Qomar pun jalan ke depan sambil menundukan kepala dan suasana ruangan pun hening dan mencekam seketika selama beberapa saat. Pertemuan ini merupakan pembekalan oleh Prof. Simon sebelum besok berangkat ke Kampus Lapangan Getas.
Esok harinya, kami beberapa orang janjian berangkat dari kampus pukul 08.00 setelah sarapan di Warung Sederhana dengan naik bus kota menuju terminal Yogyakarta. Perjalanan dari Jogja dengan bus EKA jurusan Surabaya selama 5 jam.
Dengan ancar-ancar dekat Monumen Suryo, kami turun di Tempat Penumpukan Kayu (TPK) Banjarejo Perum Perhutani. Kemudian perjalanan dilanjutkan naik Cold atau Truk terbuka sejauh 12 Km melewati jalan hutan yang rusak.
Sesampai di Kampus Getas kami ditunggu oleh Ir. Durbani dan Istrinya yang membantu mengurusi konsumsi selama di sana. Para Co-Assisten termasuk Teguh teman angkatan sudah sampai di sana.
Teguh ini tergolong cerdas, pekerja keras, dan sangat entengan mambantu teman-temanya sehingga bisa menjadi Co-Assisten. Selain itu, Teguh asli Blora sehingga hapal betul kondisi desa di sekitar hutan jati di Jawa.
Pembagian kamar yang tersedia 3 tempat tidur bertingkat, lemari tempat pakaian dan kamar mandi dalam. Di depan kamar ada 1 meja dan 2 kursi panjang untuk makan dan mengerjakan tugas secara bersama-sama. Masing-masing kamar berisi 6 orang.
Selain pembagian kamar, pada hari pertama juga pembagian anggota kelompok yang terpampang di papan pengumuman depan ruang kelas. Aku sekelompok dengan Arin, Neni, Ketut, Koko, Bustanul, dan Oih.
Ada lapangan sepak bola ukuran 10 x 15 meter. Setelah mengetahui nomor kamar dan nama kelompok, kami segera meluncur mengambil bola yang sudah disiapkan penyelengara untuk menjajal lapangan hanya 30 menit karena sudah menjelang magrib.
Ada mesjid dengan luas sekitar 100 m3 di depan pintu masuk tempat teman-teman sholat 5 waktu dan terkadang ada yang mengaji setelah magrib dan subuh. Sore hari juga dipakai anak-anak sekitarnya untuk mengaji. Beberapa teman, jika ada waktu ikut membantu uztad mengajar baca tulis Iqro.
Kampus Lapangan Getas, kata Amet yang bisa melihat mahkluk ghoib banyak ditemui di beberapa sudut ruangan seperti di kamar, dapur, dan kelas. "Maklum aja, kampus ini saat tidak dipakai praktek ya kosong, tidak berpenghuni. Selain itu letaknya di dalam hutan," kata anak Lombok ini.
Praktek lapangan selama 1 bulan lebih, maka interaksi dalam satu kelompok mulai dari pengambilan data di lapangan, penyusunan laporan dan presentasi di kelas selalu bersama-sama. Karakter masing-masing individu nampak di mata teman-temanya ketika menghadapi terik mata hari dan lelah berjalan berkilo-kilo meter di dalam hutan. Demikian juga membuat laporan sampai larut malam.