Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di KLHK

Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ancol Bligo

22 Januari 2022   13:54 Diperbarui: 22 Januari 2022   14:06 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak seperti ngowes pada beberapa hari libur sebelumnya, kali ini aku dapat teman yang bernama Mas Eka Muhammad. Beliau adalah Senior di Fakultas Kehutanan UGM angkatan '83 yang sering membaca apa yang aku tulis di FB. Suatu ketika Mas Eka yang aku kenal sebagai Goweser ini menawarkan diri via FB untuk menemani sampai ke hulu Selokan Mataram (SM) yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah (Jateng) dan DIY.

Malam minggu kemarin ada WA masuk dari mantan ketua Silatnas Kahmi 2016 ini, "Dik, jadi enggak besok ke Ancol?"

"Insyallah jadi mas. Jam berapa dan kumpul dimana ya?" Jawabku.

"Di bangjo pertemuan antara SM dan Jl. Monjali jam 7an ya?" Tak lama kemudian.

"Insyallah siap mas!!!"

Ancol Bligo ini merupakan objek wisata berupa bangunan DAM yang terletak di Kec. Ngluwar, Kab. Magelang, Jateng. Sedangkan di sebelah baratnya masuk wilayah Kalibawang, Kab. Kulon Progo, DIY. Pembangunan DAM ini konon pada tahun 1914, di zaman penjajahan Belanda yang waktu itu Gubernur Jenderal nya bernama Van Der Wijk.

Oleh karena itu, saluran air berupa irigasi untuk mengairi persawahan dan perkebunan teh di Moyudan, Bantul bernama saluran Van Der Wijk. Selanjutnya pada era penjajahan Jepang, tepatnya pada tahun 1942 dibangunlah SM yang hulunya dari DAM yang dirancang mengambil air dari Sungai Progo dan diarahkan ke Sungai Opak sepanjang 31,2 km untuk irigasi daerah Yogyakarta bagian utara.

Tepat pukul 7, kami pun bertemu di tempat yang sudah disepakati. Mas Eka yang bertugas sebagai Kepala Perhutani DIY memang sudah terbiasa mengisi waktu liburnya dengan Ngowes. Menurutnya, perjalanan ke Ancol ini masuk katagori sedang karena diperkirakan sampai rumah sekitar jam 12-an. "Kalau jarak jauh seperti ke Ketep, Magelang atau ke Boyolali bisa sore sampe ke rumah," terangnya.

"Kalau aku masih level pemula Mas. Paling jauh ya sampai ISI Jl. Paris itu, hehehehe," jawab ku sambil santai.

Hari ini cuaca sangat cerah dan udara setelah menyeberangi Ringroad Barat sangat segar. Sekitar pukul 8-an tidak terasa sudah sapai di SMPN 2 Tempel dimana jalan aspal yang menyusuri SM sudah habis. Ahirnya kami putuskan lewat Jalan Kabupaten untuk sampai ke tujuan.

Tidak lama kemudian pas di jembatan terdapat plang nama perbatasan antara DIY dan Jateng. Artinya hari ini aku telah memecahkan rekor ngowesku sendir dengan melintasi 2 provinsi, yaitu DIY dan Jateng.

Mas Eka berusaha menjelaskan sambil menunjukan alur SM dari Jalan Raya yang kita lewati. Kemudian kita dapati juga plang arah ke beberapa tujuan dengan jaraknya. Ke Yogya tertulis 25 km. "Dari sini ke Ancol masih sekitar 5 km. Berarti ya sekitar 30 km jarak Ancol ke Yogyakarta," kata Mas Eka.

Akhirnya kita sampai di Ancol pukul 9-an dan bangunan DAM dan irigasi yang diarsiteki oleh ahli Belanda memang luar biasa. Aku jadi ingat apa yang disampaikan Alm Prof. Dr. Ir. Hasanu Simon, bahwa Belanda mewarisi banyak bangunan penting di Indonesia. Selain banyak bangunan seperti gedung-gedung di beberapa kota tua, stasiun dan rel keretanya, jalan yang menghubungkan kota-kota di Jawa dan yang tidak kalah penting adalah Hutan Jati di Jawa yang tertata dengan baik pengelolaannya.

Ya kita memang harus mempelajari sejarah agar kita bisa berterimakasih pada para pendahulu dan bisa mentauladaninya. Termasuk bangunan SM ini yang ide dasarnya berasal dari Sunan Kalijaga, bahwa masyarakat Yogya akan makmur dan tercukupi kebutuhan pangannya jika Sungai Progo di barat dapat dihubungkan dengan Sungai Opak di timur. Hal ini dipenuhi oleh Sri Sultan HB IX selain untuk memenuhi titah Sunan Kalijaga juga melindungi rakyat dari program Romusa Jepang yang menyengsarakan rakyatnya.

Jadi benar apa yang disampaikan Presiden Soekarno, "Jangan lupakan sejarah (Jasmerah)."Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan jasa-jasa para pahlawannya.

Semoga kita bisa mengisi era kemerdekaan hasil pengorbanan para pejuang sampai titik darah penghabisan ini dengan karya nyata. Bukan membuang waktu hanya saling menghujat, memfitnah, dan mengeluh saja.

Sebelum sampai ke Ringroad Barat, kami mampir di warung kecil yang menjajagan es cincau. Setelah aku teguk sampai habis, rasa dahaga masih ada karena terik Matahari yang posisinya sudah di tengah-tengah. Dan aku pun pesan 1 gelas lagi sedangkan Mas Eka sudah merasa cukup. "Tambah setunggal, sedoyo pinten bu?" Tanyaku.

"Enem ewu mawon mas," jawab ibu penjual es cincau.

Trimakasih Mas Eka semoga kita bisa ngowes bersama lagi dengan berihlah ke tempat-tempat bersejarah di sekitaran kota Budaya yang kita banggakan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun