Mohon tunggu...
Lia Wardah
Lia Wardah Mohon Tunggu... Lainnya - Perantau Baru

Kalo ngomong belepotan, kalo nulis kewalahan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Antara Iman dengan Cinta dan Bodoh

27 Januari 2025   09:38 Diperbarui: 27 Januari 2025   09:45 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, mungkin ada di antara kita yang masih ragu atau malas untuk shalat. Kita mungkin bertanya, "Mengapa harus shalat lima waktu? Apa pengaruhnya dalam hidup saya?" Pertanyaan ini wajar muncul, terutama jika kita belum memahami kedalaman iman itu sendiri.

Coba renungkan kembali analogi sopir angkot tadi. Anda percaya kepada sopir untuk membawa Anda ke tujuan. Lalu, bagaimana dengan Allah yang menciptakan Anda, memberi Anda kehidupan, rezeki, dan segalanya? Jika kita bisa mempercayai seorang sopir untuk perjalanan singkat, mengapa kita sulit mempercayai Allah untuk perjalanan hidup kita? Shalat adalah bentuk kepercayaan itu. Dengan shalat, kita menyerahkan hidup kita kepada Allah, memohon petunjuk-Nya, dan menunjukkan rasa syukur kita atas nikmat-Nya yang tak terhitung.

Peristiwa Isra Mi'raj adalah bukti nyata bagaimana iman yang kokoh membawa kita kepada kedekatan dengan Allah. Nabi Muhammad SAW diperjalankan oleh Allah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, lalu naik ke Sidratul Muntaha. Dalam peristiwa inilah umat Islam menerima perintah shalat lima waktu langsung dari Allah. Shalat adalah hadiah istimewa yang Allah berikan kepada kita. Dalam shalat, kita memiliki kesempatan untuk berbicara langsung kepada Allah, memohon ampunan-Nya, dan memperbarui iman kita. Shalat bukan sekadar kewajiban, tetapi juga kesempatan untuk mendekat kepada Sang Pencipta.

Cinta sejati tidak pernah bodoh, begitu pula dengan iman. Iman adalah keyakinan yang lahir dari pengamatan, refleksi, dan pengalaman mendalam. Sama seperti kita mempercayai sopir angkot yang ahli, kita mempercayai Allah yang telah menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya dalam hidup kita.

Namun, iman yang benar tidak berhenti pada kepercayaan saja. Iman harus diwujudkan dalam amal perbuatan, dan shalat adalah wujud paling nyata dari iman itu. Jika Anda masih ragu untuk shalat, coba tanyakan pada diri Anda: Apakah saya benar-benar percaya kepada Allah? Jika ya, mengapa saya tidak mau menyembah-Nya?

Shalat adalah bukti cinta dan keimanan kita kepada Allah. Jadikan shalat sebagai cara untuk memperkuat hubungan kita dengan-Nya, mendapatkan kedamaian jiwa, dan menemukan arah hidup. Dengan iman yang benar, hidup kita akan selalu terarah menuju tujuan yang sejati, yaitu ridha Allah dan kebahagiaan abadi di akhirat.


Ditulis untuk menyambut Isra Mikraj 1446H/2025M dengan penuh cinta. 


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun