Untungnya, drummer perempuan tidak kekurangan panutan. Banyak perempuan drummer yang keren. Sebut saja Meg White of White Stripes, Karen Carpenter dan Moe Tucker dari Velvet Underground.
Moe Tucker saat ini sudah menjadi bagian dari warga senior. Namun ia dengan berani mengatakan bahwa ketika ia bermain drum, sering penonton tidak menyadari bahwa ia adalah seorang perempuan.
Ada juga Cindy Blackman yang bisa disebut sebagai diva drummer.
Ada yang menarik dari upaya drummer perempuan untuk eksis. Yo La Tengo memiliki drummer perempuan, Georgia Hubley. Untuk menyiasati peran drummer perempuan, Georgia juga menjadi vocalis. Ini membuat penonton menyaksikan ia sebagai penyanyi dan juga drummer.Â
Sebetulnya tak adil juga. Perempuan mencoba berbagai cara agar bisa diterima publik. "Saya melihat drum sebagai alat musik. Bukan alat ukur penampilan seseorang, dan bahkan penera bahwa ia perempuan atau laki-laki", demikian Georgia Hubley.
Pada akhirnya, berbagai studi menunjukkan bahwa ketika kesempatan dibuka lebar, dan tanpa stereotipi dan larangan, cukup banyak potensi perempuan drummer yang berprestasi.
Kontes 'Hit Like a Girl' pada tahun 2018 membuktikan betapa banyak perempuan peminat drum. Mereka menerima ribuan rekaman drum oleh perempuan.Â
Indonesia menjadikan musik sebagai bagian dari industri kreatif. Membuka kesempatan luas dan mendorong anak perempuan dan laki-laki secara adil akan menghasilkan potensi drummer profesional secara lebih optimal. Dan ini akan melahirkan pemusik, termasuk pemain drum andalan, tanpa melihat jenis kelamin mereka.Â
Pustaka: Satu, Dua, Tiga, Empat, LimaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H