Sangat disayangkan. Sedang mencari lelaki laissez-faire pun tidak mudah. Dalam seumur hidup saya, dahulu baru ada satu orang pria laissez-faire yang bisa membuat saya benar-benar jatuh cinta, tak pernah membatasi ruang gerak saya, namun sudah sejak lama kami berpisah.Â
Beruntung, sekarang saya mendapatkan ganti seorang lelaki lain yang meskipun cukup posesif tapi pikirannya maju dan tidak kolot dengan hak saya sebagai manusia -- yang kebetulan berjenis kelamin perempuan.Â
Saya bersyukur, karena faktanya tak banyak laki-laki terutama di Indonesia, yang tidak menderita keterbelakangan pikir dengan menganggap bahwa tujuan wanita hidup hanyalah untuk macak, masak, lan manak.
      Perempuan dan laki-laki yaitu sama -- masing-masing punya satu tubuh serta diberi kendali yang utuh. Sama-sama manusia, yang menurut Abraham Maslow pasti menginginkan kebutuhan akan aktualisasi diri yang dikatakan sebagai bentuk pencapaian tertingginya kehidupan.Â
Bagi para wanita, jalan hidup adalah pilihannya sendiri. Apakah ia ingin hidup dengan benar-benar hidup, atau hidup sekadar guna menjadi budaknya kaum lelaki yang mereka cintai nantinya -- yang kemudian mati, terkubur tanpa meninggalkan jejak identitas pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H