Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di KLHK

Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Parman (2)

8 Januari 2022   20:38 Diperbarui: 11 Januari 2022   20:24 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita jamak dan qoshor aja ya Man sholatnya?" Usul Mas Erfi.

"Njih mas." Jawabku lagi.

Aku harus menuruti apa saja yang diarahkan oleh Mas Erfi. Tadi bapak menasati. "Koe manut ae karo Mas Erfi dan Mas Ermanu. Ojo ngeyelan."

Kami makan di salah satu warung makan di pingir Jalan Piere Tendean, Wirobrajan. Aku penasaran dengan gudeg yang merupakan ciri khas Jogja pake suir ayam dan gorengan tempe. Ternyata rasa gudeg itu manis dan aneh di lidah. Namun aku doyan juga karena pas lapar-laparnya.

Jarak antara rumah makan dengan kos-kosan Mas Erfi tidaklah jauh. Sebelum sampe kos-kosan adzan azhar sudah berkumandang dan kami putuskan untuk sholat di masjid yang tidak jauh dari kos-kosan. Di masjid kami ketemu Mas Yani, adik kandung dari Mas Erfi dan Mas Ermanu. Mas Yani ini kelas 2 di SMAN II Yogyakarta.

Setelah sampe kos-kosan kami berdua istirahat sejenak dan mandi sore. Kos-kosan cukup bagus tapi kata Mas Erfi relatif murah. Ada 4 kamar dengan ukuran masing-masing 3 x 4 meter, ada ruang tamu dan juga tempat sholat untuk 10 orang. Mas Ermanu belum pulang karena selain kuliah di UGM yang jaraknya jauh dan juga mengajar bimbingan belajar di beberapa cabang Primagama di Jogja.

Setelah sholat magrib berjamaah di Mesjid dan sekalian makan malam di warung yang berbeda dengan makan siang tadi kami ngobrol bersama di ruang tamu. Para penghuni kos-kosan sudah komplit. Kamar pertama dari pintu masuk adalah Soni dari Kebumen yang sekolah di Muhammadiyah 1 (MUHI) bareng Mas Erfi, kamar ke dua dihuni Mas Erfi dan Mas Yani, kamar ketiga Mas Ermanu, dan yang paling ujung adalah Haris dari Bumiayu juga yang sekolah di SMAN I (Teladan).

Melihat NEM aku disarankan oleh Mas Yani dan Haris untuk memilih SMAN IV sebagai pilihan I dan SMAN VII pilihan II. Kata Mas Ermanu,"NEM yang aku raih ini kalau di kampung lumayan tinggi. Tapi kalau di Jogja nilaiku tidak bisa tembus untuk SMAN I, III, dan VIII. Ini SMAN level pertama di Jogja."

"Strategi memilih SMAN ini sangatlah penting. Kalau salah memilih maka ya gagal karena tidak ada gelombang II seperti sekolah swasta," kata Mas Yani berdasarkan pengalaman tahun lalu yang masuk ke SMAN II.

"Kalau gak masuk negri, pilihanya yang dekat sini SMA Muhammadiyah III dan Muhammadiyah VII. Tapi ya lebih mahal dibandingkan negri," saran Soni.

"Kalau gagal di negri aku harus konsultasi dengan bapak dulu, karena apakah mampu untuk biaya di sekolah swasta apa tidak," kataku memperhatikan informasi dan saran-saran yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun