Pertumbuhan Eceng Gondok yang begitu cepat akan menutupi seluruh perairan, akibatnya jumlah cahaya yang masuk ke dalam air akan semakin berkurang yang menghambat fotosintesa oleh fitoplankton sehingga oksigen terlarutpun akan berkurang. Ini merupakan ancaman bagi kehidupan ikan.
Eceng Gondok juga dapat menyebabkan pendangkalan, karena Eceng Gondok yang mati akan menumpuk sedikit demi sedikit, sehingga seiring berjalannya waktu perairanpun akan menjadi dangkal. Eceng Gondok yang menyebar di seluruh permukaan air juga menyebabkan tingginya evapotranspirasi, yang menyebabkan tingginya jumlah kehilangan air.
Penurunan kualitas air Rawapening terjadi karena berbagai aktifitas seperti limbah rumah tangga, sisa-sisa pakan ikan (limbah dari karamba jaring apung), cemaran dari aktifitas pertanian (termasuk pemanfaatan daerah lahan pasang surut untuk pertanian secara berlebihan), dan padatan tersuspensi akibat erosi,
Jumlah nelayan yang tidak terkendali dan penggunaan alat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan serta tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku (strom listrik, bahan racun, dan jaring dengan mata sangat kecil), telah menimbulkan konflik antar nelayan dan penurunan populasi ikan.
Apabila permasalahan-permasalahan tersebut diatas tidak ditangani secara benar, tidak hanya ikan yang ada di Rawapening saja yang akan punah, beberapa tahun kedepan bisa jadi danau Rawapening sendiri yang akan punah menjadi daratan.
Oleh karena itu, Pemerintah memasukkan Rawapening sebagai salah satu dari 15 danau di Indonesia yang menjadi prioritas untuk dikonservasi. Beberapa waktu yang lalu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga memastikan bahwa normalisasi Rawapening di Kabupaten Semarang akan dimulai pada tahun 2017 mendatang, jika DED-nya sudah selesai.
Kita tunggu saja langkah-langkah perbaikan tersebut, semoga dapat terlaksana dan tidak saja akan menyelamatkan populasi ikannya, tetapi juga menyelamatkan perairan danau Rawapening itu sendiri.
Semoga.
Salam dari saya.