Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di KLHK

Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Makna Hidup

14 Februari 2022   05:49 Diperbarui: 14 Februari 2022   07:14 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang berpendapat bahwa jauh sebelum ada manusia di dunia ini, tumbuhan sudah diciptakan Tuhan. Ini artinya, tumbuhan merupakan saudara tua manusia.

Banyak manfaat dari keberadaan tumbuhan, tidak hanya bagi manusia tapi juga makhluk Tuhan lainya baik yang hidup (biotik) maupun tak hidup (abiotik). Lambang dari aspek lingkungan hidup pada umumnya dengan simbol tumbuhan, seperti Kementerian Lingkungan Hidup di era Prof. Emil Salim berlambangkan pohon Kalpataru, Kementerian Kehutanan dengan pohon Pinusnya, dan Perhutani waktu jaya-jayanya dengan lambang tanaman Jati.

Manusia hendaknya bisa belajar dari sifat-sifat tumbuhan. Saat tumbuhan melakukan proses fotosintesis membutuhkan CO2 dan menyerap sinar Matahari serta menghasilkan O2 atau Oksigin. Oksigin inilah yang dapat menyegarkan udara sekaligus untuk pernafasan manusia dan satwa di sekitarnya. Tajuknya yang rindang merupakan peneduh bagi yang kepanasan atau saat malam hari menjadi tempat tinggal burung untuk beristirahat.

Tumbuhan membutuhkan air dan unsur hara yang diserap oleh akar yang berada di bawah tanah, namun juga mampu berfungsi untuk mencegah erosi dan banjir. Air hujan mampu meresap ke dalam tanah dan sedikit demi sedikit dikeluarkan lewat mata air, sumur dan sungai untuk kebutuhan minum, irigasi, menghasilkan energi listrik dari tenaga air atau sebagai sarana transportasi air.

Seluruh bagian tumbuhan mulai dari daun, bunga, buah, batang, kulit dan bahkan akarnya dapat digunakan sebagai bahan baku untuk kebutuhan pangan, papan, dan sandang manusia.

Saatnya kita menjaga alam ini dengan mencintai tumbuh-tumbuhan dengan membibitkanya di persemaian, menanamanya di sawah, kebun dan hutan, memeliharanya sampai masa panen dan memanfaatkannya secara bijak dengan azas kelestarian sebagai manifestasi rasa syukur kita kepada Sang Pencipnya alam jagat raya ini.

Berbicara tentang tumbuhan ini, aku jadi ingat saat mengelola beberapa tanaman khas yang sudah langka atau bahkan terancam punah. Saat itu, saya bersyukur bisa bercengkrama dengan bibit tanaman-tanaman tersebut di persemaian setiap pagi mulai  pukul 7.30 sd 9-an bahkan kadang sampai jam 10-an.

Berdialog dari hati ke hati dengan mereka dengan bahasa semesta. Hasil dialog kadang bisa saya tuangkan dalam tulisan baik yang bersifat popular, semi popular dan ilmiah untuk bahan seminar atau bahkan Jurnal.

Dialog dengan tumbuhan semacam ini juga telah dilakukan oleh Mprop. Picoes al-Jingini yang nama lengkapnya Agus Affianto. Sosok unik yang dipangil Picoes ini adalah salah satu teman angkatan dan sekarang dosen Fakultas Kehutanan (FKT) UGM di nDalem Kapitikan. Bahkan beliau telah menghasilkan buku yang menarik berjudul, "100 HARI MELIHAT DIRI. Obrolan Bersama Tanaman."

Buku tersebut mengambarkan cerita pribadi sang penulis atas masalah-masalah hidup yang dihadapi. Tulisan dengan gaya berdialog secara virtual dengan bibit Anggur, Krokot, Suket dan bibit lain yang ada di persemaian nDalem Kapitikan ini diceritakan secara menarik dan penuh makna dan pesan spiritual.

Bicara tentang Picoes ini, saya jadi ingat saat bulan Oktober 2017 dimana para alumni FKT UGM angkatan '92 menyelenggarakan reuni perak (25 th) di Jogja. Yang hadir sekitar 60 orang dari 90-an. Kariamansyah wakil dari Aceh dan Mateas yang waktu itu tugas di Papua pun datang di reuni yang bertemakan "Seduluran saklawase".

Dari sekian peristiwa reuni perak selama 2 hari (sabtu-minggu), perbincangan antara aku, Picoes dan Maman, yang berkarier di perusahaan kehutanan swasta  yang masih terngiang sampe sekarang adalah ngobrol di salah satu sudut kampus. Waktu itu pas ishoma acara Reuni FKT UGM dan kebetulan hujan deras sekali.

Kami bertiga ngobrol sambil menyantap beberapa hidangan, termasuk semangkok soto dan segelas teh panas. Sambil merokok, Picoes menanyakan satu hal yang menarik bagi kami berdua, "jadi manusia itu berat yo cah?"

Kemudian Maman bertanya balik, "kok bisa?"

Picoes tidak menjawab secara eksplisit atas pertanyaan Maman, malah dia bertanya lagi, "Jikalau Tuhan menawarkan kepadamu sekarang mau berubah jadi apa? Berdasarkan evaluasimu sampai umur hampir setengah abad ini, kira-kira dirimu mau berubah jadi apa?"

Kemudian saya tertantang untuk menjawabnya "Saya pengin jadi pohon yang rindah sehingga bisa bermanfaat bagi sesama mahluk Tuhan."

"Oke, lah kamu, Man?"

"Jadi manusia seperti sekarang. Saya bahagia dan mensyukuri menjadi diriku seperti sekarang ini Coes."

Sambil menyeruput the panas, aku balik bertanya padanya, "lah dirimu?"

Sambil nyekekek, Picoes agak lama terdiam dan menyeruput rokoknya agak dalam dari sebelumnya. "Dadi panci Man! Hahahaha"

"Alasanya?" Tanya maman penasaran.

"Panci itu pantatnya gosong kena api setiap hari untuk masak makanan setiap orang. Tapi pengorbananku bisa memenuhi kebutuhan banyak orang to?" Jawabnya filosofis.

Aku dan Maman saling bertatapan dan mantuk-mantuk mengiyakan apa yang Picoes maksud. Mereka tahu bahwa Picoes ini memang cerdas sejak mahasiswa dan sekarang menjadi seorang pemikir seperti filosof.

"Kamu tuh salah pilih fakultas, harusnya milih jurusan filsafat, Coes." Kata Maman.

"Intinenya kan mau jadi apa saja, asal dapat bermanfaat bagi orang dan mahluk Gusti Allah lainya, ngono to Coes?"

"Yoh, itulah makna hidup bagiku cah," kata Picoes menutup perbincangan santai penuh makna ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun