Mohon tunggu...
Lia Wardah
Lia Wardah Mohon Tunggu... Lainnya - Perantau Baru

Kalo ngomong belepotan, kalo nulis kewalahan.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Mengkritik Penolak AI: Ketakutan atau Ketidaktahuan

23 Agustus 2024   00:41 Diperbarui: 23 Agustus 2024   08:23 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menolak AI berarti menolak kemajuan. Dunia tidak akan berhenti berinovasi, dan teknologi akan terus berkembang, apakah kita menerimanya atau tidak. Mereka yang menolak AI berisiko tertinggal dalam perkembangan global yang semakin kompetitif. Lebih dari itu, penolakan ini juga bisa menjadi penghalang bagi terciptanya solusi-solusi baru yang dapat membantu mengatasi berbagai tantangan global, seperti krisis iklim, masalah kesehatan, dan ketidaksetaraan sosial.

AI membuka pintu bagi inovasi yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Dalam bidang kesehatan, misalnya, AI dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit dengan lebih cepat dan akurat, sehingga menyelamatkan lebih banyak nyawa. Dalam pendidikan, AI dapat mempersonalisasi pembelajaran sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam bisnis, AI dapat mengotomatisasi proses-proses rutin, sehingga karyawan dapat fokus pada inovasi dan pengembangan.

AI Bukan Musuh, Melainkan Mitra

Penolakan terhadap AI mencerminkan ketakutan yang tidak berdasar dan ketidakpahaman akan potensi besar yang ditawarkan teknologi ini. AI bukanlah musuh, melainkan mitra dalam upaya kita untuk mencapai kemajuan yang lebih besar. Mereka yang menolak AI sebaiknya mempertimbangkan kembali posisi mereka, karena hidup berdampingan dengan AI adalah sebuah keniscayaan. Pengguna AI bukanlah manusia yang curang; mereka adalah individu yang memanfaatkan teknologi untuk mengoptimalkan hasil yang lebih baik dan efisien.

Penolak AI sebenarnya hanya ketakutan, ketidaktahuan, atau kemunafikan. 

Sebagai masyarakat yang terus berkembang, kita harus belajar untuk tidak hanya menerima, tetapi juga memanfaatkan kehadiran AI semaksimal dan sebenar-benarnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun