Mohon tunggu...
Trisno Utomo
Trisno Utomo Mohon Tunggu... Pensiun PNS -

Insan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mengapa Produksi Udang Indonesia Tertinggi di ASEAN?

6 April 2016   06:22 Diperbarui: 6 April 2016   12:57 2269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber jawapos.com, istimewa."][/caption]Udang merupakan produk andalan ekspor perikanan, yang memberikan kontribusi devisa yang cukup besar bagi Indonesia. Pasar ekspor utama udang Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa.

[caption caption="Ilustrasi: katadata.co.id"]

[/caption]Ada dua jenis udang unggulan ekspor Indonesia, yaitu spesies Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dan Udang Windu (Penaeus monodon).

Udang Vaname merupakan udang hasil introduksi yang dapat berkembang baik dan memasyarakat di Indonesia. Bahkan untuk usaha yang menerapkan teknologi intensif hampir seluruhnya membudidayakan udang jenis ini. Hal ini dimungkinkan oleh beberapa keuntungan yang dirasakan pembudidaya, di antaranya memiliki produktivitas tinggi, responsif terhadap pakan, lebih tahan terhadap penyakit dan memiliki pangsa pasar yang cukup luas serta dapat dijual dalam ukuran (size) kecil sampai sedang (ukuran 15-25 gram per ekor). Untuk ekspor, udang ini diminati di pasar Amerika Serikat.

[caption caption="Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) ǀ Foto : ciputraentrepreneurship.com"]

[/caption]Sedangkan Udang Windu merupakan udang asli Indonesia. Pengembangan pembudidayaannya terutama menggunakan teknologi sederhana, pertumbuhan cepat, ukurannya besar, dan ditujukan untuk pasar ekspor Jepang dan Eropa.

[caption caption="Udang Windu (Penaeus monodon) ǀ Foto : produknasa.com"]

[/caption]Total produksi udang Indonesia mencapai 645 ribu ton pada 2014. Vietnam menempati posisi kedua dengan produksi 569 ribu ton. Posisi ketiga dipegang oleh Thailand dengan 220 ribu ton, kemudian Filipina 75 ribu ton dan Myanmar 53 ribu ton.

Udang tersebut diekspor dalam beberapa bentuk. Sebagian besar (70,0 %) diekspor dalam bentuk beku, kemudian dalam bentuk olahan (27,9 %), dan udang segar (1,5 %), yang telah menyumbang devisa miliaran US$.

Produsen udang utama di Asean adalah Indonesia, Vietnam, dan Thailand. Seringkali volume produksi udang Indonesia kalah dari dua negara tersebut (Vietnam dan Thailand).

Akan tetapi kemudian muncullah wabah penyakit udang Acute Hepatopancreatic Necrosis Syndrome (AHPNS), atau yang lebih dikenal dengan nama Early Mortality Syndrome (EMS). Penyakit ini sangat berbahaya karena menyerang udang pada ukuran larva. Wabah EMS menyerang udang pada umur udang 20-40 hari. Semua udang yang terkena penyakit ini akan mengalami kematian dalam waktu yang singkat.

Daerah penyebaran EMS meliputi Cina (2009), Vietnam (2010), Malaysia (2010), Thailand (2012) sampai perbatasan Kamboja (2013). Penyebab wabah EMS adalah bakteri Vibrio parahaemolitycus yang terinfeksi oleh virus tertentu (phage), sehingga bakteri tersebut akan mengeluarkan senyawa yang sangat beracun (toxin).

Akibatnya, pada tahun 2011-2013 produksi udang Thailand mengalami penurunan dramatis yakni sebesar 47% (sebagian besar terjadi tahun 2013) dan Vietnam mengalami penurunan 43% (sebagian besar terjadi pada tahun 2012).

[caption caption="Perkembangan produksi budidaya udang di Asia akibat berjangkitnya penyakit EMS ǀ Ilustrasi : undercurrentnews.com"]

[/caption]Indonesia berhasil mencegah penyebaran penyakit ini sehingga produksi udangnya dapat meningkat sebesar 42,0 %. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI mengeluarkan Peraturan Nomor 32/PERMEN-KP/2013 tentang Larangan Pemasukan Udang dan Pakan Alami dari Negara dan atau Negara Transit yang terkena Wabah EMS. Negara-negara tersebut adalah China, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Mexico.

Salam dari saya.

Referensi (1)
Referensi (2)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun