Mohon tunggu...
Lia Oktaviana
Lia Oktaviana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

melalui proses berharap progres

Selanjutnya

Tutup

Money

OTP? Kenali Motif Penipuan Online

15 Maret 2020   12:23 Diperbarui: 16 Maret 2020   14:32 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambarlucupictures.blogspot.com

Semakin mudah ditemukannya kasus penipuan online yang menyebabkan korban harus kehilangan uang yang dimiliknya. Membuat jengkel dan mungkin rasa was-was, apalagi jika kehilangan uang yang nominalnya besar . Tentunya, hal ini menjadi kerugian harta. Motif penipuan yang kian beragam, tidak hanya mengincar orang tua tapi juga orang muda juga mudah terseret.

Sebenarnya aspek psikologis apa yang membuat orang mudah tertipu?

Menurut psikolog Dadang Hawari (2013) maraknya kasus penipuan disebabkan sifat konsumtif masyarakat yang tinggi, tetapi tidak diimbangi dengan kecerdasan berpikir.

Hal ini dapat dijadikan pembelajaran, konsumtif ini dapat ditimbulkan oleh perasaan keinginan memiliki sesuatu yang instan. Catatan yang diingat adalah korban mudah diimingi dan tersugesti untuk berfikir kedepan untuk membelanjakan barang yang mungkin ingin memilikinya lebih.

Korban yang cenderung terhasut penipu akan lebih banyak berpikir positif dan hanya melihat satu sisi yaitu indikasi keuntungan, dan mengesampingkan kerugian atau resiko yang akan diterimanya.

Akibatnya korban yang sudah tertipu bisa depresi bahkan stress karena melarat, jika penipuan tersebut melibatkan keuangan yang nilainya ratusan juta. Oleh karena itu perlunya mengenali motif-motif penipuan online.

Berikut merupakan motif yang dapat disimak dan dijadikan bahan referensi agar tidak mudah tertipu oleh media online.

Pertama, pesan SMS dengan tawaran Hadiah Jutaan Rupiah

Mungkin sering sekali kita mendapatkan pesan singkat yang mengisyaratkan bahwa kita menang dalam undian dari aplikasi tertentu. Berikut merupakan pengalaman saya untuk berbagi,

Contoh kasus yang membuat jengkel dan mengetahui benar-benar adanya penipuan adalah ketika mendapat pesan yang pada intinya kita mendapatkan hadiah ratusan juta dari salah satu aplikasi yaitu Shopee, padahal di android kita tidak memiliki aplikasi Shopee dan belum pernah menggunakan aplikasi tersebut.

dokpri
dokpri
Berikut merupakan teks yang biasanya didapatkan ketika menerima pesan singkat di handphone

"Anda pemenang Ke 2 3.3 SHOPEE FASHION sale awal tahun 2020 Rp.150.000.000 TOKEN ID (B8337H9) cek dibawah ini : s.d/3-3shopeefashionsale" 

Nah dari sinilah kita akan menemukan link yang menyuruh kita segera join. Karena dari link inilah kita akan mendapat halaman situs yang telah dibuat dari pihak Shopee resmi. Tetapi itu hanya iming-iming yang dapat mensugesti bahwa korban benar-benar mendapatkan undian tersebut.

Shopee sendiri memiliki program Undian dari Golden Ticket Shopee yang telah melakukan transaksi di Shopee. Tetapi perlu diingat pengumuman hanya melalui media resmi Shopee baik situs, medsos, dan aplikasi. Bukan berasal dari nomor kartu SIM card tak dikenal maupun dari website tidak resmi seperti blogspot, misalnya.

Kedua, mendapatkan nomor tidak dikenal dan menelpon dengan alasan dan motif tertentu

Motif ini sebenarnya lebih banyak menipu banyak orang, karena pelaku penipu dengan bahasanya yang dapat menyakinkan korban. Bisa mempengaruhi korban secara tak sadar, dan bahayanya terkadang penipu tahu tentang identitas korban beserta keluarganya. Dengan hal tersebut penipu berupaya mencari kelemahan dari korban, sehingga dapat mengeruk uang .

Contoh kasus dari korban penipuan sebagai berikut

  • Pelaku penipu mengaku keluarga korban yang jauh diluar pulau (Kalimantan). Mengaku meminta uang untuk membantunya karena hal-hal yang membuat rasa prihatin korban, dengan menelpon menggunakan bahasa orang Kalimantan, dan bahkan memberi foto profil bahwa dia merupakan keluarganya. Penipu tersebut meminta korban mengisikan pulsa dengan isian pulsa yang tidak sedikit, yaitu 500.000 atau lebih.
  • Kemudian kasus selanjutnya adalah pelaku dalam telepon mengaku berpura-pura menjadi polisi dan sedang menangani kasus anak korban yang sedang bermasalah di kantor polisi. Lalu, meminta uang untuk menangani kasus anaknya.
  • Ada juga yang mengaku orang lain yang menemukan keluarga korban yang sedang kecelakaan. Motif ini didasari memberitahu keluarga korban bahwa penipu merupakan penolong keluarganya yang saat itu membutuhkan uang.

Dari sinilah seharusnya kita menjadi jeli terhadap penelpon, pertama-tama harus menayakan detail nama pelaku, alamat. Selain itu juga bisa meminta foto atau dokumen lain yang mengindikasikan pernyataan penipu itu bahwa keluarganya membutuhkan bantuan. Mengecam akan lapor ke kantor polisi guna mengecek kebenaran diperlukan, jika penelpon berusaha menghindar dan mengelak maka patut dicurigai. Mencurigai disetiap transaksi yang menginginkan kiriman uang.

Selain itu kita dapat merekam percakapan kita dengan nomor tersebut dengan handphone, riwayat penelpon jangan dihapus.

Ketiga adalah penipuan dengan transaksi menggunakan OTP

Mungkin banyak yang belum mengetahui fungsi dari OTP itu apa  OTP (One Time Password) atau disebut kata sandi sekali pakai yang digunakan untuk transaksi online saat kita akan melakukan login akun di handphone misalnya. OTP terdiri dari angka-angka yang digunakan untuk tujuan keamanan dalam mengkonfirmasi login atau transaksi online. Kode ini harusnya tidak mudah diberikan kepada siapapun kecuali pengguna, karena jika OTP ini diketahui orang lain dapat disalahgunakan dan kemanan privasi akun tidak terjamin.

Berikut merupakan kasus yang mungkin seringkali digunakan penipu dengan mengaku merupakan karyawan Bank BRI misalnya, Biasanya pelaku penipuan akan memberi SMS yang mengindikasikan dirinya merupakan karyawan resmi yang menghubungi korban, karena korban penipu mendapatkan hadiah dari instansi BRI terkait. 

Entah dari mana informasi korban dapat terlacak dengan baik oleh pelaku. Kemudian pelaku menelpon dan meminta nomor rekening korban, setelah itu pelaku penipuan akan meminta nomor OTP yang telah dikirimkan Bank BRI. Korban yang tanpa sadar memberikan OTP tersebut tidak langsung mempermudah penipu untuk segera mengakses akun korban dan segera mengirimkannya ke rekening lain.

Sehingga Saldo korban berpindah  tangan, hal ini akan disadari korban setelah saldonya habis dan terdapat pemberitahuan bahwa korban telah melakukan pengiriman transaksi Padahal harusnya korban yang menerima transaksi berhadiah tersebut.

Sebenarnya ada antisipasi lain agar kita dapat menghindar dari kasus tersebut yaitu jangan mudah percaya, dan mengingat tidak akan memberi OTP kepada siapapun. Selain itu juga perlunya mengecek ke situs resmi terkait. Meneliti identitas penipu yang bekerja tersebut, meminta informasi detail bahwa  korban benar- benar pemenang undian, curiga dengan pesan yang berupa nomor kartu SIM card tidak resmi. Curiga penipu menelpon disaat keluar jam kerja.

Oleh karena itu diperlukannya kewaspadaan yang cukup ekstra, dengan iming-iming hadiah yang besar.Tentunya dengan  resiko yang besar pula untuk segera mempercayainya. Karena dengan era digital ini juga kita harus berhati-hati dalam menggunakan jaringan internet. Kebermanfaatan yang diiringi dampak positif ada, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa dampak negatif dengan motif kejahatan juga ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun