Ironisnya, pelarian Magi tidak bertahan lama. Leba Ali tetap menginginkannya. Naas, untuk kedua kalinya Magi harus merelakan harkat dan martabatnya.Â
Bahkan, kali ini lebih memilukan. Semua demi membuka mata keluarganya terutama sang ayah. Setidaknya, pengorbanan Magi menyadarkan orang-orang di sekitarnya bahwa "tidak boleh ada lagi korban-korban seperti Magi kedepannya".
Tidak Semua Tradisi Bersifat Baik
Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah Magi, kisah nyata yang ditulis Dian Purnomo ketika menyambangi Tanah Sumba.Â
Magi bukan hanya perempuan hebat. Dirinya kembali menguatkan akan pandangan bahwa perempuan berhak menggapai cita-citanya, memilih jalan hidupnya, dan bukan hanya dipandang sebagai pengurus rumah tangga.Â
Tradisi leluhur memang warisan bangsa, namun tidak semuanya harus dilestarikan. Apalagi jika itu banyak bertentangan dengan hak-hak seseorang dalam hidup.
Orang tua, sosok yang perlu dipatuhi perintahnya tapi bukan berarti semuanya. Menolak permintaan orang tua bukan suatu hal yang durhaka karena anak pun berhak menentukan hidupnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H