Mohon tunggu...
Trisno Utomo
Trisno Utomo Mohon Tunggu... Pensiun PNS -

Insan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Manusia Indonesia yang Kehilangan Ke-Indonesia-annya

9 Mei 2016   06:12 Diperbarui: 9 Mei 2016   13:17 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya Indonesia yang dibangun oleh para pendahulu kita, yang mengacu kepada nilai-nilai yang dipahami, dianut, dan dipedomani bersama oleh bangsa Indonesia, sudah banyak dilupakan oleh masyarakat Indonesia, terlebih lagi para remajanya.

Padahal nilai-nilai itu merupakan puncak-puncak budaya dari seluruh daerah yang ada di Indonesia, yang seharusnya merupakan sifat/ciri khas budaya bangsa Indonesia. 

Nilai-nilai tersebut antara lain adalah taqwa, iman, kebenaran, tertib, setia kawan, harmoni, rukun, disiplin, harga diri, tenggang rasa, ramah tamah, ikhtiar, kompetitif, kebersamaan dan lainnya.

Akibatnya: Kenakalan Remaja

Dalam penelitiannya, Rachim dan Nashori (2007) yang bertajuk “Hubungan Antara Nilai Budaya Jawa dengan Perilaku Nakal pada Remaja Jawa”, disimpulkan bahwa semakin tinggi sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai budaya Jawa, maka semakin sedikit perilaku nakal yang ada pada remaja Jawa. 

Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai budaya Jawa, maka semakin tinggi tingkat perilaku nakal yang ada pada remaja Jawa.

Hasil penelitian tersebut penulis generalisasikan untuk Indonesia, bahwa semakin tingginya perilaku nakal remaja Indonesia, disebabkan karena semakin sedikitnya sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai budaya Indonesia.

Sehingga tidaklah mengherankan ketika baru-baru ini secara beruntun telah terjadi “kenakalan remaja” yang keji, yaitu pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Yuyun seorang siswi SMP oleh14 remaja (beberapa diantaranya dibawah umur) di Desa Padang Ulak Tanding, Kecamatan Rejang Lebong-Bengkulu; pembunuhan Nur Ain Lubis, dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) oleh mahasiswanya (Roymardo Sah Siregar) di Medan; dan pembunuhan Feby Kurnia, mahasiswi jurusan Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Diwaktu yang akan datang, kejadian seperti itu bukan tidak mungkin akan terjadi lagi.

Dalam laporan penelitian tersebut diatas, dikutip ada empat jenis kenakalan remaja, yaitu:

  • Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
  • Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
  • Kenakalan yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain: pelacuran, penyalah-gunaan obat.
  • Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua mereka dengan cara minggat dari rumah dan membantah perintah orangtua.

Penyebab dan Penanggulangan

Pengaruh budaya dari luar yang katanya modern itu telah muncul dan mengisi dimensi kehidupan masyarakat, bahkan mampu menggeser nilai-nilai budaya kita. Dan sayangnya, akibat kemajuan teknologi informasi  dan globalisasi, pengaruh-pengaruh dari luar tersebut  tidak dapat terfilter antara nilai-nilai yang positif dan yang negatif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun