungkan kebudayaan nusantara. Beliau memang bukan seorang penganut Islam yang fanatik tetapi kecintaan seorang Megawati terhadap pejuang-pejuang Islam cukup besar. 

Dua nama putra Megawati yang disematkan kata Muhammad juga merupakan bukti kecintaannya kepada nabi Muhammad sebagai pembawa syiar Islam pertama di muka bumi.

Selain membangun mesjid untuk mengenang perjuangan Syekh Yusuf, Megawati juga meminta kepada Nelson Mandela untuk mengusahakan pemberian gelar kepahlawanan bagi tokoh ini.

Akhirnya pada tahun 2005, presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki memberikan penghargaan Oliver Thambo atau gelar pahlawan nasional Afrika Selatan untuk mendiang Syekh Yusuf melalui tiga orang ahli warisnya dengan disaksikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Syekh Yusuf memang sudah menjadi inspirasi bagi tokoh bangsa Afrika Selatan, Nelson Mandela, inspirasi bagi dunia dan bagian dari maha karya peradaban Islam. Peran Megawati dalam pembangunan mesjid dan pemberian gelar Syekh Yusuf adalah bagian dari prinsip yang ditanamkan Bung Karno "Jangan sekali-sekali melupakan sejarah."

"Menjadi kewajiban saya sebagai Presiden RI untuk memberikan penghormatan terhadap perjuangan Syeh Yusuf. Itulah penghormatan yang layak dan sudah sehaarusnya diberikan kepada pahlawan bangsa", tegas Megawati dalam sebuah kesempatan.

Islam selain menjadi agama yang dianut Megawati juga sebagai pertalian ideologis antara ia dengan Bung Karno. Megawati sangat menghargai penghormatan yang diberikan oleh pemimpin negeri Afrika Selatan terhadap tokoh islam asal Indonesia itu.

"Inilah bagian dari prinsip Ketuhanan Yang Berkebudayaan, yang tidak ada egoisme antar agama; suatu kehidupan keagamaan yang menyatu dengan kebudayaannya," terangnya.

Semoga langkah Megawati maupun pemimpin kita sebelumnya dalam menghormati jasa para pahlawan tidak lekang ditelan zaman.karena... "bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya"  (Bung Karno).

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun