Novel ini berisi beberapa plot, tetapi punya alur cerita utama soal kehidupan Jean Valjean, seseorang yang baik, tetapi tidak bisa melepaskan masa lalunya yang penuh dengan kehidupan kriminal. Novelnya bisa dikatakan novel sejarah Perancis, tetapi juga memuat isu hukum, mendiskusikan arsitektur dan desain urban Perancis, memusuhi politik monarki, membincang moral, filsafat, agama, kisah percintaan dan keluarga, serta membincang musik. Saking kompleksnya ceritanya, alhasil, novel ini terbagi menjadi 48 buku dengan 365 bab. Ini dianggap sebagai novel terpanjang yang pernah ditulis.
Lalu ada A Tale of Two Cities. Ini sebuah novel yang merupakan eksperimen yang dilakukan oleh Charles Dicken. Banyak plot di dalam buku ini dan ceritanya mengikuti perpindahan tokohnya. Seting cerita pertama adalah di London dan selanjutnya di Paris pada era sebelum dan ketika masa Revolusi Perancis. Novel mengisahkan kehidupan seorang dokter berkebangsaan perancis, Manette, yang dipenjara selama 18 tahun di penjara bastille di paris. Setelah ia dibebaskan, ia hidup di London dengan anaknya, Lucie, yang ia tak pernah hbertemu sebelumnya.
Kata pengantar dari novel Charles Dicken ini justru bercerita soal dinamika isinya. Begini, terjemahan bebasnya. "Itu adalah waktu terbaik, itu juga waktu terburuk, masa yang bijak, masa yang bodoh, masa yang penuh kepastian, masa yang penuh keraguan, masa penuh cahaya, masa kegelapan, musim semi yang penuh harap, musim salju yang memisahkan, kita memiliki semuanya, kita tak memiliki apapun, kita semua ke surge, kita kea rah berlawanan. Pendeknya, ini masa yang mirip saat ini, masa dimana para pemimpin berisik untuk bisa diterima, untuk hal baik maupun hal buruk yang mereka lakukan, yang hanya bisa dibandingkan dengan tingkat yang super dan luar biasa"
Yang menarik, meskipun terdapat begitu banyak plot dan tokoh dan cerita-cerit, pada akhirnya ada pertemuan di akhir buku. Memang, buku ini memiliki struktur rumit yang rapi.Â
Nah, karena Prof Felix Tani juga menyebut soal tulisan yang 'kenthir', dugaan saya tulisan itu membawa segala ramuan. Humor, imajinasi, kebodohan, komplain  dan satir, pada saat yang sama. Intinya, ramuannya terserah dah.Â
Oxford Dictionary mendefinisikan Satir sebagai 'the use of humour, irony, exaggeration, or ridicule to expose and criticise people's stupidity or vices, particularly in the context of contemporary politics and other topical issues." Jadi, satir adalah penggunaan humor, ironi, melebih-lebihkan, atau menertawakan untuk mengangkat dan dan mengkritisi kebodohan atau kejahatan seseorang. Khususnya ini terjadi dalam konteks politik kontemporer dan isu terkini. Jadi, satir digunakan untuk menunjukkan kebodohan, korupsi di antara manusia, lembaga, bahkan pemerintahan yang diekspresikan dalam bahasa yang sarkasme dan ironi yang kental. "In satire, irony is militant", begitu kata Northrup Frye. Tak heran bila tujuan dati Satire adalah untuk mengkritik dan ingin merubah sesuatu jadi lebih baik. Jadi, satir sendiri adalah kritik sosial.
Prof Felix Tani memang sering saya dapati menggunakan tokoh Batak, si Poltak. Kisah Poltaknya ini selalu dalam konteks yang lucu, tapi tetap relevan. Seringkali Poltak adalah beliau sendiri, dan sang penulis tak ragu menjadikannya bahan tertawaan.Â
Sebetulnya, arti anarkis sendiri adalah 'no ruler' atau tanpa penguasa, dan bukan 'no rule' atau tanpa aturan. Anehnya, beliau sering menyebut beberapa nama seperti mas S Aji, Prof Pebrianov, dan mas Susy yang beliau klaim dan sekaligus ia tolak sebagai muridnya. Nah,ketika  beliau menempatkan dirinya sebagai guru, ia menempatkan dirinya sebagai superior, mungkin dalam pengalaman (atau usia?). Entahlah, yang jelas dalam aliran anarkisme, mestinya tidak ada guru dan pemimpin, bukan?  Hayo...Prof, piye iki?!
Dari Animal Farm dan the Sympathizer, sampai Burung-Burung Manyar.Â
Realitanya, banyak, atau bahkan hampir semua pemenang penghargaan menulis fiksi sekelas Pulitzer juga memuat satir. Cerita 'Animal Farm' adalah salah satu satir favorit saya. Meski buku terbitan pertama Animal Farm adalah pada tahun 1944, saya baru membacanya pada tahun 1987.Â