Beberapa manfaat ikan pacu bagi manusia antara lain untuk ikan hias, olah raga memancing dan sebagai bahan pangan. Pacu biasanya dijual sebagai "Vegetarian Piranha" untuk pemilik akuarium. Dengan peralatan yang tepat dan komitmen, pacu telah dikenal dapat menjadi hewan peliharaan yang responsif. Namun, timbul pertanyaan apakah ikan ini adalah pilihan yang baik untuk tipikal hobi. Mereka memang tidak karnivora agresif seperti piranha, tetapi sistem rahangnya yang mampu menghancurkan, terutama digunakan untuk makan biji-bijian dan kacang-kacangan, bisa berbahaya. Seorang balita membutuhkan operasi setelah pacu (yang salah dilaporkan sebagai piranha) menggigit jarinya di Edinburgh, Skotlandia.
Karena kemampuan tumbuh menjadi besar, mengakibatkan ketidak mampuan penggemar untuk menyediakan akuarium besar. Penggemar yang kewalahan diduga secara ilegal melepaskan pacu peliharaannya ke saluran air atau perairan umum. Sebagai pendatang baru pada suatu ekosistem, ikan pacu dapat dapat menjadi pesaing spesies asli untuk makanan yang tersedia, habitat, dan sumber daya lainnya, atau memunahkan mereka dengan menyebarkan parasit atau penyakit. Kebanyakan lembaga perlindungan sumber daya satwa liar melarang melepas ikan hias, termasuk pacu, ke alam liar.
Sungai-sungai di Amerika Selatan termasuk Amazon telah berkembang menjadi tujuan populer untuk rekreasi pemancingan ikan pacu. Game Fishing International Organization telah mensponsori kursus memancing untuk nelayan Brasil asli, yang terbiasa sebagai nelayan subsisten, agar mereka dapat bekerja sebagai pemandu wisatawan untuk memancing. Selain itu ikan pacu juga ditangkap sebagai bahan pangan.
Akibatnya, saat ini Amazon sudah dalam kategori overfishing. Budidaya diharapkan dapat meredakan krisis overfishing, serta meningkatkan ketahanan pangan dengan meningkatkan pasokan ikan. Berbagai spesies pacu semakin sering digunakan untuk budidaya perikanan di perairan tropis di seluruh dunia. Pacu dianggap ideal karena toleransinya terhadap kandungan oksigen yang rendah di kolam pemeliharaan. Mereka juga tidak memerlukan banyak protein mahal dalam dietnya, dan dapat dipanen sepanjang tahun.
Namun perlu ditekankan sekali lagi, bahwa apabila akan mengintroduksi ikan pacu ke lingkungan perairan yang baru, yang harus benar-benar diperhatikan adalah pengaruhnya terhadap keberadaan spesies ikan asli di perairan tersebut.
Bagaimana di Indonesia ?
Saat ini, keberadaan ikan dari ordo Characiformes yang telah berkembang pesat di Indonesia adalah spesies dari genera Colossoma, yang dikenal oleh masyarakat secara luas sebagai ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum Cuvier). Ikan bawal air tawar ini di introduksi ke Indonesia pada tahun 1986, dan telah dapat menggairahkan produksi budidaya ikan air tawar. Secara finansial, usaha budidaya ikan bawal air tawar cukup menggiurkan, karena proses produksinya dapat berlangsung cukup singkat, pemijahan (dijual sebagai larva) sekitar 2-3 minggu, pembenihan (dijual sebagai benih) sekitar 1-2 bulan, dan pembesaran (dijual ukuran konsumsi) sekitar 3-5 bulan. Pertumbuhan yang cepat tersebut telah mendorong para pembudidaya memacu produksi ikan ini, yang menyebabkan perkembangan budidayanya sedemikian cepat di banyak tempat, bahkan cenderung tidak terkendali.
Namun perlu dicatat, bahwa ikan ini termasuk ikan yang rakus, sehingga dapat digolongkan sebagai jenis ikan asing invasif. Beragam pakan dapat dimanfaatkan oleh ikan ini karena memiliki gigi yang kuat. Dengan kondisi seperti itu, ikan ini cenderung bersifat predator terhadap ikan lain. Lagi pula kemungkinan ikan ini dapat cepat berkembang biak di perairan Indonesia karena adanya kemiripan dengan habitat aslinya di Amazon, sehingga menimbulkan ancaman menjadi pesaing bagi ikan asli. Hal ini yang kemudian memunculkan berbagai rekomendasi/pendapat dari para penyelamat lingkungan (conservationist) untuk melarang budidaya ikan ini di Indonesia.
Pemeliharaan dan perbanyakan ikan asing invasif seharusnya dilakukan dalam unit tertutup agar tidak lepas ke alam. Demikian pula introduksi ikan asing invasif untuk kepentingan hobby dan ikan hias, sebenarnya tidak menimbulkan masalah apabila dilakukan pada lingkungan tertutup. Tetapi kenyataan di lapangan yang terjadi tidak demikian. Ikan hias karnivora lepas ke perairan umum, baik secara sengaja maupun tidak disengaja.
Tentu, perlu upaya bijak untuk dapat memanfaatkan kelebihan ikan ini sebagai sumber pangan dan pendapatan bagi para pembudidaya ikan, dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya ikan asli dan habitat perairan kita. Produksi benih hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan pada segmen pembesaran, sehingga tidak ada lagi benih yang dibiarkan hidup di kolam yang akhirnya bisa lepas ke perairan umum tanpa kendali. Proses pendederan di kolam juga perlu diperhatikan agar tidak ada benih ikan ini yang tercampur dengan ikan lain, misalnya nila atau mas, yang kemudian ikut terbawa ke keramba jaring apung, yang akibatnya dapat merusak jaring dari dalam dan lepas ke perairan umum. Perkembangan kemampuan reproduksi secara alami di perairan bebas juga perlu diteliti secara akurat untuk memastikan kemungkinan tingkat perkembangan ikan ini di perairan Indonesia.