Nama : Lia Ananda HartawanÂ
NIM Â Â : 201905054
Tingkat & Kelas : Tingkat 4 - Kelas B
Prodi  : S1 Keperawatan
STIKes Mitra Keluarga
Persentase jumlah penduduk di Indonesia yang termasuk dalam kategori lanjut usia terus mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2022, proporsi jumlah penduduk lansia di Indonesia yaitu sebesar 5.45% pada tahun 1980, 6.29% pada tahun 1990, 7.18% pada tahun 2000, 7.41% pada tahun 2010, 9.93% pada tahun 2020, dan 10.48% pada tahun 2022.Â
Proporsi tersebut diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga sebesar 15.94% pada tahun 2036 dan 19.85% pada tahun 2045. Berdasarkan data besarnya proporsi jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2022 yang sudah mencapai 10.48%, menyebabkan Indonesia masuk dalam negara yang mengalami penuaan penduduk atau Ageing Population (Tusianti et al., 2022) dan (Pusdatin, 2022).Â
Penuaan penduduk atau Ageing Population yang dialami oleh Indonesia dapat meningkatkan beban yang ditanggung oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan. Jika pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah berkualitas, maka dapat menurunkan angka kematian dan meningkatkan angka harapan hidup. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2022, angka harapan hidup di Indonesia yaitu sebesar 73.5% (Badan Pusat Statistik, 2022).
Salah satu gangguan kesehatan mental yang banyak dialami oleh lansia, sehingga menjadi beban pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yaitu depresi. Depresi lansia adalah kondisi terganggunya psikologis pada seseorang dengan kategori lanjut usia yang berhubungan dengan alam perasaan yang sedih diikuti oleh gejala penyertanya seperti perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, tingkat konsentrasi, mudah lelah, muncul rasa putus asa dan perasaan tidak berdaya hingga muncul keingin bunuh diri (Azizah, 2011). Â
Berdasarkan hasil penelitian (WHO, 2017), persentase depresi pada lansia di dunia yaitu sebesar 27% wilayah Asia Tenggara, 21% wilayah Pasifik Barat, 16% wilayah Mediterania Timur, 15% wilayah Amerika, 12% wilayah Eropa, 9% wilayah Afrika. Berdasarkan hasil penelitian (Kemenkes RI, 2018), persentase depresi pada lansia di Indonesia yaitu sebesar 29.5%. Beberapa faktor yang menyebabkan lansia mengalami depresi yaitu :
1. Kehilangan pasangan hidup, anggota keluarga, teman, ataupun hewan peliharaan yang disebabkan oleh kematian, perceraian, maupun perpindahan tempat tinggal
Lansia yang mengalamai kondisi ini dapat menyebabkan timbulnya rasa sedih berkepanjangan dan kesepian
2. Kurang mendapatkan dukungan dari keluarga, teman sebaya, dan lingkungan
Lansia yang kurang mendapatkan dukungan (dukungan emosional, informasi, instrumental, penilaian dan penghargaan) dapat menyebabkan timbulnya rasa tidak diterima, tidak dihargai, tidak dicintai, dan diasingkan
3. Kondisi kesehatan yang menurun (Perubahan fisik, kognitif, spiritual, psikososial)
Lansia yang mengalami kondisi penyakit yang timbul akibat dari kondisi kesehatan yang menurun dapat menyebabkan :
a. Timbulnya perasaan ketidakberdayaan dan keputusasaan : Diakibatkan oleh keterbatasan dalam melakukan aktivitas
b. Hilangnya rasa percaya diri (gangguan citra diri) : Diakibatkan oleh kerusakan bentuk tubuh yang diakibatkan oleh penyakit maupun efek prosedur medis
c. Kejenuhan : Diakibatkan oleh frekuensi dan durasi pengobatan yang sudah berlangsung lama
4. Kehilangan pekerjaan dan menurunnya ekonomi
Lansia yang sudah mengalami masa pensiun jika tidak mampu untuk beradaptasi beresiko menyebabkan :
a. Timbulnya rasa khawatir terhadap keuangan untuk memenuhi kebutuhan setiap hari
b. Timbul rasa tidak berguna karena tidak bisa menghasilkan penghasilan uang untuk memenuhi kebutuhan dengan baik
c. Timbulnya rasa takut kehilangan penghasilan, pengakuan publik, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status yang dapat menyebabkan gangguan konsep diri (citra diri, ideal diri, peran diri, harga diri, dan identitas diri)
5. Kesiapan lansia menghadapi kematian
Jika lansia tidak mampu beradaptasi, meningkatkan kesiapan dan penerimaan terhadap kematian yang akan datang akan menyebabkan timbulnya rasa khawatir, takut, dan cemas
6. Faktor genetik
Depresi dapat diakibatkan oleh genetik atau diturunkan dari anggota keluarga sebelumnya yang pernah mengalami depresi
7. Pernah mengalami kejadian tragis
Lansia yang pernah mengalami kejadian tragis seperti kecelakaan, bencana, maupun kekerasan dalam hidupnya, beresiko mengalami depresi (Widi, 2021)
Jika lansia tidak mampu beradaptasi dan mencegah kondisi yang terjadi tersebut dan terus berlangsung dalam jangka waktu lama akan menyebabkan depresi. Tanda dan gejala yang dapat timbul pada lansia yang mengalami depresi yaitu :Â
1. Aspek afektif
Tanda dan gejala yang dapat timbul yaitu mudah marah dan kesal, kecemasan, acuh (apatis), penyangkalan perasaan, kemurungan, rasa bersalah, ketidakberdayaan, kesepian, merasa tidak berharga, sedih berkepanjangan, dan lain - lain
2. Aspek fisiologis
Tanda dan gejala yang dapat timbul yaitu nyeri fisik (perut, punggung, kepala), gangguan tidur, gangguan pencernaan, penurunan nafsu makan, perubahan berat badan, mudah lelah dan letih, dan lain - lain
3. Aspek kognitif
Tanda dan gejala yang dapat timbul yaitu kebingungan, sulit berkonsentrasi, kehilangan minat dan motivasi untuk beraktivitas, menyalahkan diri sendiri, menghina diri sendiri, pikiran negatif terhadap diri sendiri, pesimis, sulit mengambil keputusan, sikap dan perasaan bertentangan (ambivalensi), dan lain - lain
4. Aspek perilaku
Tanda dan gejala yang dapat timbul yaitu gelisah (agitasi), mudah tersinggung, mudah menangis, penurunan spontanitas, bergantung kepada orang lain, penurunan perawatan diri, penurunan bersosialisasi dengan orang lain, menarik diri, dan lain -- lain (Dalami et al., 2021).
Agar lansia tidak mengalami depresi, maka harus dilakukan pencegahan dengan cara :
1. Tidak menghakimi dan berikanlah dukungan penuh kepada lansia baik dari keluarga, teman sebaya, maupun lingkungan meliputi dukungan emosional, informasi, instrumental, penilaian dan penghargaan
2. Membantu menjaga kondisi kesehatan lansia dengan cara :
a. Mengontrol stress
b. Menjaga kualitas tidur
c. Meningkatkan aktivitas fisik (disesuaikan dengan usia dan kondisi kesehatan)
d. Menerapkan diet makanan sehat
e. Menghindari merokok dan mengonsumsi alkohol
f. Mengonsumsi vitamin
g. Patuh terhadap pengobatan (bagi lansia yang mengalami penyakit)
3. Membantu memandirikan lansia untuk memenuhi kebutuhan dirinya (disesuaikan dengan kemampuannya)
4. Mengisi waktu luang dengan cara melakukan hobi dan meningkatkan keterampilan yang dapat menghasilkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
5. Aktif bersosialisasi dengan cara mengikuti kegiatan di masyarakat
6. Menemukan makna dan tujuan hidup
7. Membuat perencanaan yang akan dilakukan dalam jangka waktu panjang dan pendek
8. Bercerita terkait perasaan yang dialami kepada seseorang terdekat dan dipercaya
9. Berusaha untuk selalu berpikir positif terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar
10. Beradaptasi dengan cara meningkatkan kesiapan dan penerimaan terhadap kematian yang akan datang
11. Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan cara melakukan ibadah sesuai dengan kepercayaan
12. Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh di fasilitas kesehatan (Dewi et al., 2022) dan (Tumanggor et al., 2022).
Untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus depresi yang dialami oleh lansia, oleh karena itu masyarakat harus paham mengenai depresi agar dapat membantu mencegahnya. Jagalah kesehatanmu saat ini, agar dapat meningkatkan harapan hidup. Mari tingkatkan kualitas hidup lansia, dengan cara katakan tidak pada depresi ! Salam sehat, cinta kasih
REFERENSI :
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Graha Ilmu.
Badan Pusat Statistik. (2022). Statistik Indonesia 2022. Badan Pusat Statistik. https://www.bps.go.id/publication/2022/02/25/0a2afea4fab72a5d052cb315/statistik-indonesia-2022.html
Dalami, E., Suliswati, Rochimah, Suryati, K. R., & Lestrai, W. (2021). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa (Cetakan 1). CV Trans Info Media.
Dewi, S. U., Sinaga, M. R. E., Oktavia, N. A., Wahyuningsih, S., Yunike, Beo, Y. A., Pangaribuan, R., Anggeriyane, E., Fakhriyah, D., Kusumawaty, I., & Nuraeni, A. (2022). Keperawatan Gerontik. PT Global Eksekutif Teknologi.
Kemenkes RI. (2018). Laporan Nasional RISKESDAS 2018. https://dinkes.kalbarprov.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Laporan-Riskesdas-2018-Nasional.pdf
Pusdatin. (2022). Lansia Berdaya, Bangsa Sejahtera. Pusat Data dan Informasi. https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin-Lansia-2022.pdf
Tumanggor, R. D., Salsabila, G., & Hutagalung, G. F. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Depresi Berdasarkan NANDA, NOC, NIC, ISDA, dan ICRM. Penerbit Media Sains Indonesia.
Tusianti, E., Gunawan, I. G. N. A. R., Paramartha, D. Y., Delyana, S., Prihatinningsih, D. R., & Nugroho, A. (2022). Analisis Profil Penduduk Indonesia. Badan Pusat Statistik. https://www.bps.go.id/publication/2022/06/24/ea52f6a38d3913a5bc557c5f/analisis-profil-penduduk-indonesia.html
WHO. (2017). Depression and Other Common Mental Disorders Global Health Estimates. https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/254610/WHO-MSD-MER-2017.2-eng.pdf
Widi, W. A. (2021). Depresi Pada Lansia Di Masa Pandemi COVID - 19 (Cetakan 1). Media Nusa Creative.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H