Perasaannya mulai tidak enak, karena yang dilaluinya hanyalah jalan beraspal kecil untuk ukuran jalan provinsi serta rumah-rumah pun jarang ditemuinya. Ditambah kegelapan sudah mulai menyelimuti bumi. Untuk memastikan jalan yang dilaluinya, Adnan menghentikan motor sejenak di pinggir jalan, di bawah pohon yang agak rindang, lagi-lagi, Adnan hanya bisa menggerutu dalam hatinya.
"Haduuh gimana nich, sinyal gak ada, mau nelpon atau berkirim pesan lewat WA Â juga gak bisa, apalagi mengaktifkan google map, ditambah sinyal yang benar-benar tidak bersahabat."
Yang dilihatnya cuma huruf "E" yang menunjukkan sinyal jelek.
Dalam gelapnya malam, hati Adnan mulai timbul perasaan kesal, kecewa, menyesal dan sedih, dan hampir putus asa, campur aduk jadi satu.
Tiba-tiba dari kejauhan dilihatnya seorang bapak-bapak berjalan sendiri membawa kayu di pundaknya. Melihat hal tersebut, perasaan Adnan kembali bersemangat, karena ada sedikit harapan, dengan tergesa-gesa dia "menstarter" motornya, setelah dekat, lalu bertanya pada bapak-bapak tersebut,
"Pak kalau jalan ke Kuningan kemana ya?"
"Terus aja lurus ke sana de" jawabnya.
"Terima kasih pak" sahut Adnan  dengan hormat.
"Sama-sama" jawabnya kembali.
Kembali Adnan menghidupkan motor kesayangannya, namun  entah mengapa dengan spontan Adnan menolehkan mukanya ke belakang, tetapi si bapak yang tadi ditanyainya sudah tidak terlihat lagi.