Mohon tunggu...
Trisno Utomo
Trisno Utomo Mohon Tunggu... Pensiun PNS -

Insan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Transportasi Umum (Masih) Tidak Aman untuk Wanita

22 Mei 2016   06:32 Diperbarui: 22 Mei 2016   10:20 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transportasi umum adalah jasa untuk pergerakan/perpindahan orang dan barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan kendaraan, dan dalam pelayanan jasa tersebut dipungut beaya dengan tarif yang telah ditetapkan. Dalam kehidupan masyarakat modern, kebutuhan akan transportasi adalah kebutuhan yang sangat penting. Sedemikian pentingnya hingga kebutuhan  transportasi tak ubahnya seperti kebutuhan primer.

Moda transportasi umum masih menjadi pilihan utama sebagian besar warga masyarakat untuk bepergian, karena mudah diperoleh dengan bermacam jenis dan tarif yang dapat dipilih sesuai kemampuan penumpang. Bagi sebuah kota, transportasi umum yang baik perlu disediakan untuk menunjang kegiatan perekonomian dan mengurangi kemacetan.

Di Indonesia, penyediaan transportasi umum belum sebaik yang kita inginkan, faktor kenyamanan, keamanan, dan ketepatan waktu masih belum bisa dipenuhi. Faktor keamanan dalam angkutan umum masih rawan bagi penumpang, terutama bagi wanita dan anak-anak. Penyebab utamanya adalah sopir angkutan umum yang sering ugal-ugalan, kondisi kendaraan yang tidak laik jalan, maupun sering terjadinya tindak kejahatan didalam angkutan umum.

Sebuah survei tentang keamanan transportasi umum telah dilakukan oleh The Thomson Reuters Foundation, yang berkolaborasi dengan lembaga survei YouGov pada Maret 2016, terhadap lebih dari 6.550 wanita dari 15 dari 20 kota besar di dunia plus New York, dan meminta mereka melakukan penilaian dari 5 aspek, yakni:

  1. Seberapa aman mereka bepergian di malam hari.
  2. Resiko pelecehan verbal dan fisik.
  3. Inisiatif orang di sekitar untuk membantu mereka saat mengalami pelecehan.
  4. Kepercayaan terhadap tindak lanjut dari aparat pemerintah terhadap laporan pelecehan atau kekerasan.
  5. Ketersediaan transportasi publik yang aman.

Hasil survai tersebut menghasilkan daftar peringkat kota besar dengan transportasi paling berbahaya untuk wanita, dan menempatkan Jakarta berada di peringkat kelima di dunia sebagai kota yang memiliki transportasi tidak aman untuk wanita.

Enam belas kota dengan sistem transportasi paling berbahaya bagi wanita. Sumber Gambar: weforum.org
Enam belas kota dengan sistem transportasi paling berbahaya bagi wanita. Sumber Gambar: weforum.org
Memperoleh peringkat kelima, menunjukkan bahwa tindak kejahatan terhadap wanita pada angkutan umum di Jakarta adalah sangat berbahaya. Pemberitaan yang ada selama ini menunjukkan perempuan menjadi kelompok yang paling sering menjadi korban kejahatan pada angkutan umum di Ibukota. Kejahatan tidak hanya terjadi di bis, kereta (KRL) dan angkot, tetapi juga di angkutan yang sifatnya eksklusif, seperti taksi.

Sebenarnya tindak kejahatan di angkutan umum menjadi ancaman bagi seluruh penumpang, tetapi penumpang wanita adalah kelompok yang paling rentan. Kondisi angkutan umum biasanya berjubel dan tanpa pengawasan aparat keamanan, memungkinkan terjadinya berbagai tindak kejahatan seperti pelecehan seksual dan pencopetan.

Kejahatan lain yang sering terjadi di angkutan umum yakni penodongan, penjambretan, sampai ke penculikan serta pemerkosaan. Bahkan, ada diantara korbannya tidak hanya diperkosa, tetapi juga dibunuh.

Dengan banyaknya kejahatan tersebut pengguna angkutan umum selalu merasa was-was. Ada ketakutan bahwa mereka akan menjadi korban selanjutnya. Namun karena tidak mempunyai pilihan, mereka tetap menggunakan angkutan umum sebagai penunjang aktifitasnya.

Padahal tanpa akses transportasi umum yang aman, akan membatasi pergerakan kaum wanita. Mereka kurang bebas untuk berpartisipasi di sekolah, tempat kerja, ataupun kegiatan publik lainnya. Hal ini akan berdampak luar biasa bagi kehidupan mereka, karena kesempatan perempuan untuk dapat bekerja di wilayah perkotaan akan menjadi lebih kecil.

Penumpang wanita tak dapat mengandalkan bantuan dari pihak lain saat terjadi kejahatan di angkutan umum. Penumpang lain disekitarnya maupun awak angkutan umum cenderung tidak memberikan pertolongan karena mereka takut berpanjang urusan dan mencari selamatnya diri sendiri. Apalagi aparat keamanan yang memang tidak ada di angkutan umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun