Wali Songo dalam Mengislamkan Tanah Jawa," karya Prof. Hasanu Simon, guru besar Fakultas Kehutanan (FKT) UGM setebal 500 halaman.
Salah satu bacaan di bulan suci Ramadhan saat ini adalah buku yang berjudul "MISTERI SYEKH SITI JENAR. PeranTebal bukan?
Tapi asyik membacanya buku tebal ini, karena bagi saya mengingatkan kembali saat Beliau, Prof. Simon  saat mengajar dulu waktu kuliah di kelas seperti seorang dalang, baik suaranya yang nebas dan kadang mengelegar maupun gaya berceritanya.
Â
Pada halaman 172 buku tersebut, menceritakan salah satu anggota Wali Songo, bernama Maulan Ishaq yang menyebarkan agama Islam pada abad 15 di sekitar daerah Gresik. Pada waktu itu terjadi wabah penyakit atau "pageblug" seperti sekarang dengan pandemi covid 19.
Saat itu yang berkuasa adalah Prabu Menak Sembuyu sebagai Raja Blambangan yang merupakan salah satu putra Raja Majapahit. Wabah penyakit waktu itu sangat parah dan gawat. Ibaratnya, isuk loro, sore mati. Atau sore loro, isuke mati (besok sakit, sorenya mati. Atau sore sakit, paginya mati).
Salah satu putri Raja Blambangan yang bernama Dewi Sekardadu termasuk yang terserang penyakit. Namun tidak seperti orang kebanyakan yang cepat mati, Ia masih hidup sampai waktu yang cukup lama.
Akhirnya Prabu Menak Sembuyu mengadakan sayembara kepada hal layak. Siapa yang bisa menyembuhkan sakit putrinya, jika perempuan maka akan menjadi saudara putrinya (sedulur sinorowedi). Namun jika, laki-laki, maka akan menjadi istrinya. Namun jika gagal, maka akan dihukum mati.
Banyak pemuda anyg sangat berminat dalam sayembara tersebut, walau semunya tidak ada yang berhasil menyembuhkannya. Akhirnya ada seorang Brahmana sakti yang bernama Resi Kandhabaya menunjukan kepada Raja, bahwa ada seorang pertapa di atas gunung dekat Kota Gresik yang mungkin mampu menyembuhkan penyakit putrinya.
Berdasarkan informasi tersebut, Raja kemudian mengutus Patih Bajul Sengoro untuk membujuk pertapa dimaksud. Singkat cerita, pertapa sakti itu bernama Maulana Ishaq menyanggupi untuk turun gunung. Lewat kesaktiannya, Maulana Ishaq sampai di kerajaan lebih cepat, yaitu cuman beberapa jam dibandingkan rombongan Patih Bajul yang membutuhkan waktu sekitar 1 minggu perjalanan.
Setelah memperkenalkan diri dan bercerita dengan Raja tentang pertemuannya dengan Patih Bajul, maka proses pengobatan sang putrid pun dimulai. dengan izin Allah, Dewi Sekardadu sembuh dan singkat cerita akhirnya dinikahkan dengan Maulana Ishaq.