Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Sebanyak 17 juta kematian (37%) dibawah usia 70 tahun disebabkan oleh penyakit jantung. Penyakit jantung adalah sekelompok gangguan jantung dan pembuluh darah yang meliputi jantung koroner (coronary heart disease), penyakit pembuluh otak (cerebrovascular disease), penyakit rematik jantung (rheumatic heart disease), trombosis vena dalam emboli paru (deep vein thrombosis and pulmonary embolism), penyakit arteri perifer (peripheral arterial disease), serta penyakit jantung bawaan (congenital heart disease).
Di Indonesia sendiri, penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi penyebab kematian paling tinggi. Penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan karena adanya penumpukan plak pada dinding arteri yang memasok darah ke jantung (disebut arteri koroner). Plak terdiri atas endapan kolesterol dan zat lain di dalam arteri. Hal tersebut menyebabkan bagian dalam arteri menyempit sehingga menghalangi aliran darah atau aterosklerosis. Â Faktor resiko PJK terbagi menjadi dua yakni faktor yang dapat di kendalikan dan tidak dapat di kendalikan. Faktor yang dapat di kendalikan antara lain merokok, obesitas, dislipidemia, pola makan dan hipertensi. Sedangkan faktor yang tidak dapat dikendalikan antara lain usia, jenis kelamin, dan genetik atau keturunan.
Penanganan medis untuk penyakit jantung diantaranya adalah pemberian antitrombotik. Pasien dengan resiko rendah umumnya mendapatkan terapi pengobatan lini pertama Aspirin dan Clopidogrel. Aspirin dapat mengurangi viskositas darah dan memperlambat atau mencegah penyumbatan arteri koroner sedangkan Clopidogrel merupakan obat golongan thienopyridine yang dapat mengurangi agregasi trombosit. Selain aspirin, warfarin juga dapat digunakan. Warfarin merupakan obat antikoagulan yang fungsinya mencegah pembekuan darah. Mekanisme kerja warfarin yaitu dengan cara menghambat sintesis vitamin K pada hati, sehingga memengaruhi faktor-faktor pembekuan II, VII, IX dan X, dengan mengubah residu asam glutamat menjadi residu asam gama-karboksiglutamat, namun warfarin memiliki efek samping dapat menyebabkan  terjadinya pendarahan.
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi pasien jantung dan pembuluh darah, pengobatan komplementer berbasis bahan herbal dapat digunakan, salah satunya adalah bawang putih. Bawang putih (Allium sativum L.). Bawang putih merupakan salah satu tanaman yang memiliki khasiat terutama sebagai antibakteri, antihipertensi dan antitrombotik. Bawang putih memiliki setidaknya 33 komponen sulfur, enzim, asam amino serta mineral. Bawang putih mengandung komponen bioaktif sulfur yang memproduksi allisin. Allisin terbentuk hanya ketika umbi bawang putih dipotong atau dirusak.
Tanaman bawang putih dari wilayah  Asia Tengah, diantaranya Cina dan Jepang yang memiliki iklim subtropik. Selanjutnya bawang putih menyebar ke seluruh Asia, Eropa, dan akhirnya ke seluruh dunia. Di Indonesia, bawang putih dibawa oleh pedagang Cina dan Arab yang selanjutnya dibudidayakan di daerah pesisir atau daerah sekitar pantai. Bawang putih umumnya berfungsi sebagai bumbu penyedap masakan yang penggunaannya masih sering kita jumpai hingga sekarang.
Bawang putih masuk dalam kelas taksonomi sebagai berikut: Kingdom (Plantae (Tumbuhan), Sub-Kingdom  : Tracheobionta; (tumbuhan berpembuluh); Super division  : Spermatophyta (menghasilkan biji); Division        : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga); Class           : Liliopsida (berkeping satu); Sub-Class      : Liliidae; Order          : Liliales; Family         : Liliaceae (bawang-bawangan); Genus         : Allium L. (bawang); Species       : Allium sativum L
Bawang putih merupakan tanaman herba parenial yang membentuk umbi lapis. Tanaman ini tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak sampai setinggi 30-75 cm. Batang yang nampak di atas permukaan tanah adalah batang semu yang terdiri dari pelepah--pelepah daun, sedangkan batang yang sebenarnya berada di dalam tanah. Dari pangkal batang tumbuh akar berbentuk serabut kecil yang banyak dengan panjang kurang dari 10 cm. Akar yang tumbuh pada batang pokok bersifat rudimenter, berfungsi sebagai alat penghisap makanan.
Umbi bawang putih dapat mencapai ukuran 3,8 - 7.6 cm dengan diameter yang bervariasi. Umbi bawang putih memiliki 4-60 siung dengan berbagai bentuk dan ukuran. Siung bawang putih dibungkus oleh membran tipis dengan warna putih atau merah keunguan. Secara organoleptis bawang putih berwarna putih atau putih keunguan, berbau khas dan berasa agak pahit.
Bawang putih memiliki setidaknya 33 komponen sulfur, selain itu terdapat pula enzim, asam amino serta mineral. Bawang putih memiliki komponen sulfur yang lebih tinggi dibandingkan dengan spesies Allium yang lain. Bawang putih mengandung komponen bioaktif sulfur yang memproduksi allisin. Pada bawang putih allisin hanya akan terbentuk ketika umbi dari bawang putih tersebut di potong atau di rusak. Adanya kerusakan pada umbi bawang yang ditimbulkan dari dipotongnya atau dihancurkannya bawang putih akan mengaktifkan enzim Allinase yang akan memetabolisme alliin menjadi allicin, yang kemudian akan dimetabolisme menjadi vinyldithiines dan Ajoene. Proses ini memakan waktu berjam-jam dalam suhu ruangan dan hanya memakan waktu beberapa menit dalam proses memasak. Selain itu, pada saat umbi bawang putih di rusak enzim allinase menjadi aktif dan menghidrolisis alliin yang dapat menghasilkan senyawa intermediet alil sulfenat.
Allisin (diallyl thiosulfinate) merupakan salah satu komponen biologis yang paling aktif yang terkandung dalam bawang putih. Allisin merupakan senyawa identitas (senyawa yang khas, unik,eksklusif pada suatu tanaman) dari umbi bawang putih. Allisin sangat tidak stabil dalam pelarut non polar, stabilitas allisin tergantung pada kondisi pengolahan serta faktor eksternal lain seperti suhu. Pemanasan dapat menyebabkan pembentukan senyawa alil sulfur pada bawang putih terhenti. Pelarut yang paling tepat digunakan untuk mengekstrasi allisin adalah pelarut polar.
Pada umumnya bawang putih tidak terlalu di sukai untuk di konsumsi dengan alasan rasa yang kurang enak dan bau yang menyengat. Untuk mengatasi kendala tersebut, telah dibuat inovasi pengembangan proses pengolahan bawang putih dengan cara memanaskannya selama kurang lebih satu bulan pada suhu dan kelembaban yang terkontrol. Hasil pemanasan tersebut di dapatkan bawang putih yang berwarna hitam dengan rasa manis, tidak memiliki bau menyengat dan memiliki tekstur kenyal seperti jelly. Bawang putih yang seperti ini dinamakan black garlic, atau sering juga disebut di pasaran dengan nama odorless garlic. Saat proses pemanasan, terjadi peningkatan kandungan senyawa aktif black garlic antara lain S-alylcystein (SAC), vitamin, asam fenolik, dan senyawa flavonoid.
Peran Bawang Putih Sebagai Antikoagulan
Bawang putih juga mengandung senyawa fenolik yang memiliki fungsi sebagai antioksidan. Kalsium yang dapat mencegah hipertensi, ajoene yang membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah, selain itu juga dapat berfungsi sebagai antikoagulan. Senyawa allisin dan adrenosin yang terkandung dalam umbi bawang putih dapat menurunkan agregasi platelet, sedangkan dithiin dan ajoene memiliki sifat antikoagulan. Umumnya kedua senyawa tersebut dapat meminimalisir resiko penyakit jantung koroner dan kardiovaskuler secara khusus. Allicin dapat menyebabkan hiperpolarisasi membran melalui pembukaan kanal ion+ yang selanjutnya akan menutup kanal Ca2+ sehingga Ca2+ intraseluler menurun dan mengakibatkan agregrasi trombosit menurun. Metil allil trisulfid (MATS) yang berasal dari degradasi allicin mampu secara efektif mengurangi kecenderungan penggumpalan trombosit. Ajoene mengurangi kecepatan pembekuan darah karena bersifat antikoagulasi. Secara langsung hal tersebut dapat mengurangi resiko stroke dan penyakit kardiovaskuler. Bawang putih juga bermanfaat membantu mengecilkan sumbatan pada arteri jantung sehingga meminimalkan terjadinya serangan jantung.
Pada beberapa studi pada manusia dan hewan, setelah mengonsumsi bawang putih, komponen allicin (didapatkan setelah allicin berinetraksi dengan enzim allinase) dilepas ke pembuluh darah. Allicin menginduksi sel darah merah untuk menghasilkan H2S yang memiliki efek vasodilator. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukan efek bawang putih dalam menurunkan agregasi platelet yang signifikan dibandingkan plasebo. Bawang putih mempunyai mekanisme kerja menyerupai asam asetilsalisilat yaitu dapat mengurangi kemampuan pembekuan darah.
Proses pengolahan bawang putih dengan cara fermentasi yang dipanaskan pada suhu 70 -- 80C dengan kelembapan 70 -- 80% dari suhu kamar selama satu bulan menghasilkan bawang hitam atau yang biasa di sebut Black Garlic. Black garlic merupakan produk olahan yang berasal dari Korea dan China. Proses pembuatan black garlic dinamakan proses aging. Suhu yang ideal untuk membuat black garlic adalah 70C. Pencoklatan (browning) pada bawang putih menjadi bawang hitam ini merupakan reaksi pencoklatan non-enzimatik dikenal sebagai reaksi Maillard. Reaksi Maillard adalah interaksi pencoklatan non-enzimatik antara gula reduksi dan asam amino, peptida atau protein, yang menghasilkan berbagai produk. Perubahan senyawa ini memberikan kontribusi nyata terhadap aroma, rasa dan warna, serta dengan potensi antioksidan dari makanan yang disimpan dan diproses.
Reaksi Maillard dapat menyebabkan perubahan warna, bau, serta rasa asli pada bawang putih. Selama proses penuaan, senyawa alicin yang menimbulkan bau dan mengiritasi pada bawang putih diubah secara alami menjadi senyawa yang stabil dan aman. Akibatnya, black garlic memiliki rasa manis dan asam dan tekstur seperti jeli.
Black Garlic mengandung senyawa bioaktif, seperti fenol, flavonoid, piruvat, tiosulfat, S-allylcysteine(SAC),dan S-allylmercaptocysteine (SAMC). SAC dan SAMC dalam ekstrak Black Garlic adalah komponen organosulfur larut air. Diallyl sulfide (DAS), diallyl disulfide (DADS), diallyl trisulfide (DATS), dan
diallyl tetrasulfide adalah senyawa larut minyak dalam black garlic. Komponen organosulfur ini berasal dari allicin, senyawa yang bertanggung jawab atas aktivitas antioksidan dari black garlic.
Black garlic memiliki efek antikanker, antidiabetes, obesitas, antialergi, hepatoprotektif, kardioprotektif, neuroprotektif, dan anti-trombotik. Black garlic menunjukkan efek antitrombotik pada agregasi trombosit yang diinduksi trombin pada tikus dan manusia. Kandungan SAC dan polifenol pada ekstrak black garlic memberikan efek kardioprotektif. Polifenol pada hati tikus menginduksi efek relaksasi arteri koroner sebelum dan sesudah iskemia reperfusi (IR) dan mencegah penurunan IR-diinduksi kontraktilitas miokard.
Pada saat proses pemanasan terdapat beberapa peningkatan senyawa antaralain seperti polifenol, flavonoid, dan senyawa yang lain. Black garlic menunjukkan secara signifikan aktivitas biologis yang jauh lebih tinggi daripada bawang putih segar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H