Mohon tunggu...
Lia Oktaviana
Lia Oktaviana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

melalui proses berharap progres

Selanjutnya

Tutup

Money

OTP? Kenali Motif Penipuan Online

15 Maret 2020   12:23 Diperbarui: 16 Maret 2020   14:32 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambarlucupictures.blogspot.com

"Anda pemenang Ke 2 3.3 SHOPEE FASHION sale awal tahun 2020 Rp.150.000.000 TOKEN ID (B8337H9) cek dibawah ini : s.d/3-3shopeefashionsale" 

Nah dari sinilah kita akan menemukan link yang menyuruh kita segera join. Karena dari link inilah kita akan mendapat halaman situs yang telah dibuat dari pihak Shopee resmi. Tetapi itu hanya iming-iming yang dapat mensugesti bahwa korban benar-benar mendapatkan undian tersebut.

Shopee sendiri memiliki program Undian dari Golden Ticket Shopee yang telah melakukan transaksi di Shopee. Tetapi perlu diingat pengumuman hanya melalui media resmi Shopee baik situs, medsos, dan aplikasi. Bukan berasal dari nomor kartu SIM card tak dikenal maupun dari website tidak resmi seperti blogspot, misalnya.

Kedua, mendapatkan nomor tidak dikenal dan menelpon dengan alasan dan motif tertentu

Motif ini sebenarnya lebih banyak menipu banyak orang, karena pelaku penipu dengan bahasanya yang dapat menyakinkan korban. Bisa mempengaruhi korban secara tak sadar, dan bahayanya terkadang penipu tahu tentang identitas korban beserta keluarganya. Dengan hal tersebut penipu berupaya mencari kelemahan dari korban, sehingga dapat mengeruk uang .

Contoh kasus dari korban penipuan sebagai berikut

  • Pelaku penipu mengaku keluarga korban yang jauh diluar pulau (Kalimantan). Mengaku meminta uang untuk membantunya karena hal-hal yang membuat rasa prihatin korban, dengan menelpon menggunakan bahasa orang Kalimantan, dan bahkan memberi foto profil bahwa dia merupakan keluarganya. Penipu tersebut meminta korban mengisikan pulsa dengan isian pulsa yang tidak sedikit, yaitu 500.000 atau lebih.
  • Kemudian kasus selanjutnya adalah pelaku dalam telepon mengaku berpura-pura menjadi polisi dan sedang menangani kasus anak korban yang sedang bermasalah di kantor polisi. Lalu, meminta uang untuk menangani kasus anaknya.
  • Ada juga yang mengaku orang lain yang menemukan keluarga korban yang sedang kecelakaan. Motif ini didasari memberitahu keluarga korban bahwa penipu merupakan penolong keluarganya yang saat itu membutuhkan uang.

Dari sinilah seharusnya kita menjadi jeli terhadap penelpon, pertama-tama harus menayakan detail nama pelaku, alamat. Selain itu juga bisa meminta foto atau dokumen lain yang mengindikasikan pernyataan penipu itu bahwa keluarganya membutuhkan bantuan. Mengecam akan lapor ke kantor polisi guna mengecek kebenaran diperlukan, jika penelpon berusaha menghindar dan mengelak maka patut dicurigai. Mencurigai disetiap transaksi yang menginginkan kiriman uang.

Selain itu kita dapat merekam percakapan kita dengan nomor tersebut dengan handphone, riwayat penelpon jangan dihapus.

Ketiga adalah penipuan dengan transaksi menggunakan OTP

Mungkin banyak yang belum mengetahui fungsi dari OTP itu apa  OTP (One Time Password) atau disebut kata sandi sekali pakai yang digunakan untuk transaksi online saat kita akan melakukan login akun di handphone misalnya. OTP terdiri dari angka-angka yang digunakan untuk tujuan keamanan dalam mengkonfirmasi login atau transaksi online. Kode ini harusnya tidak mudah diberikan kepada siapapun kecuali pengguna, karena jika OTP ini diketahui orang lain dapat disalahgunakan dan kemanan privasi akun tidak terjamin.

Berikut merupakan kasus yang mungkin seringkali digunakan penipu dengan mengaku merupakan karyawan Bank BRI misalnya, Biasanya pelaku penipuan akan memberi SMS yang mengindikasikan dirinya merupakan karyawan resmi yang menghubungi korban, karena korban penipu mendapatkan hadiah dari instansi BRI terkait. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun