Marah aku padamu. Geramku sampai pangkal kepala.
"Jangan!"
"Kumohon, Jangan!"
Dan kau terus memaksa.Â
Dulu, kusirami kau dengan cinta bermatahari, penuh cahaya. Kuberikan celah di rimbun-rimbun rambutku untuk matamu bicara pada Jubata.
Tak sekalipun kau ragu akan kehidupan karena aku dan kau satu tubuh, satu jiwa di Banua Talino.
Aku pelindungmu, kau penjagaku
Aku melimpahimu, kau memujaku.Â
Kita berdua lekat bermesra di dalam asap dan cawan sesembahan.
Setiap tiba masa panen, orang-orang kampung berpesta Uelanuk dan Ulet Samban.Â
Mereka angkat Gulai Kati dan Pasta Pasa' dalam kuali-kuali besar.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!