Di akar yang terdalam telah tertancap pesan tersembunyi.
Baginya, cinta hanyalah kecerobohan memberi nama.
Sementara kasih sayang semata sebuah kemurahan yang ia bisa.
Akhirnya lari menghilang ke rimba hukuman yang lebih suram, ia bersembunyi dalam kutukan sepanjang badan.
Ia lelaki pembangkang yang keras kepala, menyulap bahagia menjadi keterpencilan dalam serejam dan sekedipan mata.
*) Memang ini puisi picisan. Obat pusing jelang flue. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!