Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di KLHK

Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tanaman Khas

19 Januari 2022   21:07 Diperbarui: 19 Januari 2022   21:25 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah check clock masuk kantor, Aku ke ruang kerja di lantai 2 untuk menyimpan tas dan langsung ke persemaian jenis tanaman khas DIY. Kebiasaan baru ke persemaian di pagi dengan udara yang masih segar ini, ternyata sangat mengasyikan.

Setelah ditunjuk sebagai penanggungjawab Pengelolaan Pengembangan Jenis Khas DIY, tugas pertamaku adalah pemeliharaan persemian. Letak persemain ini di tengah Arboretum sebelah utara Gedung kantorku.

Setaip hari Aku dibantu Pak Heru dan Peri. Kadang-kadang ada juga peneliti yang bergabung dalam kegiatan ini, walau tidak lama. Kegiatan pemeliharaan persemaian yang utama adalah pembersihan dari rumput atau tumbuhan liar. Tumbuhan liar ini tumbuh di sekitar bedengan maupun di polibag sebagai pesaing bibit tanaman.

 Bekerja di instansi Litbang dengan tupoksi pemuliaan tanaman hutan, persemain merupakan "ladang" pekerjaan para peneliti. Jadi mau tidak mau, Aku harus mencintai pekerjaan ini  dengan senang dan iklas sehari-hari. Pada hari pertama, Aku sampaikan kepada Pak Heru dan Peri tentang lingkup pekerjaan di persemain.

"Selain kegiatan pemeliharaan persemaian, kita perlu hitung jumlah bibit masing-masing jenis agar kita bisa mengetahui apa saja kegiatan penelitian di sini ," kataku.

"Ada bibit yang terpencar, kita perlu kumpulkan ke kelompoknya pak," ujar Peri sambil menghisap rokoknya.

"Ya setuju, Aku lihat juga ada beberapa bibit yang tidak ada labelnya," lanjutku.

Di sebelah barat persemaian ada jalan yang tiap pagi dilewati beberapa karyawan untuk jalan pagi sebelum melakukan aktivitas rutin di kantor. Mungkin sekitar 10 orang yang rutin jalan pagi dari gedung kantor di depan sampai persemaian di belakang.

Saat aku sedang mengamati beberapa bibit yang perlu dipindahkan ke bedengan yang tepat, tiba-tiba ada suara dari arah jalan, "wah dah tune in nih kang, jadi peneliti," kata Arda peneliti Kuljar.

"Jo ngece to mbak," jawabku.

"Calon Prof. Riset nih ye," saut Dr. Istiana menambahkan.

 "Bukanya sekarang sudah Prov?" ledek Margiyati yang terkenal suka posting kulineran di WAG kantor.

"Provokator kaleeeee?" ucapku reflek.

Setelah dua minggu, persemian sudah bersih dari rumput dan tumbuhan liar, bibit sudah mengelompok sesuai jenis dan data  jumlah per jenis sudah terhitung. Jumlah jenis tanaman khas DIY ini sekitar 50 dan tiap jenis tidak sama jumlahnya. Ada yang lebih dari seratus, namun ada juga yang tidak sampai 10 bibit.

Aku mencoba undang para peneliti yang tergabung dalam tim ini untuk diskusi beberapa kegiatan penelitian yang bisa dikerjakan ke depan berdasarkan data yang sudah ada.

"Teman-teman, alhamdulillah persemaian sudah beres dan banyak yang bisa kita teliti dan tulis dengan jumlah jenis yang lumayan banyak," kata pembukaku sambil berusaha menunjukan beberapa jenis yang ada di sekitar tempat mereka duduk.

Setelah panjang lebar aku menjelaskan tentang banyaknya potensi yang bisa diteliti dan tulis dalam publikasi ilmiah, Yayan yang pertama merespon,"jadi angka kredit sudah teratasi di sini ya Brother?"

"Ada berapa jenis yang potensial kita teliti?" Kata Yuliah berusaha bertanya dengan penuh penasaran.

"Kalau total jenisnya ada 50, namun yang jumlahnya cukup sebagai bahan untuk diteliti sekitar 25 jenis saja," jawabku.

"Itu termasuk yang akan kita gunakan untuk uji jenis di Tahura Bunder?" Tanya Tri Pamungkas.

"Ya, minggu lalu Aku ketemu dengan Bu Niken, kepala Balai Tahura bahwa mereka siap menyediakan lahan. Namun harus dengan surat permohonan kepada Gubernur," sambungku.

"kira-kira apa saja yang bisa kita teliti?" Tanya Bu Ari yang paling senior di Kelti KSDG.

"Teknik propagasi baik mikro maupun makro, perlakuan dosis pupuk, dan kalau perlu analisis DNA untuk menjawab jenis Mentaok (Wrightia javanica) yang merupakan sinonim dari Wrightia pubescens subsp. Laniti.

"Kita bagi tugas saja dan kalau perlu jika ada mahasiswa mau skripsi, bisa kita arahkan ke sini," usul Yayan penuh semangat.

"Sangat setuju. Anggap saja persemaian tanaman khas DIY ini sebagai laboratorium alam keaneragaman hayati mini tingkat DIY," tutupku sambil nyeruput kopi yang baru datang dari Kantin Koperasi yang dibawa Peri.

"Ayo gorenganya disantap," ucap Peri mempersilahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun