Mohon tunggu...
Lia
Lia Mohon Tunggu... Lainnya - A Science and Pop Culture Enthusiast

Passionate on environment content, science, Korea and Japanese culture.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Andai di One Piece Ada Mahkamah Keluarga, Ace Setidaknya Masih Hidup

30 Januari 2024   09:43 Diperbarui: 30 Januari 2024   09:52 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi para pecinta anime, pasti tidak asing dengan One Piece. Anime karya Eiichiro Oda ini baru saja ramai diperbincangkan setelah film adaptasinya dirilis Netflix beberapa waktu lalu.

One Piece adalah anime yang mengisahkan petualangan Monkey D. Luffy bersama kru bajak lautnya (Bajak Laut Topi Jerami) yang berlayar untuk menemukan One Piece. Dalam anime tersebut, ada salah satu tokoh ternama yang kematiannya membekas bagi para penonton, Portgas D. Ace.

Ace, Anak Raja Bajak Laut Sekaligus Kakak Terbaik

Toei Animation
Toei Animation
Sedikit berkenalan mengenai sosok Portgas D. Ace, seorang kakak yang hingga akhir hayatnya akan melindungi adiknya, Monkey D. Luffy. Portgas D. Ace adalah anak dari Gol D. Roger, seorang Raja Bajak Laut yang telah dieksekusi mati.

Setelah ibunya meninggal, Ace yang masih bayi dititipkan oleh Monkey D. Garp (kakeknya Luffy). Sebagai seorang petinggi angkatan laut (Marineford), Garp mendidik Ace dan Luffy agar menjadi angkatan laut. Terpengaruh dunia luar, baik Luffy maupun Ace justru ingin bepertualang dan menjadi seorang bajak laut yang kuat dan hebat.

Dalam dunia One Piece, keadilan dunia ditegakkan oleh angkatan laut (Marineford) yang tugasnya memberantas para bajak laut. Sederhananya, bajak laut adalah musuh dunia yang harus dibasmi angkatan laut.

Seperti yang kita kenal, bajak laut itu sekelompok perampok yang jahat. Namun, hal ini tidak berlaku sepenuhnya di anime One Piece. Dunia One Piece bukan sekadar hitam dan putih. Ada banyak bajak laut yang sejatinya hanya ingin berpetualang dan menemukan One Piece. Itulah yang selama ini dilakukan Luffy dan krunya.

Balik lagi ke Ace, ia tumbuh menjadi pribadi yang tangguh meski banyak cercaan mengenai sosok ayahnya. Ia tumbuh besar bersama Luffy dan sudah menganggapnya sebagai adik sendiri.

Singkat cerita, Ace yang melakukan petualangan terlebih dahulu dan diangkat menjadi Komandan Divisi Kedua Bajak Laut Shirohige, salah satu bajak laut terkuat kala itu. Sedangkan Luffy menjadi kapten dari bajak lautnya sendiri, Topi Jerami.

Naas, Ace mengalami kekalahan saat berusaha menangkap Kurohige, anak buahnya yang membunuh rekannya sendiri. Saat itu, sebenarnya Kurohige atau Marshal D. Teach menargetkan Luffy. Sebagai seorang kakak, tentu saja Ace tidak akan membiarkan hal itu terjadi. 

Demi menyelamatkan Luffy, ia bertekad untuk mengalahkan Kurohige meski harus mati. Namun, kekuatan buah setan Kurohige lebih unggul sehingga Ace pun kalah dan diserahkan ke angkatan laut.

Punya Keluarga di Pemerintahan Dunia, Ace Enggan Gunakan Privilege 

Toei Animation
Toei Animation
Semua bajak laut yang diserahkan ke angkatan laut tidak hanya mendekam di penjara, tidak sedikit dari mereka yang berakhir dieksekusi mati terutama tahanan berkekuatan besar. Dilihat dari besarnya relasi dan posisi yang dimiliki, Ace termasuk tahanan kelas kakap yang memiliki privilege bebas dari penjara. 

Meski bukan cucu kandung Monkey D. Garp, setidaknya Ace bisa meminta kakeknya untuk membebaskannya atau memohon untuk membatalkan hukuman eksekusinya.

Namun, Ace memilih legowo menerima eksekusi mati alih-alih menerobos hukum yang berlaku. Tak ada sama sekali upaya menyuap para sipir atau hakim agar hukumannya diringankan. 

Bisa dibilang Ace ini termasuk kaum muda dengan integritas sejati. Memang seorang bajak laut, tapi bukan berarti seenaknya meminta belas kasihan atau bantuan keluarga di pengadilan.

Di sisi lain, Garp termasuk orang yang sangat loyal terhadap hukum pemerintah dunia. Dirinya memang hanya bisa pasrah akan hukuman Ace, tapi tak ada niatan sedikitpun untuk membebaskan cucunya tersebut.

Malahan yang ada Garp terang-terangan membela keputusan eksekusi. Hal ini ia buktikan saat Luffy hendak menolong kakaknya dari eksekusi di markas besar angkatan laut. Kurang lebih Garp mengatakan, yang ingin menghalangi jalannya eksekusi harus menghadapinya terlebih dahulu.

Tidak setumpul hukum di Indonesia, pengadilan di One Piece tetap mengedepankan aspek integritas. Suatu nilai yang terlihat memudar di negeri kita sekarang. Bayangkan, jika Oda membiarkan pengadilan di One Piece mudah disuap tentu banyak narapidana dari bajak laut ternama yang bebas hukuman. Apalagi jika memiliki kerabat atau saudara yang berwenang di dalamnya.

Masuk -- keluar penjara bukan perkara sulit. Selama ada kekuasaan dan duit, persoalan hukum tak lagi rumit. Apabila terjadi, pengadilan Marineford di One Piece mungkin telah berganti nama jadi Mahkamah Keluarga.

Makanya itu, hanya bisa diandaikan di One Piece ada Mahkamah Keluarga. Dengan begitu, bagian perang besar di markas angkatan laut tidak akan pernah terjadi. 

Saya pun tidak akan menangis melihat Ace mati terbunuh di depan adiknya. Pasti Ace sekarang masih hidup, lalu reuni dengan Luffy sambil mengenal masa kecil mereka.

Sementara Garp, tidak perlu cemas jabatannya akan diturunkan atau terancam dipecat karena dirinya sudah lanjut usia yang sebentar lagi akan pensiun. Namanya juga berandai, tetap saja ini hanyalah imajinasi di dunia One Piece tapi mirisnya pengandaian tersebut justru terjadi di Indonesia.

Tidak Ada Jalan Instan Meraih Kekuasaan di One Piece, Indonesia Sebaliknya

Tatanan hukum di One Piece dengan kondisi Indonesia saat ini memang tidak bisa dibandingkan begitu saja. Meski demikian, tetap saja ada irisan yang dapat diambil di mana baik di One Piece maupun di Indonesia sama-sama memiliki pengarang dalam tatanan hukum negaranya.

Dalam One Piece, tatanan hukum di negaranya bergantung dari sang pengarang yakni Eiichiro Oda. Indonesia pun sama, bedanya pengarangnya tidak hanya satu. Melainkan ada banyak tokoh penguasa yang menentukan jalannya sistem hukum di negeri ini. Menariknya lagi, tiap tokoh tersebut memiliki privilege berbagi kekuasaan satu sama lain sehingga panjat karir bukanlah perkara sulit.

Dewasa ini, One Piece juga banyak menyadarkan saya akan sosok kaum muda sejati yang bertekad mencapai kesuksesan tanpa lewat jalan instan itu ada. Kita bisa melihat sosok muda tersebut dari Monkey D. Luffy, generasi muda yang tak pernah berupaya mendapat kekuasaan dan popularitas dengan memanfaatkan nama keluarga, apalagi sampai mengubah konstitusi. 

Padahal, Luffy memiliki banyak privilege mulai dari kakeknya (Wakil Laksamana Admiral), kakaknya (Komandan Divisi 2 Bajak Laut Shirohige), dan ayahnya (Komandan Pasukan Revolusioner.

Jika mau, Luffy bisa saja menyebarluaskan identitasnya kepada publik sehingga mudah tenar dan ditakuti para bajak laut dunia. Tak perlu susah payah Luffy bertarung mati-matian jika ia memilih menggunakan privilege yang dimilikinya. 

Luffy memang bukan karakter yang sempurna, tapi setidaknya ia mengajarkan kita bahwa kaum muda juga bisa sukses tanpa harus membawa embel-embel track record keluarga.

Bahkan, butuh waktu sekitar empat tahun bagi Luffy untuk bisa mencapai negeri Wano hingga berhasil mengalahkan Kaido dan menyandang gelar Yonkou (kaisar penguasa lautan). Sebelum itu, Luffy pun harus melewati banyak rintangan dan musuh besar yang membuatnya tumbuh dan berkembang menjadi sosok yang lebih kuat.

Itulah yang namanya kaum muda sejati, menjalani dan menghargai sebuah proses sehingga kapasitas kedepannya mampu dipercaya. Tak hanya itu, Luffy juga selalu berusaha menyelesaikan pertarungannya dan tidak menyerah hingga lawannya tumbang. 

Sudah seharusnya seperti itu, ketika masih ada tanggungjawab memang sepatutnya menyelesaikannya dulu sebelum bertarung dengan musuh lainnya. Sedangkan di Indonesia, baru melangkah dua tahun pun sudah maju menjadi calon orang kedua di negeri ini dan masih mengemban tanggungjawab lainnya pula.

Di sisi lain, Ace dan Luffy adalah dua karakter favorit saya di One Piece. Keduanya adalah contoh anak muda yang mau berproses untuk mencapai impian. Bukan menghalalkan cara instan hingga harus melanggar etika dalam hukum konstitusi.  

Sebuah pembelajaran bermakna bagi kaum muda Indonesia, termasuk saya. Meski begitu, saya akui tidak ada salahnya memanfaatkan privilege. Namun, bukan berarti sampai harus mencederai konstitusi yang sudah ada untuk membuka jalan kekuasaan secara instan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun