Mohon tunggu...
Lia Pram
Lia Pram Mohon Tunggu... Freelancer - a writer

"Just life, we're still good without luck. Even if you lose your way, keep taking light steps that make a click clacking sound. Take your time. There's no right, honestly perhaps everyone wants to cry. Maybe they get angry because they don't want to get sad." –Lee Jieun

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pasca PHK: Kekuatan untuk Bangkit

20 Agustus 2023   21:25 Diperbarui: 22 Agustus 2023   10:26 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengangguran | Sumber: Freepik

Malamnya, saya makan mi dok-dok di burjo yang jaraknya hanya lima menit jika ditempuh berjalan kaki dari hotel tempat saya menginap. Di burjo tersebut, saya banyak merenung sekaligus bingung, bisa-bisanya seharian ini rasanya begitu menyenangkan.

Keesokan siangnya, ketika saya berada di kereta dalam perjalanan pulang, saya mulai pelan-pelan menarik benang kusut yang selama ini memenuhi seisi kepala. Satu demi satu, saya urai perlahan agar bisa kembali menata diri dan perasaan, mulai memikirkan langkah selanjutnya yang bisa saya ambil demi menyambung hidup. Tetapi jujur saja, bahkan sampai detik ini pun untaian benang-benang tersebut belum seratus persen terurai semua dengan baik. 

Ada kalanya saya baru bisa tertidur jam 3 dini hari karena pikiran saya kembali dipenuhi ketakutan akan hal-hal yang belum terjadi, bahkan sebagian besar waktu saya terkadang dihabiskan di dalam kamar untuk terus belajar dan mengirimkan lamaran kerja, dan setidaknya setiap hari mengalami kekecewaan karena menerima surel berisi penolakan.

Kadang-kadang, kalau melihat keponakan saya yang berusia 3,5 tahun sedang senang-senangnya bermain, saya berpikir, "Enak, ya, jadi anak kecil. Tidak ada tanggungan, tidak ada beban. Kalau menangis atau marah pun tidak lama, pasti bisa tertawa lagi." Tapi anehnya, meski berpikir demikian, saya tidak ingin kembali menjadi anak kecil.

Hingga di titik ini, ketika saya menuliskan ini, saya masih merasa belum sepenuhnya "utuh". Banyak bagian dari diri saya yang telah hilang dan berceceran, dan saya masih berusaha mengembalikan serta memperbaikinya pelan-pelan. Bohong kalau saya bilang saya sudah bisa menerima kondisi ini seratus persen dan berdamai dengan semuanya. Tetapi setidaknya, saya masih mau berusaha untuk menjadi lebih baik dan mencari pintu lain menuju rezeki.

Where there is a will, there is a way. Hope is a dream that doesn't sleep.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun