Mohon tunggu...
Lia Wahab
Lia Wahab Mohon Tunggu... Jurnalis - Perempuan hobi menulis dan mengulik resep masakan

Ibu rumah tangga yang pernah berkecimpung di dunia media cetak dan penyiaran radio komunitas dan komunitas pelaku UMKM yang menyukai berbagai jenis kerja kreatif

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kegantengan Sandiaga yang Kian Luntur

13 Januari 2019   08:43 Diperbarui: 14 Januari 2019   12:16 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andi Arief yang cemburu mewakili 'bigboss'nya karena tidak naiknya AHY sebagai cawapres kubu manapun seolah sedang membongkar aib. Ia mengatakan bahwa Prabowo adalah jendral yang selalu minta mahar. Sandi pun dicecar media dan tak bisa berkutik selain mengakui. Sandi mengatakan bahwa dana itu untuk logistik kampanye kubu Prabowo dan ia akan konsultasikan sendiri ke KPK.

Selama sepuluh bulan Sandi jadi wakil gubernur DKI Jakarta sudah banyak blunder ucapan seorang Sandi yang viral di media. Di masa kampanye saja ia menjanjikan akan membuat Kartu Jakarta Jomblo untuk penduduk DKI Jakarta yang masih lajang. Saya sampai geleng kepala saking bingungnya apa faedah kartu yang Sandi tawarkan itu. 

Namanya cukup nyeleneh, mungkin ia pikir itu akan menarik simpati kaum milenial yang masih lajang. Faktanya selama ia menjabat sebagai wakil gubernur, program kartu ini tak pernah terealisasi. Sandi juga menggagas program OKE OCE dengan kepanjangan One Kecamatan One Center of Enterpreneurships yang sampai ia meninggalkan kursi wakil gubernur realisasi program tersebut tidak jelas. 

Ia menjanjikan UKM akan dibantu modal usaha, diberikan pelatihan yang sesuai dan didampingi sampai usahanya maju. Jangankan UKM, gerai OKE OCE yang dibuatnya saja malah bangkrut dan tutup karena kalah saingan dengan jaringan mini market kecil lainnya. Program pendampingan UKM ini pun mandeg, tak seindah yang pernah digambarkan seorang juru kampanyenya, Neno Warisman.

Setelah masa kampanye pilpres 2019, kebohongan Sandi semakin menjadi-jadi. Menurut saya, pengakuan bahwa seorang Sandi bisa sukses dan kaya raya bukan karena faktor nama besar dan kekayaan orang tuanya juga termasuk kebohongan. Ia mengaku pernah menjadi pengangguran dan pernah dengan susah payah merintis usahanya sendiri. Yuk coba kita tilik perjalanan hidupnya lagi mulai dari masa sekolah. 

Sandi bersekolah dasar di SD PSKD Jakarta yang merupakan salah satu sekolah bertarif super mahal di Jakarta dan teman sekolahnya tentu saja rata-rata kalangan atas. Ia memang sempat bersekolah negeri saat di SMP. Tetapi, masa SMA dihabiskan di sekolah Pangudi Luhur yang juga sekolah bertarif mahal. 

Sandi lalu melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah di Wichita State University, Amerika Serikat. Bayangkan, berapa besar biaya kuliah S1 di Amerika Serikat belum lagi biaya hidupnya di sana. Siapa lagi yang menanggung kalau bukan orang tuanya?

Sandiaga sempat bekerja di beberapa perusahaan hingga sampai pada posisi Wakil Presiden Eksekutif di perusahaan NTI Resources Ltd, Canada tahun 1997. Posisi itu pula akhir masa karirnya di perusahaan tersebut karena perusahaannya gulung tikar akibat krisis moneter di tahun 1997. Sandi pun mengaku sempat menganggur dan mencari kerja ke sana kemari hingga pada tahun itu juga ia bersama rekannya mendirikan perusahaan Recapital. 

Berbekal jaringan pertemanan dari sekian sekolah kalangan atas yang ia lalui, track record kerjanya dan tentunya nama besar orangtua, Sandi pun akrab dengan pengusaha William Soerjadjaya, pendiri PT. Astra Internasional. Pengusaha inilah yang menjadi mentor Sandi di bidang bisnis. 

Pada tahun 1997 juga Sandi bersama dengan Edwin Soerjadjaya, anak dari William Soerdjajaja, mendirikan PT. Saratoga Investama Sedaya yang besar hingga hari ini.

Mekanisme bisnis yang dijalankan Sandi di PT. Saratoga ini adalah menghimpun modal investor untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang mengalami masalah keuangan. Kemudian, perusahaan sandi membenahi dan mengembangkan kinerja perusahaan-perusahaan tersebut hingga sehat kembali. Setelah kembali sehat, aset perusahaan-perusahaan tersebut dijual lagi dengan nilai yang jauh lebih tinggi. Bahkan, hingga tahun 2009 saja sudah ada 9 perusahaan yang diambil alih oleh PT. Saratoga dan beberapa di antaranya telah dijual kembali termasuk PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun