Mohon tunggu...
Trisno Utomo
Trisno Utomo Mohon Tunggu... Pensiun PNS -

Insan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ikan sebagai Pangan (2) : Kemunduran Mutu Ikan

26 Maret 2016   08:16 Diperbarui: 6 April 2016   06:37 7705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan mikrobiologi juga menyebabkan pembusukan pada produk ikan yang telah diawetkan dan disimpan pada suhu >0°C. Penambahan sejumlah kecil garam dan asam, seperti dalam produk ikan yang diawetkan ringan, mengubah mikroflora yang mendominasi terutama terdiri dari spesies bakteri gram positif (bakteri asam laktat, Brochotrix), juga beberapa Enterobacteriaceae dan Vibrionaceae. Produk ikan dengan pengawetan yang lebih kuat seperti ikan asin kering atau produk fermentasi dapat rusak karena aksi mikroorganisme tertentu. Flora yang mendominasi pada produk ini adalah gram positif, halofilik atau micrococci halotolerant, ragi, pembentuk spora, bakteri asam laktat dan jamur. Bakteri pembusuk halophile ekstrim menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai "pink". Bakteri ini (Halococcus dan Halobacterium) menyebabkan perubahan warna merah muda pada garam, air garam dan ikan asin serta bau dan rasa yang terkait dengan pembusukan (hidrogen sulfida dan indole). Beberapa jamur halofilik (Sporendonema, Oospora) juga diklasifikasikan sebagai pembusuk. Mereka tidak menghasilkan bau busuk, tetapi kehadirannya mengurangi nilai produk karena penampilan yang tidak diinginkan.

Proses Kimiawi

Ikan termasuk salah satu produk yang banyak mengandung lemak, terutama lemak tidak jenuh. Lemak tidak jenuh adalah lemak yang mengandung ikatan rangkap pada rantai utamanya. Lemak yang demikian bersifat tidak stabil dan cenderung mudah bereaksi. Lemak pada ikan didominasi oleh lemak tidak jenuh berantai panjang (Polyunsaturated fatty acid/PUFA). Selama penyimpanan, lemak tidak jenuh akan mengalami proses oksidasi sehingga terbentuk senyawa peroksida.

Oleh karena itu, aksi kimia yang paling umum adalah perubahan yang terjadi di fraksi lipid ikan yaitu ketengikan oksidatif. Proses oksidatif, autoksidasi, adalah reaksi yang hanya melibatkan oksigen dan lemak tak jenuh. Pada tahap awal terjadi pembentukan hidroperoksida, yang tidak berasa tetapi menyebabkan perubahan warna coklat dan kuning pada jaringan ikan. Tingkat nilai peroksida dan kandungan asam lemak bebas keduanya merupakan ukuran ketengikan oksidatif yang dianggap sebagai indeks kualitas lemak ikan. Degradasi hidroperoksida menimbulkan pembentukan aldehid dan keton. Senyawa ini memiliki rasa tengik yang kuat. Oksidasi dapat dimulai dan dipercepat oleh panas, cahaya (terutama sinar UV) dan beberapa senyawa organik dan anorganik (misalnya Cu dan Fe). Ada beberapa antioksidan dengan efek sebaliknya yang telah dikenal (alpha-tocopherol, asam askorbat, asam sitrat, karotenoid).

Pengendalian Pembusukan

Semua makanan yang mengandung protein akan rusak cepat atau lambat, tetapi sejumlah langkah dapat diambil untuk mengurangi tingkat pembusukan. Pembusukan dapat berkurang atau dicegah dengan beberapa cara seperti pengeringan, penggaraman, pendinginan, pengalengan dan pembekuan. Aktivitas organisme dapat dikendalikan, dikurangi, atau bahkan dihilangkan dengan penanganan yang tepat dan kontrol pada suhu penyimpanan (segera menurunkan suhu). Pendinginan ikan segera setelah ditangkap dan mempertahankannya pada suhu 0°C dengan peng-es-an akan mengurangi pembusukan tersebut. Dalam kasus udang, memotong kepala segera setelah ditangkap akan mengurangi tingkat pembusukan. Dalam kasus ikan besar, pemenggalan dan eviscerating (pengeluaran isi perut) akan mengurangi aksi enzimatik yang menyebabkan pembusukan. Sedangkan pembusukan kimiawi atau ketengikan dapat dicegah dengan kecepatan penanganan hasil tangkapan di kapal, dan penyimpanan produk dalam kondisi anoxic (dikemas vakum). Penggunaan antioksidan juga dapat dipertimbangkan.

Pendinginan merupakan sarana pengawetan jangka pendek dari produk perikanan dengan penurunan suhu menggunakan es. Sebagaimana dinyatakan bahwa penyebab utama pembusukan adalah bakteri. Pada kisaran suhu dingin, pola pertumbuhan organisme pembusuk psychrotrophic dapat digambarkan secara akurat oleh hubungan akar kuadratik. Bila suhu 0°C digunakan sebagai temperatur referensi, hubungan perbandingan pertumbuhan (r) pada setiap suhu tertentu terhadap pertumbuhan pada suhu 0°C adalah : √ r = 1 + 0.1 × t dimana t adalah suhu dalam satuan °C. Ini berarti, jika suhu penyimpanan 10°C, maka pertumbuhan bakteri pembusuk adalah 4 kali lebih cepat dari pada suhu 0°C (√r = 1+0,1×10, r = 4), dan sejalan dengan itu umur simpan menjadi berkurang.

Pembekuan adalah metode yang paling memuaskan yang saat ini tersedia untuk pengawetan produk perikanan jangka panjang. Ini merupakan cara terbaik untuk mencegah ikan dari pembusukan, karena ikan terus pada kondisi yang hampir mendekati kondisi alami sampai setelah pembekuan. Hal ini efektif untuk mempertahankan rasa, warna, dan nilai gizi dari hasil perikanan. Pembekuan adalah suatu proses dimana air di otot ikan mengkristal menjadi es. Kristalisasi akan selesai pada suhu -40°C. Setelah beku, ikan harus disimpan dengan suhu yang dipertahankan terus pada -18°C atau dibawahnya. Fluktuasi pada suhu penyimpanan akan menyebabkan pembusukan produk. Jika terjadi variasi suhu, maka rekristalisasi akan berlangsung. Dehidrasi adalah reaksi penting yang bersifat fisik yang disebabkan oleh penguapan es karena perbedaan tekanan uap di atas permukaan produk dan di udara dari ruang penyimpanan. Hilangnya kelembaban oleh penguapan es ini menyebabkan permukaan produk kering dan mengakibatkan penampilan kusam, bahkan perubahan warna dalam beberapa kasus. Air yang menguap akhirnya mengembun dan membeku pada permukaan pendingin ruangan penyimpanan, dan transfer kelembaban dari produk akan berlangsung terus menerus. Glazing dan pengemasan yang tepat akan mengurangi penguapan ini.

[caption caption="Menjaga mutu ikan : kerja cepat, bersih, dan pendinginan yang tepat ǀ Foto : fineartamerica.com"]

[/caption]Langkah-langkah kebersihan untuk mengendalikan kontaminasi terhadap ikan dan produk ikan dari bakteri pembusuk sangat mempengaruhi tingkat pembusukan dan umur simpan. Oleh karena itu, sebagian besar proses pembusukan dapat dikontrol dengan penerapan GMP (good manufacturing practices/cara berproduksi yang baik). Langkah-langkah penting dalam penerapan GMP adalah: (1) Inspeksi bahan baku, dalam proses maupun produk jadi; (2) Penanganan bahan secara higienis; (3) Gunakan air dan es dengan kualitas yang baik; (4) Penanganan dengan standar tinggi terhadap kebersihan dan kesehatan personel; (5) Fasilitas sanitasi yang baik; (6) Ketaatan jadwal pembersihan perabot, meja, peralatan, lantai dll; (7) Pencegahan masuknya serangga, tikus, dan burung ke area penanganan dan pengolahan; dan (8) Penjagaan yang benar/teliti terhadap suhu cold storage. Waktu, suhu, dan kebersihan mempunyai peranan penting dalam pengolahan hasil perikanan. Kerja cepat, pendinginan yang tepat dan kebersihan dalam operasi pengolahan, adalah langkah yang harus ditempuh untuk mengurangi pembusukan.

Referensi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun