Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di KLHK

Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Parman 12

28 Januari 2022   05:44 Diperbarui: 28 Januari 2022   05:50 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada empat jurusan di FKT UGM yaitu Managemen Hutan, Konsevasi Hutan, Budidaya Hutan dan Teknologi Hutan. Semua mahasiswa wajib mengikuti praktek lapangan jurusan yang ada di Jawa yaitu di Wanagama I Gunungkidul dan Kampus Getas, Ngawi. Maka ke-4 praktek lapangan ini masuk ke dalam Praktek Umum (PU) Jawa.

Syarat mengikuti empat PU Jawa harus sudah mengambil minimal 110 SKS. Praktek Budidaya Hutan diselenggarakan di Wanagama I. Tempat ini tidak asing bagi kami karena beberapa kegiatan sering dilakukan di sana termasuk LKMK pada akhir semester I.

Inti dari praktek lapangan ini adalah implementasi mata kuliah silvikultur yang merupakan perpaduan antara ilmu dan seni membangun hutan. Silvikultur meliputi kegiatan pembibitan, penanaman, pertumbuhan, pemeliharaan, sampai dengan pemanenan hasil hutan. Pengampu praktek lapangan ini adalah Dr. Ir. Moch Na'iem, salah satu dosen yang berkiprah dalam pembangunan Wanagama I.

"Wanagama I ini merupakan salah satu pusat penelitian pemuliaan pohon di Indonesia. Lebih 100 plot percobaan pemuliaan pohon ada di sini," kata Doktor lulusan Jepang ini.

Lebih lanjut, tempat ini juga merupakan plot konservasi ex-situ beberapa jenis tanaman hutan yang berasal dari Indonesia maupun luar negeri. "Beberapa plot uji jenis seperti Acacia auriculiformis, A. mangium, Kayuputih, Pinus, Murbei, Mahoni, Jati. Selain itu juga ada koleksi tanaman langka seperti Eboni dari Sulawesi dan Cendana dari NTT."

Mata kuliah dendrologi yang diajarkan Dr. Rujiman diajarkan dan dipraktekan di sini. Saat menjelaskan fungsi banir, Pak Rujiman bertanya pada mahasiswa,"coba sebutkan fungsi dari banir?"

"Sebagai alat pernafasan pak," jawab Heru yakin.

"Ada yang lain?" karena lama tidak ada yang menjawab, Beliau bertanya lagi,"ada yang pernah ke Kebun Raya Bogor?"

"Saya pak," kata Rina anak asal Jakarta.

"Ya silahkan, apa fungsi banir di sana?"

"Untuk pacaran pak," jawabnya dengan PD.

"Ya betul."

Kami sekelas ketawa terbahak-bahak. Juang pun penasaran dan bertanya sama Rina,"kok kamu tahu. Pengalaman pribadi ya?"

"Eh ngaco kamu. Waktu pelajaran Dendrologi pernah ditanyakan persis seperti itu," jawab Rina.

"Koe pas kui paling lagek turu Wang. Hahahaha," ledek Oka.

Setelah mendapatkan materi tentang budidaya hutan di kelas, selanjutnya kunjungan lapangan seperti ke persemaian, rumah kaca, plot penelitian silvikultur, agroforestry, plot uji spesies, uji provenans, uji progeni, dan uji hasil hibridisasi.

Dua hari terakhir masing-masing group diberi kesempatan penyusunan laporan untuk dipresentasikan pada hari terakhir. Penyusunan laporan disediakan banyak referensi di perpustakaan.

Selama seminggu menginap di asrama ada cerita horor yang dialami, terutama yang sensitif dengan makluk halus. Menurut Pak Yanto, salah satu pegawai yang menjaga Wisma Cendana, di Wanagama ini ada tempat-tempat yang menyeramkan. Salah satunya kamar di Wisma Cendana ada gambar Monalisa yang sering bergerak-gerak sendiri.

Praktek lapangan yang ketiga adalah konservasi hutan juga diadakan di Wanagama I. Setelah perjuangan rehabilitasi lahan kritis batu bertanah yang dirintis Prof Oemi Han'in sejak tahun 1964 berhasil, maka banyak satwa dapat hidup dengan baik karena tersedianya pakan dan ruang hidup. Beberapa satwa yang berkembang biak antara lain beberapa jenis burung, kera dan beberapa jenis reptil.

Konservasi secara umum terbagi menjadi 3 level yaitu level genetik, jenis dan ekosistem. Jurusan Konservasi Hutan di FKT UGM lebih cenderung menangani jenis satwa, sedangkan untuk jenis-jenis tanaman digarap oleh Jurusan Budidaya Hutan. "Pada praktek konservasi ini kita batasi pada jenis-jenis satwa yang ada di sini. Lebih spesifik lagi kegiatan pengamatan burung," kata Dr. Ir. Djuantoko selaku dosen pembimbing.

Pemaparan materi dan diskusi di kelas membahas tentang metode pengamatan burung baik pada tingkat komunitas maupun tingkat individu suatu burung. "Kedua metode ini tentu berbeda. Pengamatan pada banyak burung membutuhkan konsentrasi lebih dibandingkan jika hanya pada satu jenis saja," lanjut Doktor yang punya hobi menyelam ini.

Saat praktek di lapangan dibagi menjadi beberapa tim yang masing-masing terdiri dari 5 orang. Masing-masing tim membuat transek pada titik pengamatan serta jumlah ulangan yang disesuaikan dengan waktu yang dimiliki. Hasil pengamatan burung tidak hanya berupa daftar jenis namun juga stuktur komunitas burung yang ada di Wanagama I.

Praktek Teknologi Hutan dilakukan di pabrik Plywood PT. Kutai Timber Indonesia (KTI) yang berlokasi di Probolinggo, Jawa Timur. Peserta yang berangkat dari Jogja naik Bus Eka ke Surabaya selama 8 jam dan lanjut dengan bus jurusan Bayuwangi. Perjalanan dari Surabanya ke Probolinggo sekitar 3 jam.

Saat pembukaan, Pak Joni, General Manager menyampaikan bahwa Pabrik Plywood milik PT. KTI dibangun tahun 1973. "PT. KTI ini merupakan hasil merger antara Sumitomo Forestry Co.Ltd dengan PT. Kaltimex Jaya. Bahan baku kayu log berasal dari perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di Kalimantan dan plywood  yang diproduksi banyak di eksport ke Jepang," paparnya.

Angkatan '92, hanya ada dua yang masuk jurusan Teknologi Hutan yaitu Wati dan Krisdianto. Mereka berdualah yang paling antusias baik waktu pemaparan dan diskusi di kelas maupun saat keliling pabrik mulai dari proses penerimaan bahan baku kayu log sampai packing untuk siap dieksport.

Kayu log ukuran besar pada tahun 1990-an sudah mulai menurun sehingga harus ada inovasi teknologi untuk mengolah kayu dengan diameter yang semakin mengecil.  "Kami harus cepat menyesuaikan dengan semakin mengecilnya diameter kayu log. Maka teknologi mesin yang bisa mengolah kayu berdiameter kecil menjadi solusi dari masalah ini," jawab Pak Totok di bagian permesinan.

"Apa tidak ada alternatif kearah produksi pulp atau mungkin ke particle board dalam menghadapi masalah bahan baku ini?" Tanya Wati yang kritis dan bervisi kedepan ini.

"Untuk pulp atau bubur kertas itu di pabrik kertas. Kami mungkin pengembangnya ke arah particle board," jawab Pak Maman kepala bagian perencanaan.

Bersambung.......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun