Oleh : Lia Kurniawati, S. Ikom.
Ibu Rumah Tangga dan Praktisi Pendidikan
[Gambar illustrasi]
Yeeeee … hari ini hari minggu, hari yang selalu ku tunggu-tunggu setelah melewati hari-hari yang cukup melelahkan. Waktunya aku dan keluarga berkumpul di rumah, hatiku sangat gembira karena ayah ada di rumah berlibur bersama aku, Adit dan bunda. Sepertinya hari ini ayah tidak mengajak kami jalan-jalan, tapi tak apalaah … sepertinya ayah lelah, kami berkumpul bersama sudah membuatku senang. Ayah memang tidak setiap hari berada bersama kami karena harus bekerja di luar kota, bunda yang selama ini mengurus aku dan adikku termasuk mengantar jemput ku sekolah. Aku duduk di kelas dua sekolah dasar teman-temanku biasa memanggilku Aulia, dan Adit adik kecilku baru berusia dua tahun.
Adit, anak laki-laki berambut hitam dan bermata belo itu sangat lucu dan menggemaskan tak jarang juga menjengkelkan karena selalu saja membuat mainan-mainanku berantakkan… Huh! Aku dan Adit bermain di paviliun rumah, sementara dibalik gorden terlihat bunda sibuk menjemur baju-baju di samping tempat kami bermain. Sesekali terlihat memeras baju-baju dari ember yang masih berisi air, gelembung-gelembung busa sabun terlihat di permukaan air nampak menarik perhatian aku dan adikku. Tiba-tiba …
Tonenet tonenet ,,, tonenet tonenet … Tonenet tonenet ,,, tonenet tonenet … terdengar empat kali deringan hape ayah yang tergeletak di atas meja yang sekilas kulihat lampunya menyala berkedap kedip ..
Ayah bergegas menghampiri, mengambil dan memijit tombolnya seraya mendekatkannya di telinga dan kudengar potongan percakapan ayah dengan seseorang yang entah siapa aku tak tahu .. tak berselang lama ayah kembali meletakkan hape nya di meja setelah menyelesaikan percakapannya dan kembali membaca koran pagi itu.
“Kaka dan ade jangan mainin air di ember yaa .. air itu untuk mencuci motor ayah yang kotor! “ seru bunda. Khawatir kami mendekat dan memainkan air di ember itu,
“ iyaa buun .. “ jawabku
“Kaka jagain ade yah .. .. bunda mau masak dulu!” lanjut bunda menghampiri kami seraya berlalu berjalan menuju dapur.
Kulihat adik mulai beranjak dan mendekati ayah untuk minta dibuatkan susu, ayah segera melipat korannya dan segera menghampiri bunda di dapur untuk membuatkan susu.
“Kaka jagain ade yah sebentar!” teriak bunda dari dapur.
“Iyaaah buun .. “ balasku malas, sambil asyik memainkan boneka teddy bear coklatku.
Kulihat adik meraih hape ayah dan ..
“Kaka .. ini kotor .. ini kotor !“ seru adit menunjukkan hape ayah yang ia pegang.
“ iyaaa .. “ tukasku sedikit kesal terganggu dan tetap fokus memperhatikan teddy bearku yang tampak lucu.
Sesaat kemudian kulihat Adit mendekati ember yang masih berisi air itu .
“aah tapi nggak apa-apa … adit sudah tahu kok bunda tadi melarang mendekati ember itu” gumamku dalam hati.
Tiba – tiba ..
“Kakaaa … ini bersih .. ini bersihh .. “ kulihat senyum Adit mengembang lebar, dan sekali lagi aku mengiyakan tanpa menghiraukannya.
“Kakaaa … ini jadi bersih .. ini jadi bersihh ..! “ teriak Adit meminta perhatianku sambil mengacungkan hape ayah yang mulai bercucuran air.
Rasa penasaran menyeruak saat terdengar suara percikan air dan saat kulihat kembali adikku itu ….
“ooooooowwwcchhh… aaadiiiiiitttt! Teriakku kaget
Segera kuhampiri adit dan segera ku rebut hape ayah yang sudah tak menyala itu dengan perasaan kesal sekaligus menyesal dan bingung.
“Ayaaaaahhh …. Bundaaaaa … “ teriakku memanggil
Rupanya dua kali celupan ke dalam air itu cukup membuat hape ayahku lemah tak berdaya lagi.
“ada apa Nak? … “ seru ayah dan bunda menghampiri kami dengan tergopoh-gopoh.
Sejurus kemudian mereka melihatku menggenggam hape yang basah kuyup.
“ini .. hhapee ayah di celupkan air sama Adit dalam ember ituuu “ jawabku lirih
Bunda segera menggendong Adit dan ..
“haduuuhhh .. Aaaaaadiiiit …” gumam bunda dengan wajah kecewa.
“bersih bersih buun …” celoteh adit dengan wajah polosnya tanpa penyesalan
“sudah tidak apa-apa, sini biar ayah keringkan!” tukas ayah terlihat kecewa dan mengajakku masuk ke dalam rumah.
“ayoo cuci tangan sana … biar tidak bau detergent! “ tambah ayah
Dan benar kucium tanganku bau detergent .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H