Semakin dewasa kini aku semakin mengenal diriku sendiri. Aku mau berbagi kisah, tentang introvert seperti diriku.
Apa sih yang kalian ketahui mengenai pribadi seorang introvert?
Selama ini banyak orang yang salah kaprah mengartikannya, beberapa orang menganggap bahwa introvert itu susah bergaul, selalu menyendiri, kurang pergaulan, dan menjauhi tempat ramai. Sebenarnya ini nggak ada salahnya juga, cuman aku mau membenarkan beberapa hal yang salah kaprah.Â
Menurut pengalamanku sendiri sebagai seorang Introvert, aku itu bisa bergaul dengan siapa pun, hanya saja untuk awal pertemuan biasanya introvert semacam menscane lawan bicaranya, maksudku disini adalah ketika ada seseorang yang mengajak aku berbicara pertama kali, aku tidak bisa langsung banyak bicara, seperti memperhatikan lawan bicaraku dulu, lebih tepatnya aku mencari rasa nyaman, jika rasa nyaman itu sudah tercipta, maka aku tidak segan-segan juga berbicara banyak, sharing hal ini itu. Jadi introvert itu bukan nggak bisa ngomong atau bicara banyak. Bisa kok. Tapi ya itu, introvert menciptakan kenyamanan untuk dirinya sendiri, kemudian bisa terbuka pada siapa pun.Â
Semisal untuk nongkrong di cafe atau berkumpul dengan orang banyak, seorang introvert juga bisa kok. Mereka bukan mengurung diri di kamar, dan hanya berteman dengan bayangan. Aku sendiri tidak masalah untuk berkumpul dengan banyak orang, di tempat ramai pun aku tidak masalah, tapi dalam kurun waktu sejam biasanya aku mulai ngerasa capek banget, energiku seperti terkuras, kalau sudah ngerasa capek, biasanya aku jadi pendengar yang baik, aku lebih memperhatikan lawan bicaraku, mencerna kata demi kata yang mereka ucapkan, semacam menciptakan ruang sendiri untuk berfikir. Nah, jadi untuk masalah ngumpul bareng teman-teman, aku tidak memiliki sifat ansos (anti sosial), aku masih bisa ngumpul bareng, cuman ya gitu, tiba-tiba bisa ngerasa capek.Â
Caranya aku mengembalikan diri adalah dengan menjauhi tempat ramai. Biasanya habis ngumpul gitu kan capek tuh. Selepas pulang aku segera baring-baring di kamar kos, main hape, atau baca buku. Intinya aku mau quality time dengan diriku sendiri. Dengan diam diri kayak gitu, energiku kembali semula, rasa capek yang dirasakan bisa hilang gitu aja.Â
Secara pertemanan, aku hanya memiliki sahabat yang sedikit, jujur ini bukan karena faktor aku seorang introvert, tapi semakin aku dewasa, mencari sahabat itu benar-benar sulit. Sikut menyikut di dunia perkuliahan itu keras coy. Jadi untuk sahabat aku memang selektif. Tapi kalau untuk berteman, aku berteman dengan siapa pu, seperti yang aku bilang tadi, aku nggak ansos, aku nggak menutup diri dengan siapa pun, tapi aku lebih nyaman bareng sahabat dari pada sama teman. Jadi sifat introvert ini bukan berarti kamu jadi di cap menyendiri dan nggak punya teman.Â
Tapi terkadang aku merasakan ada beberapa teman yang tidak bisa diajak berteman, entah lah bagaimana menamainya. Contohnya aja ni, aku itu punya teman satu kelas, dia baik, dan ramah, tapi nggak tahu kenapa, rasanya susah banget berbaur sama dia, semacam tidak ada kecocokan dalam berteman. Jadi terkadang introvert itu memiliki semacam tembok dalam bergaul. Aku pernah dengar ucapan dari orang lain, dia bilangÂ
"Kalau seorang introvert bisa memberikan kamu perhatian yang lebih, padahal dia biasanya cuek sama orang lain, berarti kamu beda".Â
Memang tidak bisa dipungkiri, aku juga memiliki sifat cuek, atau kasarnya sifat bodo amat. Tapi jika aku tertarik pada seseorang, aku akan memberikan perhatian dengan versiku sendiri. Jadi  jika kalian sedang PDKT dengan seorang introvert, maka mudah sekali untuk menebak, apakah dia juga tertarik pada kalian.Â
Apakah introvert bisa berubah menjadi ekstrovert?
Berbanding terbalik introvert dengan ekstrovert. Seorang ekstrovert ini lebih suka berkumpul dengan banyak orang, jadi dia mengumpulkan energinya dengan berbaur dengan orang banyak. Kalian pasti punya kan teman yang di tempat tongkrongan dia asik banget, banyak ketawa, banyak bicara, dan sepertinya energi tersebut nggak habis-habis. Wajar saja energi mereka tidak habis, karena mereka mengecas energi dengan cara bersosialisasi dengan orang banyak.Â
Aku dulu pernah dekat dengan seorang cowok yang memiliki pribadi ekstrovert. Namun sayangnya dia tidak menyukai pribadi introvert ku. Alhasil, aku harus mengikuti sifatnya juga, dan dengan sangat terpaksa aku mengubah diri dari yang awalnya introvert, menjadi seorang ekstrovert.Â
Yang aku rasakan saat itu, aku jadi mudah capek lelah, dan kalau diajak ngumpul, ngerasanya kosong aja, yang dipikiran cuma pengen pulang, pengen tiduran dikasur, pengen main hp aja. Ini berpengaruh kepada tingkat stres aku juga, menjadi orang lain benar-benar tidak enak, aku lebih suka jadi apa adanya, jadi diri sendiri.Â
Tidak masalah jika kalian mengakui seorang introvert
Tidak masalah jika kalian pulang duluan ketika sedang berkumpul
Yang jadi masalah adalah ketika kamu menyembunyikan dirimu yang seorang introvert, kemudian mengaku sebagai ekstrovert, hanya karena pengen gaul. Mulailah menerima diri sendiri, memahami diri sendiri, menyukai diri sendiri.Â
Semenjak aku paham kalau aku introvert, aku jadi menggali potensi diriku sendiri. Aku suka nulis, maka aku salurkan bakat aku nulis ini. Nggak harus keluar dari kamar kos. Dengan aku nulis aja, aku bisa membuat hariku bahagia.Â
Tapi sekali lagi aku sebutkan, aku tidak memiliki masalah pergaulan. So, kalau kalian ngerasa introvert juga kayak aku, mulai deh membuka diri ke lingkungan luar, kalian manusia, makhluk sosial, butuh manusia lain. Namun, jangan lupa untuk menciptakan zona nyaman kalian sendiri, dengan kayak gitu, aku jamin, kalian jadi cinta pada sifat introvert ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H