Diskusi yang di buka oleh Staf Khusus Presiden, Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, Dr. Sabine Machl, perwakilan dari UN Women-Asean dan Dr. Steven Baraclough, Minister Counsellor DFAT ini mempertemukan beberapa tokoh perwakilan dari Kementerian PUPR, Komnas Perempuan, Partnership ID, kalangan profesional, masyarakat dan media.
Beberapa hal dikemukakan dalam diskusi ini yaitu adanya nilai-nilai matrilineal dan patrilineal yang mempengaruhi pola kebiasaan maupun norma yang diterapkan di masyarakat yang berpengaruh pada suasana ruang publik. Misalnya, nilai-nilai yang melarang perempuan beraktifitas di luar rumah pada malam hari yang membuat fasilitas publik tidak diciptakan tetap aman dan nyaman buat perempuan di malam hari.Â
Selain itu, ada perubahan nilai-nilai dan karakter ego di masyarakat untuk saling toleransi dalam menggunakan fasilitas publik. Contoh kasus di kursi halte bis ada lansia atau ibu hamil yang membutuhkan kursi untuk duduk belum tentu akan diberikan oleh mereka yang lebih dulu duduk di kursi tersebut.
Pemerintah saat ini sudah membangun banyak infrastruktur yang aman dana ramah bagi kebutuhan perempuan dan anak perempuan tetapi belum semua sudut kota maupun daerah lainnya merasakannya.Â
Tapi satu hal penting yang saya tangkap selain pentingnya infrastruktur yang dibangun yaitu mental positif mau memelihara fasilitas, disiplin dalam pemanfaatan infrastruktur dan rasa toleransi agar semua pihak dapat menikmati manfaat secara adil. Yang terpenting, semoga kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan dapat ditekan jumlahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H