Anda tentu tidak asing lagi dengan Lumba-lumba atau Dolphin. Mungkin anda menemuinya ketika menyaksikan atraksi sirkus lumba-lumba, atau ketika naik perahu/kapal kemudian terlihat segerombolan lumba-lumba yang mengikuti di sisi perahu/kapal yang anda tumpangi. Mereka memang satwa unik dan cerdas, namun banyak yang tersiksa karena kecerdasannya tersebut.
Delphinidae mencakup sekitar 32 spesies yang merupakan bagian terbesar dari semua subkelompok dalam ordo Cetacea. Sebagian besar Delphinidae menghuni lautan terbuka, dan sebagian kecil lainnya hidup di perairan pantai atau sungai (Sumber).
Perbedaan mendasar antara Cetacea dan ikan bila dilihat dari bentuk tubuh adalah pada ekornya, dimana ekor mamalia posisinya horinzontal dan ketika berenang bergerak keatas dan kebawah serta dikombinasikan dengan sedikit gerakan memutar, sedangkan pada ikan posisi ekornya vertikal dan bergerak dari sisi ke sisi ketika berenang.
Kecerdasan Tinggi
Teluk Kiluan merupakan sebuah cekungan teluk yang berada di Teluk Semangka, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung dan menjadi tempat bemigrasinya lumba-lumba. Lumba-lumba yang ditemukan adalah jenis lumba-lumba hidung botol/Bottlenose dolphin (Tursiops truncatus) dan lumba-lumba moncong panjang/Spinner dolphin (Stenella longirostris).
Masih banyak lokasi lain yang dapat untuk menikmati keindahan dan kelucuan lumba-lumba di lautan lepas, seperti di perairan pantai Lovina di Bali, perairan pantai pulau Manado Tua, dan banyak lagi surga kecil di Indonesia untuk bisa menyapa dan menemukan mereka. Namun cukup hanya melihat saja atraksi mereka, disarankan jangan berenang bersama mereka karena akan mengganggu pola kehidupannya.
Memang lumba-lumba terkenal karena kecerdasan, sifat sosial, dan kemampuan akrobatiknya. Ada berbagai macam tingkah laku lumba-lumba ketika berenang di permukaan perairan laut (Sumber), yaitu :
- Bow riding: gerakan lumba-lumba mengikuti gerakan kapal;
- Aerials: lumba-lumba melompat tinggi, salto, berbalik dan berputar di udara;
- Spy hopping: gerakan lumba-lumba memunculkan kepala dari air;
- Breaching: gerakan meloncat dan menjatuhkan badan ke arah belakang;
- Lobtailing: gerakan mengangkat fluks (ekor) ke luar permukaan air dan memukul-mukulkan ke permukaan air;
- Feeding: kegiatan yg dilakukan ketika mencari makan, ditandai adanya schooling ikan di dekat lumba-lumba;
- Avoidance: gerakan menghindari kapal; dan
- Travelling: gerakan ke arah tertentu, kemudian melakukan penyelaman secara bersama-sama, lalu muncul kembali ke permukaan air, dan mengejar ikan secara berkelompok.
Lumba-lumba liar belum dapat melakukan berbagai atraksi. Namun lumba-lumba yang sudah terlatih dapat melakukan berbagai atraksi, seperti menerobos lingkaran api, dan mereka juga dapat berhitung, bahkan mereka dapat menolong satwa lain maupun manusia. Oleh karena itu, manusia senantiasa tertarik dengan berbagai kisah tentang lumba-lumba.
Satwa yang Malang
Karena kecerdasannya yang tinggi tersebut, lumba-lumba banyak dimanfaatkan untuk pertunjukan atraksi sirkus lumba-lumba, yang digelar secara berkeliling dari satu kota ke kota lainnya. Perlakuan terhadap mereka baik ketika proses pelatihan, pengangkutan, maupun ketika melakukan atraksi dapat dikatakan sebagai penyiksaan oleh penyelenggara sirkus.
Lumba-lumba ditempatkan di dalam kotak sempit. Kulit lumba-lumba yang cepat mengering karena terpapar udara hanya dilumuri pelembab. Jika pelembab tidak ditemukan, penyelenggara sirkus mengoleskan mentega di kulit lumba-lumba. Kotak berisi lumba-lumba kemudian dimuat ke dalam truk pengap dan gelap yang mengangkut satwa sirkus ke kota pertunjukan berikutnya. Lumba-lumba dipastikan kepanasan dan tertekan selama pengangkutan tersebut.
Kolam pada pementasan lumba-lumba juga menjadi neraka tersendiri. Kolam melingkar dengan diameter 6 meter berkedalaman 3 meter ini diisi dengan air laut buatan. Penyelenggara membuat air asin ini dengan mencampurkan air ledeng dan berton-ton garam. Senyawa pembunuh kuman (klorin) dicampurkan ke dalam air kolam. Klorin yang bersifat korosif dipastikan merusak organ mata yang sensitif. Lumba-lumba pun menjadi rabun.
Oleh karena itu para pegiat perlindungan dan penyayang satwa menentang pertunjukan sirkus lumba-lumba keliling ini. Mereka membuat aksi penentangan sirkus lumba-lumba keliling, dan berharap Indonesia berhenti menjadi penyelenggara sirkus lumba-lumba keliling. Sampai kini Indonesia menjadi satu-satunya negara yang masih mengijinkan sirkus lumba-lumba keliling.
Kehidupannya di Alam
Kehidupan lumba-lumba di laut bebaspun kini sudah tidak nyaman lagi. Aktivitas manusia berupa transportasi dengan kapal laut menjadikan mamalia laut hidup di perairan yang bising. Masalah kebisingan ini akan mengacaukan komunikasi mamalia laut, antara lain akan kesulitan dalam menemukan pasangan dan mencari makanan. Selain itu, laut yang bising juga berpotensi menjauhkan dari habitat utama mereka (Sumber).
Spesies lumba-lumba ini aktif di malam hari. Mereka mencari makan di perairan dalam, kembali pada siang hari ke dekat pantai untuk beristirahat. Justru waktu inilah yang sama saat wisatawan memulai kegiatan wisatanya di laut. Pada waktu tersebut, lumba-lumba juga beraktivitas memelihara anak mereka, dan berpartisipasi dalam perilaku sosial lainnya.
Satwa yang Dilindungi
Beberapa tahun belakangan ini perhatian dunia tertuju pada kelestarian populasi Cetacea. Hal ini dikarenakan makin menurunnya populasi Cetacea akibat pengaruh aktivitas manusia. Di perairan Indonesia, lebih dari sepertiga jenis paus dan lumba-lumba dikategorikan langka dan terancam punah.
Lumba-lumba kebanyakan ditangkap untuk dijual kepada pihak yang mengoperasikan sirkus lumba-lumba komersial. Seringkali alasan konservasi digunakan oleh pengelola bisnis ini, yang sebenarnya sama sekali tidak demikian.
Di Indonesia, lumba-lumba ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, serta Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.
Organisasi Konservasi Dunia atau International Union for Conservation of Nature (IUCN) saat ini telah memasukkan populasi seluruh jenis Cetacea dalam kategori Critically Endangered (spesies yang menghadapi risiko kepunahan di waktu dekat).
Akhirnya, bersama-sama kita bisa mengakhiri industri yang mengeksploitasi dan mengancam kelangsungan dan kesejahteraan hidup lumba-lumba. Jangan lagi tonton sirkus lumba-lumba, jangan lakukan terapi dengan lumba-lumba, dan jangan wisata berenang bersama lumba-lumba.
Salam cinta lumba-lumba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H