Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cegah Virus Corona, Milenial Bukan Sekadar "Influencer" dan "Buzzer"

22 Maret 2020   18:41 Diperbarui: 23 Maret 2020   10:55 3284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Susenas BPS 2017

Masyarakat Indonesia perlu mendapat informasi yang tepat dan mendewasakan dari sekedar membeo apa yang disampaikan dalam bentuk berita. Sementara, pemerintah lebih tertarik menggunakan influencer untuk menjadi corong pemerintah.

Juga, kelompok milenial yang merupakan kelompok mayoritas di dalam keseluruhan demografi memerlukan informasi melalui media komunikasi yang mereka pahami, yaitu berasal dari sesama kelompok milenial. 

Hal penting lain adalah perlunya pemerintah memperbaiki strategi komunikasi dalam sistem dan mekanisme kesiapsiagaan dan penanganan bencana. Lihat saja apa yang kita lihat dari arus komunikasi terkait virus Corona sejak diumumkannya pada sekitar 3 minggu yang lalu. 

Informasi sangat tidak akurat. Strategi berganti ganti. Kurang transparan. Defensif dan lain lain.Ini masih merupa lubang besar, yang pemerintah perlu menyadari. 

Mengapa pemerintah hanya berfokus pada penggalangan dana? Virus Corona lebih dari sekedar soal dana dan hal umum yang mungkin khalayak yang mungkin sudah memahami dari televisi. Ini soal tatakelola. Soal akuntabilitas. Soal komunikasi massa. Soal pengelolaan pasien. Soal pencegahan. Pendanaan hanyalah satu di antara soal yang harus dikelola.

Namun ketika lembaga dunia WHO ‘memaksa’ pemerintah kita untuk melihat isu virus Corona sebagai isu penting, dan terbukti makin banyak korban meninggal dari virus Corona, pemerintahpun melakukan perubahan dan substansi komunikasi sedikit demi sedikit menjadi lebih baik.

Beberapa milenial yang berdiskusi dengan saya mengatakan bahwa pemerintah kita memiliki keterbatasan untuk berimajinasi dan mencari cara cara yang lebih efektif untuk bekerjasama dengan milenial dalam merespons virus corona. Pemerintah juga sekan kurang mampu mengambil contoh dari keberhasilan beberapa negara yang berhasil meredam menyebarnya virus ini. 

Beberapa di antara negara yang dinilai cukup berhasil adalah Singapure, Hongkong, dan Korea Selatan. Juga, milenial mengharap agar pemerintah secara serius menyediakan APK berupa masker dan sarung tangan yang memadai, yang diberikan kepada semua tim medis kita. 

Pasien tidak hanya datang ke rumah sakit rujukan karena tidak semua pasien yakin dengan apa yang mereka rasakan. Sementara, banyak pasien yang ditolak oleh rumah sakit rujukan karena rumah sakit rujukan penuh. 

Saya kemudian bandingkan dengan tulisan Atul Gawande yang banyak menulis buku populer, termasuk "Check List Manifesto" ? Atul seorang dokter yang menuliskan banyak tip motivasi hidup dan tentang pengambilan keputusan yang menarik, berdasarkan pengalamannya sebagai dokter. Kemarin tulisannya terbit di the New Yorker dan ia memuji apa yang dilakukan oleh Singapura dan Hongkong dalam meredam meluasnya virus Corona. 

Atul yang memiliki Rumah Sakit di Nassachusetts, Amerika Serikat, mempetanyakan apa yang harus kita lakukan bila tidak mempraktekkan seperti yang dilakukan Wuhan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun