Mohon tunggu...
Trisno Utomo
Trisno Utomo Mohon Tunggu... Pensiun PNS -

Insan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ikan Endemik Rawapening Terancam Punah?

27 April 2016   05:23 Diperbarui: 28 April 2016   09:01 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lho, ikan Wader Ijo kok tidak ada? Wader Ijo adalah nama yang digunakan oleh masyarakat sekitar Rawapening untuk ikan Nilem, yang memang populasinya merupakan yang terbesar di perairan tersebut. Ikan Nilem berwarna hijau kehitaman, dengan pertumbuhan panjang maksimum yang dapat dicapai oleh ikan ini hanyalah 15 cm saja.

800px-osteoc-hassel-120127-22799-tsm-jpg-571f825b957e612e09569010.jpg
800px-osteoc-hassel-120127-22799-tsm-jpg-571f825b957e612e09569010.jpg
Ikan Nilem ǀ Sumber Gambar : id.wikipedia.org

Permasalahan Rawapening

Perairan danau Rawapening di wilayah Kabupaten Semarang sebenarnya adalah danau yang terjadi secara alamiah. Pada  tahun 1912-1916 pemerintah Belanda menyempurnakan dengan melakukan pembangunan dam dan memanfaatkan Kali Tuntang sebagai satu-satunya pintu air keluar. Danau ini kemudiaan diperluas pada tahun 1936 mencapai +2.667 Ha pada musim penghujan dan pada akhir musim kemarau luasnya mencapai +1.650 Ha.

Areal Rawapening secara administratif masuk dalam 4 Kecamatan di Kabupaten Semarang, yaitu Kecamatan Bawen, Banyubiru, Tuntang, dan Kecamatan Ambarawa. Dikelilingi oleh tiga gunung, yaitu gunung Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran. Aliran air sungai yang masuk ke Rawapening berasal dari pemasukan air tanah yang terdapat di tempat yang lebih tinggi. Sungai-sungai yang mengalir ke Rawapening terdiri dari sungai Galeh, Klegung, Torong, Panjang, Kupang, Legi, Parat, Sraten, Rengas, Tukmodin, Kedungringin, dan Ringis.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Rawapening secara garis besar adalah terjadinya proses sedimentasi, pertumbuhan gulma air yaitu Eceng Gondok, penurunan kualitas air (pencemaran), dan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.

Apakah permasalahan tersebut dapat mengancam kelestarian ikan yang ada di perairan Rawapening? Jawabannya : ya, bahkan tidak hanya jenis-jenis ikan saja yang akan punah, danau Rawapening sendiri juga akan punah bila permasalahan tersebut tidak ditangani dengan benar.

Rawapening adalah bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Tuntang. Daerah Aliran Sungai (DAS, catchment, watershed, drainage basin) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, dengan tujuan membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan.

Kerusakan DAS telah dirasakan dan banyak merugikan kehidupan dan penghidupan masyarakat seperti banjir, kekeringan, erosi, sedimentasi, tanah longsor, menurunnya produktivitas dan kesuburan tanah, peningkatan polutan pada badan-badan air, dan juga peningkatan luas lahan kritis baik didalam dan diluar kawasan hutan. Dan itulah yang terjadi pada beberapa dekade terakhir di DAS Tuntang.

Kerusakan daerah tangkapan air disekitar Rawapening berupa penambangan bahan galian yang tidak terkendali, alih fungsi lahan untuk pemukiman dan pertanian, kelerengan lahan yang curam (lebih dari 25 %) menyebabkan tingginya run off dan sulit untuk dihijaukan, dominasi penggunaan lahan untuk tegalan/kebun dan kerusakan hutan berpotensi menjadi lahan kritis dengan tingkat rehabilitasi belum memadai, tidak terpeliharanya bangunan sipil teknis dam, semakin tidak terkendalinya pemanfaatan ruang terbuka untuk kepentingan pengembangan wilayah/kota, serta belum adanya arah pengelolaan wisata berwawasan lingkungan.

Kesemuanya itu menyebabkan tingginya sedimentasi yang menyebabkan badan air/inti Rawapening saat ini sudah nyaris menjadi daratan karena terjadinya pendangkalan yang sangat cepat, dan masih diperparah lagi oleh padatnya gulma air (terutama Eceng Gondok).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun