Jarak kampungku ke Jogja sekitar 250 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4 selama 4-5 jam. Jika menggunakan bus dapat ditempuh 2 kali. Pertama dari kampung ke terminal Purwokerto dulu yang ditempuh sekitar 1 jam, dan kemudian lanjut dengan bus jurusan Purwokerto ke Jogja sekitar 4 jam.
Bus patas yang aku tumpangi ini cukup nyaman dengan tempat duduk 2 di kanan dan 2 di kiri, ber AC, ada TV beserta DVD, serta setiap penumpang mendapatkan 1 botol soft drink. Film yang ditayangkan adalah Warkop yang judulnya "Maju Kena, Mundur Kena". Film ini waktu itu sudah termasuk film lama.
Seingatku film itu sudah aku tonton dengan Zaenul waktu SD. Tempat dudukku kebetulan di pinggir sehingga bisa melihat pemandangan selama perjalanan. Kadang aku teringat kembali memori masa SD maupun SMP di kampung.
Kebiasaan main bola pas istirahat dan sore hari mengingatkan aku pada teman-teman SD yang sekarang entah kemana. Waktu SMP, teman-temanku ada yang sama waktu SD dan banyak yang baru. Teman-teman SMP yang teringat adalah saat malam minggu pas bulan purnama mecari belut di sawah malam hari.
Kami biasanya berangkat sekitar pukul 21.00 WIB dengan membawa petromak dan bendo untuk membacok belut yang berenang di sawah yang berair cukup banyak. Yanto, Tomo, Nur Hadi adalah teman-teman mbacok belut. Belut kami goreng di gudang bagian selatan rumahku. Untuk kegiatan ini, bapak membolehkan karena disamping sudah kenal teman-temanku juga untuk mengisi malam minggu untuk refreshing.
Termasuk teman-teman mesjid tempat Mas Ermanu membina anak-anak muda dengan mengajarkan ilmu agama. Rizal, Heri, Japra, Andri, dan Mas Yani tiba-tiba muncul diingatan.
Tak terasa beberapa saat akan segera tiba di kota Jogja. Kernet menyebut nama Gamping sebagai tempat turun pertama para penumpang sebelum masuk kota Jogja. Mas Erfi pun bilang, "Man, iki meh tekan. Bentar lagi kita turun di Wirobrajan."
 "Siap mas!" Jawabku singkat.
Kami turun di depan kantor Pusat Primagama di Wirobrajan. Ini adalah bimbingan belajar paling keren di Jogja waktu itu. Dalam batin, ini tempat Mas Ermanu menjadi salah satu tentornya.
"Kita makan siang dulu ya Man," kata Mas Erfi yang melihat jam tangannya menunjukan pukul 14.00 WIB.
"Njih mas." Jawabku.