"Koe wis tekan po Pri? Aku wis tekan ngarep Masjid ki."
Nampaknya Ia kebablasen dan disuruh mbalik. "Brati aku kudu mbalik ki?" Kata sosok berbadan gendut ini.
Ketika Ia membalikan motornya, Rohman mencegatnya dan mengagetkannya, "Dor....!"
"Woh... Wedhus..... Kaget aku Man!" Sentak Hendro.
"Endi omahe Maesaroh Dro?"
"100 meteran seko ringroad. Prihatni wis tekan kono. Ayok!"
Mereka berdua balik kanan dan tidak lama sudah nampak perempuan berjilbab ngawe-awe di sebelah kanan jalan.
Rumah Maesaroh tampak besar dengan bangunan dua lantai. Lantai bawah sepertinya untuk tempat tinggal dan lantai atas untuk kos-kosan.
"Aku sering ngedrop penumpang nang kene. Gak ngerti ternyata iki omahmu to May (teman-teman sering memangilnya May)," kata Hendro.
"Omahku ki mburi kono rung dadi. Ngarepan kene ngone kakangku. Aula iki enggo pengajian, pertemuan lan perpustakaan," kata dosen UII ini sambil menunjukan kitab-kitab dalam rak yang cukup besar.
"Sak ngertiku omahmu mbiyen kan cedak Masjid Pathok Negara to May?" Tanya Prihatni.