Mohon tunggu...
Lia Febriyanti
Lia Febriyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Nasional Jurusan Ilmu Sosial dan Politik Prodi Ilmu Komunikasi

Saya memiliki antusiasme dan motivasi yang tinggi. Memiliki jiwa kepemimpinan membuat saya lebih tampil percaya diri di depan umum. Saya memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan ingin bermanfaat bagi orang sekitar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Dtaing Aplikasi Bumble Terhadap Keamanan Dan Privasi Para Pengguna

2 Februari 2024   14:10 Diperbarui: 2 Februari 2024   14:14 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

DI SUSUN OLEH KELOMPK 7

Irghina Zalianty Putri (213516516403) Lia Febriyanti (223516516537) Maharani Dwi Puspita Sari (213516516258) Rahma Putri Lestari (213516516151) Syafira Anggraini (213516516334) Tasya Amelia Rahayu (213516516519) 

Dosen : Th. Bambang Pamungkas 

Matkul : Filsafat Komunikasi

PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan majunya perkembangan zaman di dunia maupun di Indonesia, banyak segala sesuatu hal yang sifatnya maju khususnya bagi satu orang ke orang lainnya. Tak jarang juga masyarakat yang menyambut hadirnya perkembangan digital ini dengan suka cita. Salah satunya adalah dengan hadirnya dating apps bernama ‘Bumble’ yang tengah menjadi sorotan banyak orang. Bumble hadir dengan konsep terbaru yang mampu membantu manusia untuk menemukan teman, pasangan, bahkan keluarga apabila bisa menemukan orang yang tepat. Bumble merupakan salah satu aplikasi online yang biasa digunakan untuk kencan online ataupun mendapatkan teman secara online. Fitur yag terkenal di Bumble adalah swipe yang dimana para pengguna bisa menggeser percakapan ataupun profile orang lain apabila tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Banyak orang yang sudah merasakan benefit tersendiri selama menggunakan Bumble dalam berkomunikasi. 

Dengan banyaknya aplikasi dating seperti bumble tentunya membuat kekhawatiran tersendiri bagi para pengguna, yaitu keamanan dan privasi yang takut disalahgunakan atau bocor. banyak beberapa kasus tentang keamanan dan pengaduan ke aplikasi bumble. Salah satu kasus yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2020, ketika seorang peneliti keamanan menemukan celah dalam sistem Bumble yang memungkinkan penyerang untuk mengakses informasi pribadi pengguna, termasuk lokasi mereka. Celah ini merupakan ancaman serius terhadap privasi dan keamanan pengguna aplikasi ini. Berita tersebut memberikan rincian tentang bagaimana peneliti keamanan menemukan celah tersebut dan bagaimana Bumble merespons temuan tersebut. Kasus ini sangat mencemaskan karena pengguna Bumble memiliki hak untuk menjaga privasi dan keamanan informasi pribadi mereka saat menggunakan aplikasi. Selain itu, ada juga laporan tentang Bumble terjadi di kota california, ada penggugat yang mengadukan bumble ke kepolisian terkait bumble yang yang secara tidak sengaja membagikan data pengguna dengan pihak ketiga tanpa izin. Hal ini menimbulkan kekhawatiran yang serius tentang privasi pengguna dan perlindungan data pribadi. Ketika data pengguna diungkapkan tanpa persetujuan mereka, ini melanggar kepercayaan pengguna terhadap aplikasi dan mempertanyakan komitmen Bumble dalam melindungi privasi pengguna. Berita ini memberikan informasi tentang bagaimana data pengguna Bumble dapat diakses oleh pihak ketiga tanpa sepengetahuan atau izin pengguna. Kasus ini menunjukkan bahwa Bumble harus meningkatkan sistem keamanan dan privasi mereka untuk mencegah pelanggaran data yang serupa di masa depan. 

Untuk menanggapi kasus-kasus ini, Bumble telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan dan privasi pengguna. Mereka telah memperbaiki celah keamanan yang ditemukan oleh peneliti dan melakukan audit keamanan secara teratur untuk memastikan sistem mereka tetap aman. Bumble juga berkomitmen untuk meningkatkan privasi pengguna dan menjaga kerahasiaan informasi pribadi yang mereka berikan saat menggunakan aplikasi ini. Meskipun Bumble telah melakukan langkah-langkah untuk memperbaiki keamanan dan privasi, penting bagi pengguna Bumble untuk tetap waspada. Mereka harus mengamankan informasi pribadi mereka dengan menggunakan fitur keamanan yang disediakan oleh aplikasi dan tidak membagikan informasi sensitif kepada orang yang tidak dikenal. Selain itu, pengguna juga dapat melaporkan segala aktivitas yang mencurigakan kepada tim dukungan Bumble agar tindakan dapat diambil dengan cepat. Ditambah juga dengan adanya fenomena dating apps ini menjadi salah satu gambaran pemikiran filsafat ilmu dalam kehidupan manusia. 

Filsafat ilmu merupakan proses berpikir menyeluruh hingga menemukan suatu fenomena-fenomena terbaru. Karena dalam filsafat ilmu sendiri juga berlandaskan pada tiga pemikiran seperti ontologi yang digunakan untuk mengkaji suatu kebenaran, epistemologi menjelaskan bagaimana cara mendapatkan ilmu atau metode apa yang digunakan, dan terakhir aksiologi yang merupakan penjelasan untuk apa ilmu itu digunakan. Berdasarkan hal ini maka akan dikaitkan dan ditelaah mengenai keamanan dan privasi pengguna terhadap filsafat Ilmu. 

KAJIAN PUSTAKA 

Teori Pada penelitian ini kami menggunakan dua teori yang berkesinambungan, yaitu Teori Keterbukaan (Uncertainty Reduction Theory) dan Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory). Berikut adalah penjelasan terkait teorinya: 

1) Teori Keterbukaan (Uncertainty Reduction Theory):

 Pengguna Bumble, seperti yang telah dijelaskan, berkomunikasi untuk mengurangi ketidakpastian tentang calon mitra. Proses ini melibatkan pertukaran informasi pribadi, dan pengguna secara aktif berusaha menciptakan keterbukaan. Informasi-informasi ini menjadi kunci untuk membentuk pemahaman awal tentang satu sama lain. Konsep Utama: Teori ini mengatakan bahwa dalam tahap awal interaksi, orang cenderung berkomunikasi untuk mengurangi ketidakpastian tentang pihak lain. 

Aplikasi pada Bumble: Pengguna Bumble berkomunikasi dengan tujuan mengurangi ketidakpastian tentang mitra potensial. Mereka dapat bertukar informasi pribadi, seperti minat, hobi, atau rencana masa depan, untuk menciptakan keterbukaan. 

2) Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory): 

Tentang bagaimana pengguna Bumble terlibat dalam pertukaran sosial. Mereka memberikan informasi pribadi, waktu, dan perhatian dengan harapan mendapatkan manfaat dalam bentuk koneksi yang bermakna atau bahkan hubungan asmara. Ini menciptakan dinamika pertukaran yang mendasari komunikasi antar pengguna. 

● Konsep Utama: Teori ini menekankan pertukaran sumber daya sebagai dasar dari interaksi sosial. Orang berkomunikasi dengan harapan mendapatkan manfaat atau kepuasan dari hubungan tersebut. 

● Aplikasi pada Bumble: Pengguna Bumble dapat dilihat sebagai pihak yang terlibat dalam 

● pertukaran sosial. Mereka memberikan informasi pribadi, waktu, dan perhatian dengan harapan mendapatkan koneksi yang bermakna atau bahkan hubungan asmara. 

● Kombinasi Keterbukaan dan Pertukaran: 

● Pengguna Bumble, pada awalnya, mungkin merasakan ketidakpastian tentang sejauh mana 

● mereka cocok dengan calon mitra. Oleh karena itu, mereka akan berusaha mengurangi 

● ketidakpastian ini melalui pertukaran informasi. 

PEMBAHASAN 

Dampak Dari Dating Apps Bumble merupakan sebuah aplikasi kencan online yang cukup disenangi banyak anak muda. Hal yang membedakan Bumble dengan aplikasi lainnya yaitu adanya kesempatan bagi perempuan untuk proaktif dalam mengajak berkenalan lebih dahulu. Aplikasi yang di dalamnya memiliki 55 juta pengguna di seluruh dunia itu 75% penggunanya berusia 35 tahun (sisanya anak muda berusia dewasa awal seperti 20-an). Maraknya trend “couple goals” di kalangan anak muda membuat beberapa dari mereka berusaha dalam mencari pasangan dan mengikuti trend konten di sosial media yang mampu meningkatkan status sosial mereka di kalangan teman sebayanya. Tetapi banyak juga yang menggunakan aplikasi kencan online memang serius ingin mencari pasangan yang tepat, dikarenakan umurnya yang sudah cukup untuk menikah. 

Generasi pengguna aplikasi kencan online tidak jauh dari generasi Z dan milenial yang sudah termasuk ke dalam “Digital native”. Dimana hal tersebut membuat mereka memiliki kemampuan dalam interaksi sosial yang tidak hanya terbatas pada interaksi langsung namun juga pada interaksi secara daring. Berteman di sosial media walaupun tidak kenal dengan pasti penggunanya tetap bisa terjadi di kalangan generasi sekarang dan bahkan menjadi norma yang umum.

 Maraknya aplikasi kencan online yang digunakan banyak anak muda tidak hanya memberikan sisi senang dan bermanfaat untuk menambah teman, tetapi juga memiliki sisi gelap yang wajib diperhatikan bagi para pengguna aplikasi kencan online. Zaman sekarang banyak orang jahat yang berani melakukan penipuan dan kekerasan berbasis gender online. Karena sistem dari aplikasi tersebut komunikasi secara online, maka sulit juga bagi korban untuk membuat laporan kepada pihak yang berwajib. Sedangkan mereka yang memiliki niat jahat dapat melakukan aksinya dengan membuat identitas palsu secara mudah.

 Kewaspadaan diri di sini harus diutamakan, jangan dengan mudah langsung menaruh kepercayaan kepada seseorang hanya dengan melihat photo profil dan deskripsi singkat tentang dirinya di aplikasi tersebut. Ditambah sebagian besar dari aplikasi kencan online ini pasti memberikan opsi pendaftaran yang di dalamnya akan dimintai penyertaan akun sosial media. Nantinya data yang terisi akan secara otomatis bisa menyesuaikan dengan data dari sosial media yang berkaitan, seperti nama, alamat, pekerjaan, foto sampai pendidikan. 

Mudahnya pengoperasian aplikasi kencan online, membuat beberapa dari pengguna dapat terbuai untuk memberikan identitas diri seperti no telpon dan sosial media yang di dalamnya terdapat informasi keseharian mereka. Penggunaan dating apps memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keamanan dan privasi pengguna. hal tersebut dapat terjadi karena adanya pemaparan informasi pribadi, yang menjadi target bagi para penipu. orang yang melakukan aksi penipuan di dating apps pasti menggunakan profil palsu yang dapat mengarah pada pertemuan individu yang tidak jujur. Aplikasi kencan online ini juga dapat menjadi target bagi serangan peretas yang melakukan pencurian informasi pribadi pengguna seperti data kartu kredit, alamat email, dll. 

Ditambah pengaktifan fitur lokasi yang dapat membocorkan lokasi pengguna secara real time dan meningkatkan resiko keamanan terkait dengan pengetahuan orang lain tentang lokasi mereka. Pengguna mungkin tidak sepenuhnya menyadari risiko privasi dan keamanan yang terkait dengan menggunakan dating apps. Penyedia apps harusnya memiliki kebijakan privasi yang transparan dan ditaati untuk melindungi keamanan dan privasi pengguna. 

Mengkaji Aplikasi Bumble Terhadap Filsafat Ilmu berdasarkan Perspektif Keamanan dan Privasi Pengguna

 a. Epistemologi 

Epistemologi yang merupakan pemikiran cabang filsafat mengenai bagaimana pemikiran itu ada. Hal ini jika dikaitkan dengan judul memiliki kaitan bahwa bagaimana peran dating apps bumble terhadap keamanan dan privasi bagi para pengguna. Mengutip dari sebuah jurnal yang berjudul "CYBERCULTURE PADA APLIKASI KENCAN ONLINE YANG MEMUNCULKAN AKUN ANONIM PELAKU KBGO PADA WANITA URBAN," bahwa segala jenis dating apps terutama bumble ini belum memiliki wadah atau fitur khusus dalam mengawasi keamanan dan privasi bagi para pengguna. Hal ini dikarenakan dating apps sendiri hanya fokus pada proses-proses tertentu dan bersifat general pada diri seseorang. Fitur yang ada dengan istilah profile hanya mampu menggambarkan identitas nama, hobi, usia, agama, hingga aktivitas yang dilakukan oleh para pengguna dating apps tersebut. Walaupun sangat disayangkan fitur dari dating apps ini masih memiliki kekurangan baik dalam filterisasi seseorang atau hal yang lainnya. Dalam konteks ini bumble tidak bisa menjamin keamanan bagi para pengguna. Banyak ditemukan kasus pelecehan yang berasal dari dating apps dan menelan banyak kejadian bahkan korban yang memiliki rasa traumatis akan hal tersebut. Namun para pengguna dating apps ini tidak selamanya bersikap jujur mengenai identitas yang digunakan di dalamnya. Mereka bisa saja menggunakan profile orang lain untuk melakukan verifikasi pada pengaturan akun dating apps tersebut. Dengan adanya hal ini diperlukan adanya edukasi mengenai kesadaran keamanan hingga kebijakan privasi yang harus dilindungi untuk melakukan pencegahan mengenai hal-hal yang tidak diinginkan. Walaupun pada fitur yang disediakan oleh dating apps sudah memiliki sistem keamanan bagi para pengguna wanita, hal ini tidak menutup kemungkinan segala bentuk kejahatan bisa saja terjadi. Apalagi dengan adanya pemalsuan data dan profil dari orang lain bisa berakibat fatal terhadap korban yaitu berupa pelecehan maupun penipuan dengan modus tertentu. Dalam hal ini yang perlu ditekankan adalah pentingnya menjaga keamanan data maupun privasi diri sendiri terhadap dating apps yang beredar terutama bumble yang sudah digunakan oleh banyak orang. Para pengguna harus betul-betul menjaga keamanan mereka, siap siaga dan memiliki mawas diri yang tinggi terhadap diri sendiri. Pihak dari perusahaan aplikasi tersebut juga harus terus menerus melakukan update hingga mengembangkan inovasi terbaru, supaya para pengguna bisa merasakan keamanan penuh dan nyaman dalam menggunakan aplikasi tersebut. 

b. Aksiologi 

Aksiologi dalam filsafat komunikasi membahas nilai-nilai etika dan moral yang mendasari praktik komunikasi. Pemikiran aksiologis dalam konteks komunikasi melibatkan pertimbangan tentang kebenaran, keadilan, integritas, dan dampak etis dari interaksi komunikatif. Analisis aksiologi dalam keamanan dan privasi mencakup pemahaman nilai-nilai etis yang mencakup kebijakan dan praktik yang terkait dengan melindungi informasi pribadi dan memastikan keamanan data. Aksiologi mengakui hak privasi sebagai bagian integral dari martabat manusia dan konsepsi sebagai salah satu nilai etis utama. Pemahaman ini mendasarkan diri pada prinsip bahwa setiap individu memiliki hak untuk menjaga privasi mereka, dan kebebasan tersebut harus dihormati dan dilindungi. Prinsip ini memandu pembentukan kebijakan dan praktik terkait privasi, baik di tingkat individu, organisasi, maupun masyarakat secara luas. Pemikiran aksiologis juga mencakup pertimbangan etik terkait dengan pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan informasi pribadi. Dengan menghormati privasi sebagai nilai fundamental, aksiologi membantu mencegah konteks informasi dan melindungi hak individu untuk menjaga sebagian atau seluruh aspek kehidupan pribadi mereka. Sehingga, Penting untuk kita mencapai keseimbangan antara perlindungan privasi dan kebutuhan untuk mengumpulkan informasi yang dapat mendukung inovasi dan pengembangan. Oleh karena itu, aksiologi dapat menjadi panduan etis untuk membantu masyarakat dan organisasi memahami dan mengelola isu-isu privasi dengan benar. Aksiologi adalah studi tentang etika dan nilai-nilai yang memuat tindakan-tindakan manusia. 

Dalam konteks aksiologi, terdapat beberapa nilai dan prinsip-prinsip etika, keamanan dalam aplikasi kencan (dating apps) dapat diartikan sebagai implementasi nilai-nilai moral dan etika untuk melindungi privasi serta memastikan pengalaman yang aman dan bermartabat bagi pengguna. Beberapa aspek keamanan dalam dating apps yang dapat dilihat dari sudut pandang aksiologi meliputi: 

1. Menghormati dan menghargai privasi : Keamanan dalam dating apps berkaitan erat dengan nilai hormat terhadap privasi. Aplikasi harus memperlakukan data pribadi pengguna dengan penuh keamanan dan menghormati hak privasi yang digunakan. 

2. Keterbukaan dan Transparansi: Nilai-nilai keterbukaan dan transparansi penting dalam membangun kepercayaan dan keamanan. Aplikasi harus memberikan informasi yang jelas kepada pengguna tentang bagaimana data mereka digunakan dan diakses. 

3. Perlindungan Terhadap Penyalahgunaan: Keamanan juga melibatkan perlindungan terhadap penyalahgunaan informasi. Aplikasi harus memiliki mekanisme untuk mencegah atau merespons terhadap tindakan yang dapat merugikan atau mencemarkan nama baik pengguna. 

4. Pencegahan Terhadap Kejahatan Online: Dating apps perlu mempertimbangkan nilai-nilai etis yang berkaitan dengan pencegahan terhadap kejahatan online, seperti penipuan atau pelecehan, untuk menciptakan lingkungan yang aman. 

5. Pentingnya Konsensualitas: Konsensualitas dalam konteks aplikasi kencan mencerminkan nilai-nilai etika terkait dengan persetujuan bersama dalam interaksi dan hubungan antar pengguna. Aplikasi harus mendorong interaksi yang didasarkan pada persetujuan yang jelas dan saling menghormati. 

6. Kebebasan dan Kesetaraan: Nilai-nilai kebebasan dan kesetaraan juga relevan dalam keamanan aplikasi kencan. Aplikasi harus memastikan bahwa setiap pengguna memiliki hak yang sama untuk merasa aman dan dihormati dalam lingkungan tersebut.

 7. Mengatasi Konflik antar individu : Dalam situasi di mana terdapat konflik nilai antara kebebasan individu dan perlindungan keamanan, aplikasi perlu mempertimbangkan cara menyeimbangkan nilai-nilai tersebut dengan bijak dan adil. Penting untuk mengintegrasikan nilai-nilai etis ke dalam desain, kebijakan, dan praktik pengelolaan keamanan aplikasi kencan. Sehingga, dapat menciptakan individu yang saling menghormati, melindungi privasi, dan memberikan pengalaman yang aman dan bermartabat.

 c. Ontologi 

Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang keberadaan, sifat, dan hubungan antara entitas di dunia ini. Dalam hal ini, ontologi dapat digunakan untuk memahami dan menganalisis bagaimana penggunaan aplikasi kencan seperti Bumble mempengaruhi hubungan interpersonal dan budaya perkencanan di era digital. Salah satu aspek yang relevan dalam ontologi Bumble adalah konsep identitas dan representasi diri. Melalui aplikasi ini, pengguna dapat membuat profil yang mencakup informasi pribadi, minat, dan preferensi. Hal ini mempengaruhi cara pengguna mempresentasikan diri mereka kepada orang lain dalam dunia maya. Misalnya, seseorang dapat memilih foto profil yang menampilkan minat dan aktivitas yang ingin mereka tampilkan kepada calon pasangan. Untuk mengkaji aplikasi Bumble dari perspektif filsafat ilmu terkait keamanan dan privasi pengguna, pertimbangan filosofis yang melibatkan perlindungan hak privasi dan kebebasan individu menjadi sentral. 

1. Hak Privasi dan Kebebasan: Dalam filsafat ilmu, pertanyaan etis dapat muncul seputar sejauh mana aplikasi menghormati hak privasi pengguna dan memberikan kebebasan kepada mereka untuk mengontrol informasi pribadi mereka. 

2. Transparansi: Aspek transparansi juga dapat dinilai. Bagaimana Bumble memberikan informasi kepada pengguna tentang bagaimana data mereka dikumpulkan, digunakan, dan disimpan? Transparansi ini menjadi kunci dalam membangun kepercayaan. 

3. Tujuan Pengumpulan Data: Pertimbangan filsafat ilmu melibatkan evaluasi tentang tujuan sebenarnya di balik pengumpulan data. 4. Kontrol Pengguna: Penting untuk melihat sejauh mana pengguna memiliki kendali atas informasi mereka.

5. Dampak Sosial: Analisis filosofis juga dapat mempertimbangkan dampak sosial aplikasi seperti Bumble terhadap masyarakat secara keseluruhan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun