Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Thanksgiving", Syukuran Pascapanen yang Ditunggu

1 Desember 2019   06:00 Diperbarui: 1 Desember 2019   11:56 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nyadran Ngumbrang (Foto : m.antaranews.com)

'Thangsgiving', Reformasi Kristen Protestan di Amerika

Pada tiga hari terakhir ini, beberapa rekan yang bekerja atau tinggal di Amerika Serikat membagi foto acara "Thanksgiving". Mereka merayakan 'Thanksgiving' bersama keluarga besar, anak dan cucu serta sahabat mereka.

Di Amerika, masyarakaat merayakan 'Thanksgiving' pada minggu keempat di bulan November. Sementara di Kanada, masyarakat merayakannya di minggu kedua bulan Oktober.

Meski awalnya 'Thanksgiving' merupakan bagian dari tradisi dan perayaan agama, pada akhirnya ia menjadi bagian dari budaya sekuler moderen.

'Thanksgiving' bermula dari upacara untuk mensyukuri hasil panen pertanian dalam sejarah Amerika. Ini bermula dari masyarakat Inggris yang mulai dilakukan setelah reformasi besar besaran oleh umat Kristen Protestan di tahun 1578. Peristiwa ini menyikapi banyaknya hari libur yang ada di kalangan masyarakat penganut Katolik. Jadi, wilayah seperti New Englang (Boston dan Pensyvania) yang punya tradisi ini. Di Kanada, sejarah "Thanksgiving" tidak terlalu dikenal.

Dalam konteks tradisi dan perayaan keagamaan, masyarakat Kristen Prostestan melakukan puasa sebelum 'Thanksgiving'. Mirip puasa Ramadhan sebelum Idul Fitri. Adapun keputusan untuk menentukan minggu keempat bulan November sebagai hari peringatan 'Thanksgiving' adalah berdasar keputusan Abraham Lincoln. Selanjutnya, ini menjadi awal dari peringatan Thanksgiving di jaman moderen.

Tidak hanya keturunan orang Inggris yang ada di Amerika saja, namun imigran dari manapun, baik Eropa atau Asia yang memasuki wilayah Amerika, khususnya di 'New England' biasanya merayakannya sebagai bagian dari ritual setelah musim panen.

Pada acara tersebut, keluarga dan sahabat akan berkumpul dan menikmati menu tradisional yaitu kalkun panggang, kentang, sayuran, dengan saus 'cranberry' berikut 'gravy' dan kue labu 'pumpkin pie'. Ini memang sudah jadi tradisi dari tahun ke tahun dan menjadi acara keluarga yang ditunggu. 

'Thanksgiving' juga menggerakkan migrasi yang cukup besar. Sekitar 58,4 juta orang Amerika bermigrasi dalam rangka 'mudik' untuk perayaan ini  (Forbes, 2018), dan termasuk satu dari migrasi terbesar di dunia setelah Imlek, Festival Musim Gugur, dan Lebaran di Indonesia. Ini pernah saya tulis dalam suatu artikel di Kompasiana. 

Perayaan Panen Di Belahan Dunia 

"Thanksgiving" sendiri memiiki arti syukuran untuk merayakan hasil atau pasca panen. Dengan demikian, "Thanksgiving" tidak terikat pada apa yang dirayakan oleh orang Amerika Utara. Juga, tak dikaitkan dengan perayaan agama tertentu. Ia berada pada konteks lokal dan kadang berkait dengan kepercayaan tertentu di wilayah tersebut. 

Di Inggris terdapat upacara dan perayaan pasca panen. Ini dimulai pada tahun 1843 ketika the Reverend Robert Hawker mengundang petani untuk merayakan 'thanksgiving' di gerja Morwenstow in Cornwall.

Pada saat itu, lonceng gereja dibunyikan setiap hari pada saat panen. Pada masa itu terdapat upacara jagung. Jagung dibuat boeka atau dihias sebagai bagian dari harapan sukses dan keberuntungan di panen yang akan datang. Kuda menarik kereta yang dihias dengan bunga dan pita aneka warna.

Di kalangan masyarakat Cina dikenal Festival Musim Gugur atau Festival Bulan 'Moon Festival". Untuk itu kue bulan menjadi makan khas yang mesti ada. 

Ilustrasi moon cake (styleasia.oneomega.com)
Ilustrasi moon cake (styleasia.oneomega.com)
Di Ghana dikenal upacara Homowo yang tiap tahun dirayakan pada bulan Mei. Perayaan ini dilakukan setelah masa kekurangan makan atau kelaparan terjadi. Di Accra, ibukota Ghana, ribuan orang berkumpul di pinggir jalan dan bernyanyi.

Festival Homowo (Foto : Africangallery.com)
Festival Homowo (Foto : Africangallery.com)
Di India dan wilayah Asia Selatan lain dikenal upacara Sukkot. Sukkot biasanya dilakukan di musim gugur.

Berbagai perayaan pasca panen lain dilakukan juga di wilayah pertanian, dengan kekhasan budaya dan jenis komoditas yang diproduksi. 

Di Indonesia sendiri terdapat berbagai perayaan pasca panen yang banyak di antaranya berasimilasi dengan budaya dan agama setempat. Ingat Sedekah Bumi dan Sedekah Laut yang ada di seluruh Jawa? 

Sedekah bumi ini adalah upacara adat yang melambangkan rasa syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi. Sementara Sedekah Laut upacara serupa untuk hasil laut. 

Sedekah Laut (Foto : Merdeka.com)
Sedekah Laut (Foto : Merdeka.com)
Di Temanggung, Jawa Tengah terdapat tradisi Nyadran Ngimbrang yang merupakan tradisi makan bersama sebagai wujud rasa syukur. Pembacaan doa menghadirkan kyai. Dalam upacara tersebut terdapat gunungan berisi buah dan sayuran yang diperebutkan oleh warga, dengan harapan mereka mendapat berkah di tahun berikutnya.

Nyadran Ngumbrang (Foto : m.antaranews.com)
Nyadran Ngumbrang (Foto : m.antaranews.com)
Di Mojowarno, Jombang, Jawa Timur terdapat tradisi Unduh Undung yang diselenggarakan Jemaah suatu Gereja Kristen Jawi Wetan untuk bersykur kepada Tuhan atas hasil panen dan hasil bumi. Hasil bumi dilelang dan dipaai untuk kebutuhan gereja dan kegiatan sosial.

Di antara masyarakat Bugis, terdapat upacara Mappadendang. Ini sebuah ritual merayakan panen yang dilakukan oleh Suku Bugis di Sulawesi Selatan. Upacara diselenggarakan dengan melakukan penumbukan gabah pada lesun yang terbuat dari kayu atau bamboo. Ritual tilakukan unuk menyucikan gabah sebelum menjadi beras dan siap dikonsumsi. Ritual ini dilakukan dengan menumbuk gabah pada lesung menggunakan kayu atau bambu.

Mappadendang (foto.: regional.kompas.com)
Mappadendang (foto.: regional.kompas.com)
Masyarakat Sunda di Jawa Barat mengenal ritual panen yang disebut Seren Tahun yang dilakukan setiap tahun oleh masyarakat setempat. Upacara dilakukan sebagai tanda berterima kasih kepada Tuhan.

Sebagian dari padi akan diserahkan kepada Ketua adat untuk disimpan ke Lumbung atau Leuit. Acara ini dimulai dengan pengambilan air di sumber yang dikeramatkan.

Di antaraa masyarakat Dayak dikenal Naik Dango. Ini adalah ritual pasca panen yang dilakukan masyarakat Dayak Kanayat. Upacara direncanakan oleh pemuka desa dan adat. Perayaan ini mirip Seren Taun yang diselenggarakan di Jawa barat. Penduduk akan menyerahkan padi yang masih dalam tangkai kepada para petinggi adat dan dimasukkan ke lumbung (dango). Selanjutnya tarian tarian akan digelar.

Naik Dango (Foto : David Metcaf, Nowjakarta.com)
Naik Dango (Foto : David Metcaf, Nowjakarta.com)
Di Jawa Timur, terdapat Methik yaitu selamatan di tengah sawan sebelum panen raya. Masyarakat akan melakukan ritual ke tengah jalan dengan mengenakan pakaian Adat Jawa. Pada puncaknya, mereka memasukkan padi ke dalam lumbun dengan iringan doa. Puncaknya adalah memasukkan pada ke dalam lumbung dan memanjatkan doa.

Terdapat upacara Penti di kalangan masyarakat Flores. Pada acara ini, ritual dilakukan di rumah utama desa dengan cara menyembelih hewan korban seperti ayam. Acara dilanjutkan dengan tari tarian. Setelah matahari terbenam, pemuka adat akan melakukan pengorbanan berupa dua ekor babi. Upacara ini bertujuan untuk meminta berkah Tuhan dan roh nenek moyang agar panen melimpah dan tak terjadi kegagalan.

Jadi, begitu banyak perayaan pasca panen di hampir semua wilayah Indonesia. Masyarakat Bali kita mengenal pesta panen padi yang biasanya terjadi pada bulan Mei sampai bulan Juni tiap tahunnya. Di Bantul ada pula perayaan Wiwitan. Masih banyak lagi upacara upacara itu. 

"Thanksgiving" dan Manfaat untuk Kehidupan Masyarakat 

Suatu studi "The social significance of Harvest Festivals in the countryside : an empirical enquiry among those who attend. Rural Theology oleh Walker, David Stuart (2009) mencatat bahwa selain memanjaatkan doa syukur dan memohon perlindungan Tuhan, upacara upacara itu membangun kebersamaan di antara keluarga dan handai taulan serta masyarakat di sekitarnya.

Lebih jauh, Walker membagi identitas kelompok yang terdampak oleh syukurn ini antara lain a) masyarakat desa dan penduduk asli pertanian, b) mereka yang gaya hidupnya bergeser dari kota ke desa, c) turis atau wisatawan, dan d) mereka yang hidupnya menjadi bagian dari kegiatan desa pertanian, oleh alasan pertemanan atau persaudaraan, keterkaitan wilayah atau 'mudik', misalnya.

Panen adalah saat dalam siklus tanaman yang membutuhkan paling banyak tenaga kerja. Jadi, festival pasca panen merupakan peringatan sosial untuk secara bersama merayakan hasil panen dan sekaligus mengharapkan kebaikan di masa tanam berikutnya.

Terdapat hal yang menarik yang juga beriringan dengan festival pasca panen. Beberapa di antaranya antara lain:

  • Adanya kunjungan keluarga atau anak dari kota ke desa untuk turut hadir dan berpartisipasi pada festival pasca panen. Ini bisa pula meibatkan peran agen perjalanan, persewaan mobil dan sebagainya. Artinya ada kegiatan ekonomi tambahan;
  • Kegiatan pemotongan ternak, dan proses ini pada dasarnya memanfaatkan ternak seperti sapi, babi, kambing, ayam, bebek, itik dan ternak lain untuk menjadi bagian dari konsumsi maupun produksi protein.
  • Kegiatan masak memasak dan seni kuliner. Memasak dan seni kuliner. Ini termasuk kegiatan membakar, mengoven, menggoreng, menanak, menyangrai, termasuk juga penggunaan teknologi seperti microwave.
  • Kegiatan mengawetkan makanan agar tidak cepat busuk. Ini termasuk kegiatan melakukan proses tertentu yang aman agar makanan dapat tahan lama dan dinikmati dalam keadaan yang terbaik.
  • Kegiatan menata makanan berarti menampilkan makanan untuk disuguhkan. Ini memerlukan seni tersendiri. Aspek budaya juga masuk dalam tugas ini.
  • Kegiatan di pengelolan sekolah atau pendidikan yang mengerjakan hal hal di atas

Yang juga penting, perayaan pasca panen bisa dipergunakan untuk mengevaluasi hasil panen dan mengembangkan inovasi agar panen di musim yang akan datang akan lebih baik.

Di Israel's Volcani Institute, suatu lembaga di bawah kementrian pertanian di Israel, misalnya, pengumuman atas hasil riset terkait metode pertanian organik untuk mengusir jamur kentang diumumkan pada peringatan sykuran hasil panen setempat.

Penemuan ini kemudian disebarluaskan. Adopsi teknik itu terbuktu mengurangi jamur yang ada di kentang. Ini membawa kesempatan dan harapan akan adanya panen yang lebih baik di masa depan. Beberapa upaya juga dikaitkan dengan adaptasi metode peningkatan produksi ternak dan susu sapi.

Di Vietnam, masyarakat di desa bersama sama mengumpulkan dana untuk perawatan dam air untuk mengairi sawah sawah pada perayaan syukuran. Ini dapat membantu menjamin agar ladang mereka cukup mendapatkan air pada masa tanam.

Masa pasca panen untuk juga dipakai masyarakat petani untuk mendiskusikan dan merencanakan ketahanan dan kedaulatan pangan. Laporan Bank Dunia dan FAO juga mencatat bahwa setelah masyarakat melakukan ritual pasca panen, para petani juga menghitung berapa kehilangan hasil produksi selama proses panen.

Bank Dunia, misalnya mencatat bahwa sekitar 50 sampai 70% dari hasil produksi sering kali hilang dalam proses pembersihan dan pengeringan. DI Sub Sahara Afrika, misalnya sekitar US $ 4 milliar dari hasil pertanian hilang setiap tahunnya.

FAO juga mencatat bahwa proses proses pembersihan dan transportasi pada pasca panen juga mempengaruhi hasil akhir.

Hilangnya hasil pertanian pada pasca panen tentu saja mengancam petani dan seluruh rantai nilai. Ini akan mengurangi keseluruhan pendapatan dan keuntungan.

Karena rasa terima kasih diungkspkan pula pada hasil laut, cakapan pada persoalan kesiapan bencana bisa pula masuk agenda. Ini bisa terkait kewaspadaan atas Tsunami dan lainnya. 

Jadi, sudah semestinyalah Kementrian Pertanian Indonesia juga memanfaatkan begitu banyak festival pertanian dan festival panen di wilayah Indonesia untuk upaya membangun ketahanan, keberlanjutan dan kedaulatan pangan petani. Apalagi sektor pertanian belakangan dinilai kurang dapat perhatian. Peristiwa ini juga bisa jadi bagian untuk menghitung 'supply' atau berapa yang diproduksi dan 'demand' atau berapa yang dikonsumsi.

Semestinya surplus beras import ribuan ton yang ramai dan membuat kadaluwarsa dan akan mendenda Kementrian Keuangan tidak harus terjadi. Itu adalah persoalan tata kelola import yang serius. 

Juga, sektor lain perlu memanfaatkan keuntungan adanya festival tersebut untuk mendorong sektor ekonomi yang terkait, termasuk di dalam sektor wisata, sektor ekonomi dan perdaganan dan juga sektor pendidikan. 

Pada saat yang sama masyarakat bisa siapkan kewaspadaan pada kemungkinan bencana.

Bagaimana menurut anda? 

Pustaka : Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun