Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di KLHK

Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Parman (13)

29 Januari 2022   05:37 Diperbarui: 29 Januari 2022   05:43 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Praktek Umum Jawa terakhir adalah Praktek Managemen Hutan diselenggarakan di Kampus Lapangan Getas yang berada di Desa Getas, Kec. Kradenan, Kab. Blora, Prov. Jateng selama lebih dari sebulan. Syarat mengikuti praktek ini harus lulus mata kuliah Inventarisasi Hutan, Perencanaan Hutan, Pengaturan Hasil Hutan, dan Pemanenan Hasil Hutan yang diampu oleh Prof. Dr. Ir. Hasanu Simon.

Inti dari praktek lapangan ini adalah mengimplementasikan beberapa mata kuliah tersebut di tingkat perusahaan kehutanan dalam hal ini di KPH Blora, Unit I Jawa Tengah, Perum Perhutani.

"Difinisi kelestarian hasil menurut Conservation Code 1938 adalah pengelolaan kawasan hutan tertentu yang jelas status kepemilikanya, luas wilayah yang ekonomis, dan sistem pengelolaan yang jelas berdasarkan rencana kerja yang rasional," kata Prof. Simon dengan suara yang berat.

Sistem pengelolaan hutan harus dilengkapi dengan petunjuk kerja yang lengkap dan baik seperti metode inventarisasi, sistem perhitungan etat, cara permudaan dan penjarangan, sistem penebangan dan pengangkutan, organisasi teritorial dan personal, sistem administrasi dan keuangan, sistem pemasaran.

"Itu semua akan kalian praktekan di sana. Oleh karena itu kalian harus serius. Karena membangun hutan itu tidak boleh asal-asalan dan harus punya komitmen tinggi!" Tegas Dekan FKT waktu itu yang terkenal disiplin.

Kedisiplinan Beliau diterapkan dalam aturan mengajar adalah jika telat sebelum 5 menit boleh masuk tapi harus duduk di depan. Jika terlambat lebih dari 5 menit maka tidak boleh mengikuti pelajaran.

Hal ini pernah dialami oleh Nurul Qomar yang nyelonong masuk dan memilih duduk di belakang. "heh...heh... kamu, Nurul Qomar ya? Apa kamu tidak tahu aturan main kuliah saya?!" Tanya dosen yang gampang apal nama-nama mahasiswanya itu.

"Maaf pak, saya terlambat karena tadi ketiduran," jawab Qomar.

"Kalau telat kurang dari 5 menit, apa sangsinya?"

"Duduk di depan pak."

"Loh kok kamu tetap nyelonong ke belakang?"

Qomar pun jalan ke depan sambil menundukan kepala dan suasana ruangan pun hening dan mencekam seketika selama beberapa saat. Pertemuan ini merupakan pembekalan oleh Prof. Simon sebelum besok berangkat ke Kampus Lapangan Getas.

Esok harinya, kami beberapa orang janjian berangkat dari kampus pukul 08.00 setelah sarapan di Warung Sederhana dengan naik bus kota menuju terminal Yogyakarta. Perjalanan dari Jogja dengan bus EKA jurusan Surabaya selama 5 jam.

Dengan ancar-ancar dekat Monumen Suryo, kami turun di Tempat Penumpukan Kayu (TPK) Banjarejo Perum Perhutani. Kemudian perjalanan dilanjutkan naik Cold atau Truk terbuka sejauh 12 Km melewati jalan hutan yang rusak.

Sesampai di Kampus Getas kami ditunggu oleh Ir. Durbani dan Istrinya yang membantu mengurusi konsumsi selama di sana. Para Co-Assisten termasuk Teguh teman angkatan sudah sampai di sana.

Teguh ini tergolong cerdas, pekerja keras, dan sangat entengan mambantu teman-temanya sehingga bisa menjadi Co-Assisten. Selain itu, Teguh asli Blora sehingga hapal betul kondisi desa di sekitar hutan jati di Jawa.

Pembagian kamar yang tersedia 3 tempat tidur bertingkat, lemari tempat pakaian dan kamar mandi dalam. Di depan kamar ada 1 meja dan 2 kursi panjang untuk makan dan mengerjakan tugas secara bersama-sama. Masing-masing kamar berisi 6 orang.

Selain pembagian kamar, pada hari pertama juga pembagian anggota kelompok yang terpampang di papan pengumuman depan ruang kelas. Aku sekelompok dengan Arin, Neni, Ketut, Koko, Bustanul, dan Oih.

Ada lapangan sepak bola ukuran 10 x 15 meter. Setelah mengetahui nomor kamar dan nama kelompok, kami segera meluncur mengambil bola yang sudah disiapkan penyelengara untuk menjajal lapangan hanya 30 menit karena sudah menjelang magrib.

Ada mesjid dengan luas sekitar 100 m3 di depan pintu masuk tempat teman-teman sholat 5 waktu dan terkadang ada yang mengaji setelah magrib dan subuh. Sore hari juga dipakai anak-anak sekitarnya untuk mengaji. Beberapa teman, jika ada waktu ikut membantu uztad mengajar baca tulis Iqro.

Kampus Lapangan Getas, kata Amet yang bisa melihat mahkluk ghoib banyak ditemui di beberapa sudut ruangan seperti di kamar, dapur, dan kelas. "Maklum aja, kampus ini saat tidak dipakai praktek ya kosong, tidak berpenghuni. Selain itu letaknya di dalam hutan," kata anak Lombok ini.

Praktek lapangan selama 1 bulan lebih, maka interaksi dalam satu kelompok mulai dari pengambilan data di lapangan, penyusunan laporan dan presentasi di kelas selalu bersama-sama. Karakter masing-masing individu nampak di mata teman-temanya ketika menghadapi terik mata hari dan lelah berjalan berkilo-kilo meter di dalam hutan. Demikian juga membuat laporan sampai larut malam.

Dari hasil interaksi ini ada yang cocok satu sama lain, namun demikan juga ada yang sebaliknya. Yang cocok dan kebetulan berbeda kelamin, maka timbulah "klik" dan munculah bunga-bunga asmara di dalam sukma.

Pada hari terakhir praktek lapangan di Kampus Getas, sekitar jam 13.00 tiba-tiba datanglah 2 rombongan bus besar yang parkir di lapangan sepak bola. Di kaca bus tertulis Praktek Lapangan Hutan Jawa, Mahasiswa UNLAM (Universitas Lambung Mangkurat).

Aku, Seno dan Joko yang pernah menjadi delegasi Seminar Mahasiswa Kehutanan Indonesia (SMKI) di UNLAM tahun 2014 menunggu mereka yang pernah menjadi panitia dan delegasi SMKI. Tidak jauh aku mengenali wajah Agus turun dari Bus dan segera mendekati untuk memberikan salam. "Selamat datang Mas Agus di tanah Jawa," kata Joko.

"Maturnuwun," sambut Agus sambil menyalami kita bertiga.

"Loh kok iso boso Jowo, Mas?" Tanyaku penasaran.

"Lah aku ki wong asli Jawa Timur rek. Alhamdulillah ketompo kuliah neng UNLAM," Jawab Agus sambil tersenyum.

Tak lama kemudian Agus memangil beberapa temannya yang dulu juga sebagai panitia dan delegasi SMKI, salah satunya adalah Santi yang berkulit putih. Kami pun ngobrol santai di serambi Mesjid yang adem sambil mengenang saat-saat SMKI dulu.

SMKI merupakan agenda rutin dari Pengurus Pusat Sylva Indonesia (Ikatan Mahasiswa Kehutanan Seluruh Indonesia) yang diselenggarakan setiap 2 tahun sekali. SMKI menjadi ajang pertemuan mahasiswa kehutanan se-Indonesia untuk mengembangkan pengetahuan dan memaparkan hasil riset yang telah dilakukan oleh mahasiswa kehutanan di setiap perguruan tinggi yang memiliki jurusan atau fakultas kehutanan.

Bersambung.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun