Setelah mendapat kepastian, kami diantar ke mess Inhutani I yang letaknya dekat pantai Balikpapan. Ada bioskop di jalan yang mulai menanjak sekelas Suboharsono di dekat Kraton Lor atau Indra di Malioboro. Film yang tayang hari ini adalah Basic Instinct yang lagi hits di Jogja sebulan yang lalu dan film nasional berjudul Gairah Malam.
"Sui ra mlebu bioskop cah," pancing Oka pada teman-temannya.
"Emang duitmu cukup bro?" Selidik Yayan.
"Yo nek cucuk dan dapat menghibur piro wae ditandangi to yo. Raketang utang sek lah karo konco ya to? Hahahaha." Jawab Oka.
Tak lama setelah sampai di mess dan meletakan tas di kamar yang telah disiapkan, kami berpamitan kepada penjaga mess untuk jalan-jalan melepas penat selama di hutan lebih dari sebulan.
Setelah melihat harga tiket masuk dan 2 gambar  film yang terpampang di dinding kaca, 4 orang memilih menonton film yang dibintangi Sharon Stone dan Micheil Douglas. Sedangkan Yayan memilih tidak ikut dan mingkin lebih memilih nonton film Indonesia sebagai wujud kecintaan hasil karya anak bangsa. Atau malah memilih berkunjung ke tempat lain, ke pantai Balikpapan yang tidak jauh juga dari mess.
Film diputar pukul 16.00, mereka pulang ke mess tepat waktu sholat magrib. Makan malam sudah disiapkan dekat ruang tamu yang ada TV. Ruang ini sebenarnya diperuntukan tamu dari Direksi Jakarta dan para ADM dari KPH yang tersebar di Kalimantan Timur.
Namun karena tidak ada papan pengumuman dan pemberitahuan oleh pekerja mess, sehabis makan mereka langsung masuk menonton TV bersama 1 orang tamu yang sedang membaca koran.
"Channel-e diganti RCTI ae ben iso ndelok iklan Sempati Air, ngopo nonton TVRI," kata Oka.
"Lah kae remote," kata Teguh.
Oka pun memencet-mencet mencari chanel RCTI. Akhirnya berhasil tanpa memperhatikan respon sang tamu yang nampak agak kesal atas ulah "kurang ajar" ke-5 anak kemarin sore ini.
Tamu yang pada akhirnya diketahui keesokan harinya, ternyata adalah seorang ADM. Hal ini disampaikan oleh Basuki setelah mendapat komplain dari ADM tersebut.
"Kasih tahu tuh adik-adik kelasmu, suruh belajar tata krama sama orang tua," kata Basuki menirukan kekesalan sang ADM.
Saat itu juga ke-5 mahasiswa celelekan ini minta maaf atas khilafanya. Mobil yang mengantar ke Camp Long Nah sudah dipanasi pagi hari, dan sehabis sarapan akan berangkat.
"Sorry aku gak iso ngonconi awakmu. Ojo kurang ajar maneh nang kono, opo maneh karo anak gadis di pedalaman," pesan Basuki lagi sambil mesam-mesem.
"Siap Boss, maturnuwun yo cak," sahut Rama.
"Eh sitok neh, neng Camp kono ono bidan ayu. Putih koyo Sharon Stone sing mbok tonton mau bengi. Ning ojo cem-macem, manukmu iso nemplok ning tembok. Hahahaha," ledek Basuki lagi.
Mobil lapangan pun berangkat menyusuri jalan-jalan Kalimantan yang sempit dibandingkan di Jawa. Sepanjang jalan banyak kelokan-kelokan, namun supir tampak PD dengan kecepatan tinggi tak takut kalau terjadi papasan. Bagi ke-5 sekawan ini sangat menakutkan dan sudah berkali-kali diingkatkan tapi masih ngebut juga.
"Wah iso mabuk tenan aku ki," sambatku yang duduk di bangku belakang dan kursinya tidak menghadap ke depan.
Bisa dimaklumi, selain cara mengemudi yang ugal-ugalan, jalan di Kalimantan ini banyak yang jelek karena belum diaspal dan berupa jalan tanah bekas jalan logging HPH. "Untung tidak hujan. Kalau hujan bisa tertanam di jalan yang menembus padang alang-alang yang dulunya hutan belantara," kata Jonson si supir.
Suka duka 5 sekawan ini memang cepat sekali berubah-ubah. Kemarin habis melepaskan sukanya di bioskop, sekarang berjuang melawan ketakutan yang mencekam akibat ulah supir yang ugal-ugalan dan ganasnya medan jalan darat Kalimantan.
Akhirnya pertahanan ku pun jebol juga dan meminta supir untuk berhenti sejenak. Begitu pintu mobil dibuka, isi perutku yang dari tadi dikocok-cocok keluar juga.
Pukul 12.15 WIT, tiba di sungai yang merupakan terminal akhir perjalanan darat. Selagi menunggu bongkar muat barang-barang dari mobil ke keting-keting, rombongan makan siang dan sholat dhuhur.
"Weeeedan tenin cah, tapi ya beginilah dunia kerja seorang rimbawan. Mau kemana setelah lulus nanti, kawan?" Tanya Oka pada teman-temannya.
Setelah ishoma, rombongan menggunakan 3 keting-ting, 1 satu untuk khusus barang-barang, sedangkan 2 yang lainya untuk penumpang. Perjalanan sungai lebih nyaman di bandingkan darat. Kanan dan kiri sungai masih terbentang hutan yang rimbun. Namun ada juga penambang emas menggunakan merkuri yang tidak ramah lingkungan. Terlihat juga ada ladang yang dibuka dengan cara membakar. Hal ini terlihat dari bekasnya yang masih mengepulkan asap.
Menjelang magrib, rombongan akhirnya sampai di Camp Long Nah. Dibandingkan dengan Camp yang ada di PT. ITCI, di sini relatif lebih sederhana. "Alhamdulillah, akhirnya sampai juga ya bro, dah laper nih perut aye," kata Teguh yang nampak masih bugar.
"Ngopi-ngopi dulu mas. Maaf makan malamnya baru disiapkan," jawab Sony pendamping dari Inhutani.
"Ngomong-ngomong, mana puskesnya ya mas Sony?" Tanya Oka penasaran.
"Modus...modus...modus...wkwkwkwkkwkwk," timpalku yang sudah segar juga.
"Barang kali Yayan sakit perut, badan lemes dan lungkrah kurang tenaga kan sudah tahu tempatnya. Hahahahahaha," jawab Oka.
Kegiatan invetarisasi tegakan campuran antara sengon dengan jenis-jenis dipterocarpa dilakukan dengan metode sampling. Tegakan ini merupakan blok percobaan kegiatan reklamasi dimana sengon menjadi jenis yang dipilih untuk ditanam terlebih dahulu sebelum jeni-jenis meranti. Pada umumnya jenis-jenis meranti membutuhkan naungan untuk tumbuh sampai umur 5 tahun.
Setelah tugas selesai, Oka sebagai ketua tim mengucapkan banyak terimakasi kepada pihak Inhutani, "kami merasa bersyukur bisa belajar bersama dengan staf Inhutani di lapangan bagaimana cara mengintarisasi tegakan di sini." Keesokan harinya, setelah makan pagi rombongan kembali ke Balikpapan dengan rute dan kendaraan yang sama ketika berangkat.
Pesawat Simpati Air berangkat ke Jogja pukul 11.30 WIT dan pihak maskapai penerbangan menyediakan transportasi gratis dari Hotel Binaikutai Balikpapan menuju Bandara 1.30 jam sebelum pesawat berangkat. Akhirnya pangilan petugas Sempati Air untuk para penumpang menggema sampai di sudut-sudut ruangan Hotel bintang 5 yang mewah bagaikan istana.
Setelah 1 jam di udara, pilot mengumumkan, pesawat akan mendarat dan kondisi cuaca di bandara Adi Sucipto sangat cerah. Tidak lama kemudian pesawat pun landing dengan selamat dan petualangan 5 sekawan lebih dari sebulan di tanah Kalimantanpun berakhir.
Bersambung......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H