Mohon tunggu...
Lia
Lia Mohon Tunggu... Lainnya - A Science and Pop Culture Enthusiast

Passionate on environment content, science, Korea and Japanese culture.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengapa Hutan Mangrove Itu Penting? #MangroveNextLevel

4 September 2021   11:35 Diperbarui: 4 September 2021   11:53 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Laut merupakan ekosistem yang kaya akan keanekaragaman hayatinya, terutama laut tropis. Laut tropis menyimpan berbagai jenis biota mulai dari ikan, terumbu karang, teripang, kerang-kerangan, dan aneka hewan laut lainnya. Selain itu, laut tropis dikenal akan kehidupan bawah lautnya yang indah dengan aneka terumbu karang dan ikan-ikan karang. 

Namun, di balik keindahan kehidupan di bawah laut, terdapat sebuah peran ekosistem yang penting dalam menunjang kehidupan di bawah laut tersebut. Ekosistem tersebut adalah hutan mangrove.

Indonesia sebagai negara kepulauan juga dikenal akan kekayaan hutan mangrove tersebut. Diketahui sekitar 4,2 juta ha hutan mangrove tersebar di berbagai daerah di Indonesia dengan wilayah persebaran, yakni 69,43% di Irian Jaya, 15,46% di Sumatera, dan 9,02% di Kalimantan serta sisanya di wilayah lain (FAO 1990 dalam Hainim 1996). 

Meski demikian, luas hutan mangrove tersebut terus mengalami degradasi sehingga populasinya terus menurun. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2020) menyatakan luas mangrove secara nasional adalah sebesar 3,31 juta ha. Data tersebut menandakan besarnya degradasi hutan mangrove yang telah mencapai sekitar 1 juta ha.

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang berada di wilayah estuari, yakni pertemuan antara air tawar (sungai) dengan air laut. Ekosistem mangrove ini sering dikenal sebagai bakau. 

Sebenarnya tanaman bakau merupakan salah satu jenis mangrove yang umum dijumpai di wilayah pesisir. Wilayah estuari tempat mangrove ini masuk dalam wilayah pesisir pula, namun tidak semua wilayah pesisir memiliki mangrove. Hanya pada substrat dan kondisi lingkungan yang sesuai, tanaman mangrove dapat tumbuh dengan baik.

Sebagai tumbuhan, mangrove tidak hanya berfungsi menyuplai oksigen bagi lingkungan sekitar. Mangrove juga memiliki peran penting lainnya, khususnya bagi kelestarian keanekaragaman hayati laut. Apabila ditinjau aspeknya, mangrove memiliki tiga aspek manfaat yang meliputi aspek manfaat ekologi, ekonomi, dan sosial. 

Secara ekologi, ekosistem mangrove memiliki peran penting sebagai habitat alami hewan baik akuatik maupun teresterial seperti burung. Sementara dari segi akuatik, ekosistem mangrove merupakan ekosistem utama sebagai tempat spawning, nursery, dan feeding ground bagi ikan-ikan maupun hewan akuatik lainnya.

Ikan dewasa yang telah matang gonad biasanya memasuki wilayah estuari seperti ekosistem mangrove tersebut untuk melakukan pemijahan, kemudian telur-telur tersebut menetas dan berkembang hingga pada fase yuwana. 

Di dalam ekosistem mangrove, akar-akarnya mampu menyerap masukan bahan organik sehingga perairan di sekitar mangrove menjadi subur dan kaya akan makanan. 

Hutan mangrove termasuk salah satu ekosistem yang tinggi produktivitasnya karena mampu mendekomposisi bahan-bahan organik yang masuk dari sungai maupun saat pasang surut air laut. 

Materi organik tersebutlah yang menjadi sumber makanan bagi fitoplakton ataupun zooplankton serta berbagai biota lainnya membentuk jejaring makanan (Karimah 2017). Hal inilah yang menyebabkan mangrove menjadi habitat penyangga bagi hewan akuatik. Selain itu, akarakar mangrove yang kuat memiliki daya tahan untuk menahan gelombang sehingga turut melindungi telur atau anak ikan yang masih rentan hidupnya.

Bagi orang awam, tentunya peran ekologi mangrove tersebut tampak biasa atau bahkan tidak banyak diketahui. Tanpa disadari, peran inilah yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan. Tanpa ada mangrove, maka tidak ada habitat penyangga bagi kehidupan ikan atau biota-biota tersebut. 

Akibatnya, keanekaragaman sumberdaya hayati laut berkurang sehingga turut mengancam ketersediaan bahan pangan dari sektor laut. Tentu ujung dari ancaman ini adalah kepunahan yang akan berdampak pula pada kehidupan manusia.
Tidak hanya itu, sebagai tumbuhan mangrove berperan besar dalam menyerap karbon. 

Hal ini sangatlah penting untuk meminimalisir terjadinya pemanasan global akibat peningkatan karbon oleh aktivitas antropogenik. Hutan mangrove diketahui mampu menyimpan karbon hingga 800-1200 ton C/ha atau besarnya 4-5 kali penyimpanan pada hutan daratan, artinya sekitar 80% karbon tersebut tersimpan dalam tanah. 

Ditambah lagi, proses respirasi pada tumbuhan mangrove juga lebih kecil dalam melepaskan emisi ke udara sehingga mangrove minim emisinya. Hal tersebut dikarenakan, tanaman ini mampu melakukan pembusukan pada serasah dari tanaman akuatik sehingga tidak melepaskan karbon ke udara sebanyak tanaman lainnya (KKP 2020). 

Manfaat lain secara ekologi, di antaranya penahan abrasi pantai, melindungi garis pantai, dan penjernih air yang masuk dari estuari ke laut. Manfaat inilah yang merupakan nilai tidak langsung dari keberadaan ekosistem mangrove ini.

Sementara dari segi ekonomi, ekosistem mangrove ini dapat dimanfaatkan kayunya sebagai bahan pangan, obat-obatan, bahan bakar atau bahan bangunan, bahan industri, penghasil bibit ikan, kerang, ataupun kepiting, serta bermanfaat pula sebagai tempat wisata, penelitian, dan pendidikan (Riwayati 2014). 

Adapun dari segi sosial, hutan mangrove bagi sebagian masyarakat tertentu tidak hanya dianggap sebagai hutan biasa tetapi juga memiliki nilai atau menyimpan kearifan lokal masyarakat setempat. Biasanya, hutan mangrove tersebut telah ada sejak lama dalam lingkungan masyarakat yang didalamnya tercipta sistem sosial-budaya atau nilai-nilai adat tertentu (Pramudji 2000).

Ditinjau dari perannya yang sangat penting tersebut, sudah seharusnya hutan mangrove terus dilestarikan keberadaannya. Seperti pada pemaparan di awal, realitanya hutan mangrove mengalami degradasi dengan dalih kebutuhan lahan, eksploitasi yang berlebihan, ataupun akibat pencemaran limbah ke area ekosistem mangrove.

Dikutip dari KKP (2020), data dari Center of International Forestry Research (CIFOR) mengungkapkan bahwa ekosistem mangrove Indonesia mengalami ancaman dan tekanan dengan nilai laju degradasi mencapai 52.000 ha/tahun. Kondisi ini akan semakin buruk apabila tidak ada pengontrolan dan pengawasan sehingga terjadi degradasi secara berlebihan.

Memang dari nilainya manfaat hutan mangrove tidak tampak secara langsung sehingga minimnya kesadaran mengakibatkan pelestarian hutan mangrove ini minim dilakukan. Ancaman hutan mangrove juga semakin nyata pada saat sebuah wilayah dinilai memiliki potensi lebih untuk dikembangkan menjadi area lain yang dianggap mempunyai nilai ekonomis lebih besar. 

Salah satu contoh yang umum dijumpai adalah pengalihan fungsi lahan mangrove menjadi area tambak yang dinilai lebih bermanfaat. Hal seperti ini terjadi pada hutan mangrove di Teluk Tomini yang awalnya dari luasan 27,67 ha (tahun 1988) menjadi sekitar 10,32 ha pada tahun 2020. 

Kasus semacam ini bukanlah hal baru di Indonesia, dan mungkin sudah dianggap wajar ketika faktor ekonomi lebih diutamakan. Lebih tepatnya, hanya memandang keuntungan secara instan tanpa memperkirakan dampaknya di masa mendatang.

Di sisi lain, pemerintah melalui KLHK maupun KKP serta peran dari berbagai pihak seperti LSM, NGO, dan masyarakat setempat juga telah melakukan berbagai upaya untuk melestarikan hutan mangrove ini. Masalahnya, tidak semua daerah yang memiliki mangrove mampu mengupayakan hal tersebut. 

Maka, sebagai bentuk pelestarian yang lebih adalah melalui Mangrove Next Level, yakni sebuah terobosan dalam pelestarian hutan mangrove. Dinilai “Next Level” artinya upaya pelestarian hutan mangrove ini ditingkatkan pada titik yang optimal.

Pelestarian hutan mangrove tidak dapat dilakukan secara mandiri, dibutuhkan kolaborasi dalam implementasinya. Mangrove Next Level menjadi sebuah upaya optimalisasi kolaborasi tersebut. Kolaborasi dari menggerakkan kaum muda hingga pemberdayaan masyarakat adat dengan disertai dukungan dari pihak pemerintah untuk melestarikan hutan mangrove di setiap daerah.

Selain itu, penting pula bagi masyarakat Indonesia yang mungkin masih awam akan nilai penting keberadaan mangrove ini untuk diedukasi atau setidaknya memiliki awareness terhadap keberadaan hutan mangrove. 

Melalui Mangrove Next Level ini dapat diterapkan sebuah campaign digital dari pihak KKP ataupun KLHK bersama influencer untuk mengajak masyarakat mulai dari kalangan anak-anak, remaja, hingga lansia untuk memiliki kesadaran akan adanya hutan mangrove. 

Membangun kesadaran adalah upaya penting karena berawal dari ketidaktahuan kemudian menjadi tahu, maka seseorang ataupun kelompok masyarakat akan mudah didorong untuk bertindak secara nyata. 

Hal ini juga termasuk PR bersama dalam menyebarkan informasi mengenai hutan mangrove itu sendiri. Oleh karena itu, dalam Mangrove Next Level ini pemerintah memang perlu gencar melakukan promosi atau publikasi terkait hutan mangrove.

Setelah kesadaran masyarakat terwujud, proses realisasi pelestarian hutan mangrove ini dapat dimulai. Berbagai LSM ataupun start-up di bidang lingkungan bersama dengan pemerintah dapat membuat pemetaan lokasi-lokasi hutan mangrove yang kritis hingga masih hijau untuk dirawat. 

Hal tersebut dapat dimulai dengan pendataan di setiap daerah dan bekerja sama dengan masyarakat setempat akan lebih memudahkan dalam prosesnya. Tumbuhnya kesadaran pada masyarakat seperti kelompok tertentu pada suatu daerah juga turut membantu pelestarian hutan mangrove. 

Misalnya, kelompok masyarakat tertentu yang awalnya melakukan eksploitasi berlebihan menjadi lebih proaktif dalam pelestarian hutan mangrove. 

Peningkatan kesadaran masyarakat ini biasanya akan lebih mudah jika ada pengembangan manfaat hutan mangrove yang dapat dirasakan secara langsung. Contohnya, menjadikan hutan mangrove secara ekowisata yang menghasilkan pendapatan tambahan bagi masyarakat sekitar. 

Hal ini juga telah banyak diterapkan di sebagian besar wilayah di Indonesia, tetapi sekali lagi perlu optimalisasi secara menyeluruh atau peningkatan level pelestarian (Mangrove Next Level).

Ekosistem mangrove, ekosistem yang tidak hanya penting tetapi juga menjadi kunci penyangga bagi biodiversitas kehidupan akuatik. Ekosistem yang menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati yang ada. Ekosistem mangrove bukan hanya ekosistem tetapi penyangga masa depan bagi sumber daya akuatik dan kehidupan manusia. 

Bersama dan berkolaborasi, serta bukan sekadar memikirkan keuntungan ekonomi semata maka pelestarian hutan mangrove dalam Mangrove Next Level ini dapat direalisasikan. Sebelum rusak, menjaga dan merawat adalah pilihan bijak untuk generasi masa depan sehingga melestarikan hutan mangrove juga turut mewujudkan kehidupan secara berkelanjutan.

Referensi:

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan [KLHK]. 2020. Peta Mangrove Nasional dan
Status Ekosistem Mangrove di Indonesia. https://kkp.go.id/ [diunduh 27 Juli 2021].
Kementerian Kelautan dan Perikanan [KKP]. 2020. Peta Mangrove Nasional dan Status Ekosistem
Mangrove di Indonesia. https://kkp.go.id/ [diunduh 27 Juli 2021].
Karimah. 2017. Peran ekosistem hutan mangrove sebagai habitat untuk organisme laut. Jurnal
Biologi Tropis. 17(2): 51-58.
Pramudji. 2000. Upaya pengelolaan hutan mangrove dilihat dari aspek perlindungan lingkungan.
Oseana. 25(3): 1-8.
Riwayati. 2014. Manfaat dan fungsi hutan mangrove bagi kehidupan. Jurnal Keluarga Sehat
Sejahtera. 12(24): 17-23.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun