Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap, jumlah pengangguran di Indonesia telah mencapai angka 8,4 juta orang pada Agustus 2022. Dari data tersebut, sekitar 673 ribu pengangguran merupakan lulusan universitas. Kondisi ini menandakan memiliki gelar akademik tinggi tidak menjamin seseorang langsung sukses.
Hal inilah yang membuat generasi muda mulai meragukan akan pentingnya pendidikan bagi masa depan. Kendati demikian, ada banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut. Berikut sejumlah faktor utama yang melatarbelakangi masalah tersebut.
Faktor Penyebab Banyak Lulusan Sarjana Jadi Pengangguran
Minim pengalaman
Sekarang ini, pengalaman menjadi modal utama untuk mendapatkan pekerjaan. Tanpa pengalaman, skills seseorang akan diragukan sekalipun berasal dari lulusan kampus ternama. Pasalnya, pengalaman menandakan seseorang mampu dan memiliki kompetensi yang dibutuhkan perusahaan.
Pengalaman yang dimaksud juga tak terbatas pada pekerjaan, bisa pula dari aktivitas magang, organisasi, exchange, dan semacamnya. Pengalaman inilah yang akan memperkaya Curriculum Vitae (CV) seseorang sehingga dapat diterima bekerja.
Lulusan kampus tidak sesuai dengan kebutuhan industri
Akibat dari pandemi membuat perkembangan industri digital begitu pesat. Dampaknya, berbagai sektor bisnis pun bertransformasi secara digital. Namun, kondisi ini tidak didukung dengan para lulusan sarjana yang kompeten di bidang tersebut.
Ketidaksesuaian antara lulusan universitas dengan kebutuhan industri memaksa para jobseeker bekerja di luar bidang akademiknya. Nadiem Makarim, Menristekdikti, pada 26 Oktober 2021 menyebutkan, 80% mahasiswa Indonesia memilih bekerja tidak sesuai dengan jurusan akademiknya.
Guna mendapatkan pekerjaan tersebut, tentu saja para jobseeker harus beradaptasi dari awal dengan mengasah skills baru sehingga bisa diterima bekerja. Jika dilihat, rasanya seolah pendidikan selama di kampus jadi sia-sia.
Jumlah lowongan kerja tidak setara dengan kuota jobseeker
Setiap tahunnya akan selalu ada lulusan baru dari universitas. Namun, jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia tidak sebanyak para lulusan tersebut. Ketimbangan antara kuota lowongan kerja dengan jobseeker ini membuat persaingan dunia kerja kian ketat.
Data BPS pada 2021 mencatat, sekitar 2,7 juta orang terdata sebagai pencari kerja dan hanya ada 500 ribu lowongan kerja yang tersedia. Sebab itu, wajar saja jika banyak lulusan universitas yang sulit mencari kerja.