Mohon tunggu...
Aulia Resky Fadna Alauddin
Aulia Resky Fadna Alauddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa undergraduate di Universitas Brawijaya dengan jurusan Seni Rupa Murni

Saya telah menyukai dunia seni sejak dini, dengan ketertarikan yang terus berkembang hingga saat ini. Berawal dari eksplorasi di berbagai bentuk seni, saya kini ingin memfokuskan diri dan berkontribusi dalam dunia kreatif. Semangat saya berinovasi mendorong saya untuk terus mengembangkan potensi diri dalam industri ini.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Can't Help My Self: Instalasi Modern yang Provokatif dan Relatable

10 November 2024   16:00 Diperbarui: 10 November 2024   16:16 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Guggenheim Museums Archive

Instalasi robotika yang memadukan teknologi dan emosi

Seni instalasi modern adalah bentuk seni kontemporer yang mencakup berbagai media dan objek untuk menciptakan pengalaman visual dan emosional yang terbaru. Berasal dari istilah ‘installation’ yang artinya pemasangan, seni ini melibatkan penyusunan dan perakitan berbagai elemen seni, baik 2 dimensi maupun 3 dimensi di dalam suatu ruang tertentu untuk menyampaikan makna yang lebih dalam.

Seniman

Sun Yuan dan Peng Yu sering dipandang sebagai dua seniman Tiongkok yang paling kontroversial karena terkenal akan instalasi ekstrem dan karya seni konseptual mereka. Karya-karya mereka umumnya mengeksplorasi tema-tema kematian, persepsi, dan kondisi manusia, tidak jarang pula mereka dianggap sangat konfrontatif dan provokatif. Beraneka media yang tidak biasa telah menjadi ajang bagi mereka berekspresi, termasuk mesin, jaringan lemak manusia, dan bahkan mayat bayi, keberanian inilah yang membuat kedua seniman tersebut menarik perhatian dan memikat banyak orang. Karya ‘Can't Help Myself’ oleh Sun Yuan dan Peng Yu menjadi salah satu dari contoh nyata seni instalasi modern yang mencerminkan karakteristik tersebut. Karya ‘Can’t Help Myself’, kembali masuk ke dalam percakapan dunia sebagai salah satu instalasi interaktif di New York yang dinilai provokatif, menyedihkan dan relatable.

Instalasi ini memperlihatkan sebuah robot baja anti karat di ruangan putih, sedang membersihkan genangan cairan berwarna merah darah. Dilihat dari balik dinding akrilik bening, lengan mekanis tersebut di program untuk dengan panik mendorong cairan kembali ke tempatnya setelah sensor mesin mendeteksi cairan telah menyimpang terlalu jauh, meninggalkan noda dan cipratan merah. Dalam karya ini, robot industri yang melakukan gerakan berulang tersebut hingga menciptakan siklus ketidakberdayaan menjadi gambaran besar tentang hubungan antara manusia dan teknologi.

Secara tidak langsung, upaya robot tersebut untuk membersihkan kekacauan cairan merahnya hanya terus memperburuk situasi. Siklus menyakitkan tersebut melambatkan robot secara signifikan, sehingga pada tahun 2019, lengannya pun perlahan berhenti dan mati. Sesuai dengan namanya, robot tersebut pada akhirnya tidak dapat menahan dirinya. Akan tetapi, robot tersebut sebetulnya bergantung pada listrik dibanding hidrolika, sehingga dengan kejamnya robot tersebut dipaksa untuk bekerja sepanjang hidupnya menuju sesuatu yang bahkan tidak tahu arahnya kemana. Memadukan sensor virtual-recognition serta sistem perangkat lunak mutakhir, Sun Yuan & Peng Yu ingin menvisualisasikan sebuah realita yang semakin terotomatisasi serta bagaimana hubungan antara manusia dan mesin.

Karya seni ini kembali viral pada November 2021 di aplikasi TikTok. Video pendek karya kedua artis asal Cina tersebut telah dilihat lebih dari 50 juta kali dan respon audiens yang bervariatif dan cukup emosional. Karya ‘Can’t Help Myself’ menjadi salah satu instalasi seni terkuat di era kontemporer dengan beragam interpretasinya seperti isu migrasi, kedaulatan, pengawasan, sistem kerja dan bahkan teknologi itu sendiri. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa ‘Can’t Help Myself’ memiliki aspek manusiawi yang rupanya mengundang simpati. Melalui karya ini  penonton di inisiasikan dapat merasakan kesedihan, keputusasaan dan bahkan frustrasi di setiap gerakan lengan robotnya, yang menangkap kebutuhan kontrol manusia dalam situasi yang tidak pasti. Instalasi ini memberikan kepuasan dan pada saat yang sama juga ketakutan.

Jika ditelaah melalui interaksi teknologi dan emosi, ‘Can’t Help Myself’ menggambarkan hubungan kompleks antara kedua hal tersebut yang dimana hal ini membuktikan bahwa robotik dapat menjadi  media utama dalam mengeksplorasi tema ketidakberdayaan manusia. Instalasi ini tidak hanya menampilkan teknologi, tetapi juga mengajak kita untuk merenungkan hubungan kita dengan emosi dan kontrol dalam kehidupan sehari-hari.  

Interaksi Teknologi dan Emosi

Dalam analisis yang memperhatikan interaksi antara teknologi dan emosi, karya ‘Can’t Help Myself’ menampilkan sebuah gambaran yang mendalam mengenai kompleksitas hubungan antara keduanya. Karya ini menunjukkan bagaimana teknologi, khususnya dalam bentuk robotika, dapat berfungsi sebagai sarana utama untuk mengeksplorasi tema ketidakberdayaan yang dialami oleh manusia. Instalasi ini tidak sekadar menyuguhkan aspek-aspek teknologi yang canggih, tetapi juga mendorong kita untuk merenungkan dan mempertimbangkan kembali hubungan kita dengan emosi serta aspek kontrol dalam kehidupan sehari-hari. Melalui refleksi ini, kita diajak untuk memahami lebih dalam bagaimana teknologi dapat memengaruhi, bahkan membentuk pengalaman hipersensitif kita, serta bagaimana ketidakberdayaan bisa muncul di tengah kemajuan teknologi yang pesat.

Salah satu komentar yang cukup menarik perhatian berkata “Robot itu hanya terjebak dalam lingkaran kehampaan, sama seperti kita yang bekerja keras dan terus-menerus menggunakan internet”. Komentar lain juga turut menghubungkan upaya robot yang tidak berarti untuk menampung cairan merah tua itu dengan kesulitan manusia, karena, menurut mereka, "Itu berdasarkan pada bagaimana orang mencoba bekerja dan membantu diri mereka sendiri untuk hidup, tetapi semakin lama mereka melakukannya, semakin menyedihkan dan menyakitkan jadinya. Tidak peduli seberapa keras mereka mencoba, mereka tidak akan pernah bisa menahan diri mereka sendiri”

Instalasi ini menciptakan kesan bahwa meskipun ada usaha untuk mengendalikan keadaan, selalu ada sesuatu yang tak terduga dan diluar kendali. Seperti halnya cerminan ketidakberdayaan dalam menghadapi emosi manusia yang sering kali sulit dikendalikan. Cairan berwarna merah dalam instalasi tersebut menjadi simbol sentimen yang intens seperti kemarahan atau kesedihan. Robot yang berjuang untuk mengendalikan cairan tersebut menciptakan analogi yang kuat tentang alamiah manusia dalam mengontrol amarah dalam diri. Melihat robot yang berulang kali berjuang namun tidak berhasil menciptakan momen refleksi karena dianggap sebagai sebuah kegagalan yang mengundang audiens untuk merenungkan tantangan yang sedang dihadapi serta pentingnya menerima ketidakpastian dalam perjalanan di kehidupan kita.

Karya instalasi ‘Can’t Help Myself’ oleh Sun Yuan dan Peng Yu menawarkan nilai estetika yang mendalam dan multifaset, yang dapat dilihat dari beberapa aspek menonjol. Pertama, penggunaan cairan merah menciptakan kontras mencolok dengan robot berwarna netral, tidak hanya menarik perhatian tetapi juga menyampaikan makna emosional yang kuat seperti kemarahan, kesedihan, atau ketidakberdayaan. Selain itu, pergerakan dinamis robot yang terus-menerus menyapu dan berjuang menciptakan ritme menawan yang memberikan nuansa dramatis, sehingga penonton diajak untuk terlibat secara emosional maupun visual. Meskipun desainnya yang terkesan simple yaitu hanya terdiri dari robot dan cairan disekelilingnya, karya ini secara gamblang menyiratkan kompleksitas perasaan natural manusia, dimana kesederhanaan ini justru memperkuat pesan dan menstimulus pengunjung dalam mengaitkan karya pada pengalaman pribadi serupa. Terakhir, ketegangan yang terasa antara kontrol dan kekacauan, meskipun teknologi dirancang untuk mengendalikan, justru menghasilkan kekacauan, menambah kedalaman estetika dan menarik perhatian penonton pada dilema emosional yang dihadapi.

Dengan menyaksikan robot beroperasi, penonton tidak hanya sekadar menjadi saksi, tetapi juga didorong untuk merenungkan serta mempertanyakan cara kita mengelola emosi pribadi dalam konteks yang lebih luas, mengundang diskusi mendalam mengenai tema kontrol, ketidakberdayaan, dan dinamika interaksi kita dengan perasaan. Dalam hal ini, fungsi robot yaitu sebagai pernyataan artistik yang lebih besar mengenai kondisi manusia, di mana karya ini menantang pemahaman konvensional tentang kapabilitas manusia dan mesin dalam menghadapi tantangan yang afektif. Hal ini sekaligus memberikan perspektif baru yang mengajak kita untuk merenungkan kompleksitas pengalaman manusia dan bagaimana kita beradaptasi terhadap berbagai konflik psikis yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun