Mohon tunggu...
Lhaura AminatulMaulida
Lhaura AminatulMaulida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Nama saya Laura Aminatul dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya dari prodi gizi

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ramalina

25 Oktober 2023   19:40 Diperbarui: 25 Oktober 2023   19:45 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chapter 01

Matanya terbuka lebar dengan tiba-tiba. Menyiratkan perasaan takut. Keringatnya ada di seluruh wajahnya. Sudah dipastikan, jika gadis itu telah bermimpi buruk.

Diliriknya jam dinding di kamarnya. Sudah pukul enam lewat lima menit. Lima puluh lima menit lagi sekolahnya akan membunyikan bel masuknya. Cepat-cepat ia bangun dari posisinya. Tanpa memedulikan seisi kasurnya yang berantakan. 

Dengan cepat ia membersihkan diri. Sekarang gadis itu sudah berseragam dan bersepatu. Ia berdiri di depan cermin besar kamarnya. Merenung, memperhatikan dirinya. Cukup lama, berpikir bahwa tidak ada yang membangunkannya seperti sedia kala. Hingga ia dengan malas melihat jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul 06.37. Ia harus cepat-cepat berangkat ke sekolah.

Gadis berambut dark brown itu segera menyaut tas ranselnya. Mematikan AC kamarnya, membuka gorden kamarnya, dan mematikan penerang kamarnya. Lalu keluar, dan mengunci pintu kamarnya.

Dengan cepat ia menyusuri koridor lantai 2 rumahnya. Dan menuruni anak tangga untuk bisa ke lantai dasar. 

Ternyata, di ruang makan anggota keluarganya sudah berkumpul. Hanya gadis itu saja yang tertinggal. Ia mematung tak jauh dari anggota keluarganya berada. Selalu seperti ini, ia tidak bisa menerimanya. Tapi jika dirinya mengeluh, hanya amarah yang akan menyambutnya.

"Apa yang kamu lakukan disitu, Lin?" daddynya bertanya adalah topik pertama ayah dan anak pagi ini. 

Gadis itu bernama Selina Varsha Widiyanto Genachte. Tapi orang-orang mengenalnya hanya Selina Varsha saja. Entahlah, dia tidak ingin orang-orang tau bahwa dia adalah putri keluarga Widiyanto. 

Nama keluarga Widiyanto sudah terkenal di kalangan masyarakat. Di sekolah-sekolah, bahkan universitas. Karena mereka adalah pendonatur tertinggi di beberapa sekolah dan universitas. Widiyanto Group adalah perusahaan jasa design dan perusahaan agraris yang terkenal dan terpercaya di Kota Jakarta. Widiyanto Group sudah memiliki kawasan perumahan sendiri bernama Widi Saphire World. Tidak hanya perumahan, mereka juga memiliki 30 unit rumah yang dibangun di salah satu kawasan desa yang menjadi pusat perusahaan agraris mereka. Rumah-rumah itu mereka hibahkan untuk warga desa karena sudah membiarkan Widiyanto Group membeli sebagian kawasan desa mereka. 

Selain itu, mereka juga memiliki Widi Agency. Perusahaan keluarga Widiyanto yang menaungi model-model bertalenta, aktor aktris dan bintang-bintang iklan terkenal. Dengan Saphire Productions yang menemaninya menciptakan karya film untuk dipasarkan di dunia perfilman.

Kembali ke Selina. Ia merupakan anak tunggal dari Vikrama Widiyanto Gensiebte, putra keluarga Widiyanto generasi ke-7. Selina memanggilnya Daddy Vi. 

Selina tersenyum tipis pada daddynya. Yang mengundang tatapan tidak suka dari sang ibu tiri dan satu anaknya. Di rumah megahnya ini diisi oleh Vikrama si kepala keluarga, Selina, Julia yang merupakan ibu tiri Selina, serta dua anak laki-laki Julia, yang satu sudah terjun dalam dunia kerja dan satunya masih duduk di bangku SMA seperti Selina. Tak lupa dengan para ART mereka yang jumlahnya lebih dari lima.

Ibu kandung Selina sendiri, tidak diketahui keberadaannya setelah bercerai dengan daddynya 15 tahun yang lalu. Sejak Julia datang, suasana rumah itu menjadi berubah bahkan seisi rumah dan orang-orangnya pun berubah harus mengikuti arahan Julia, kecuali Vikrama.

Selina hanya berdiri di samping daddynya. "Aku sarapan di sekolah aja dad," kata gadis itu pada daddynya.

Vikrama hanya menatap putri semata wayangnya dari istri pertamanya itu. Lalu mengangguk, "Baiklah. Untuk hari ini Daddy yang antar." Vikrama segera menyudahi sarapannya dan bangkit dari duduknya.

"Mas, kenapa harus kamu yang antar? Sarapan mu belum selesai. Biar Bima yang antar Selina," kata Julia tiba-tiba.

Semuanya menghening. Kedua anak Julia yang sedang makan pun menatap ibunya, begitu pula dengan Vikrama dan tatapan tidak suka Selina. 

"Ya terserah Daddy aku dong, kok tante gitu sih?!" kesal Selina sebagai tanggapannya pada ucapan Julia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun