Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Kisah Kasih Konsultan Politik dan Kliennya, 8 Alasan Saya Tak Percaya Denny Siregar

17 September 2019   14:48 Diperbarui: 10 Oktober 2019   07:15 2810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshoot dari video di IG@dennysiregar

Fahri Hamzah yang mendorong dorong revisi UU KPK lalu berkata seakan 'njeblosin Jokowi "Nah inilah yang menurut saya puncaknya, Pak Jokowi merasa KPK adalah gangguan", kata Fahri kepada wartawan (Kompas.com, 17 September 2019). Jahat engga? Sudahlah, dia bukan siapa siapa. Bukan wakil saya. 

UU KPK adalah undang undang yang kritikal. Yang kritikal tentu harus dibincang baik. 

Negara ini dipermalukan dengan segala kebodohan karena korupsi. Polisi minta duit di jalan. Lalu urus ini itu harus sediakan amplop. Kebakaran hutan yang asapnya ke negeri seberang. Jembatan dan jalan yang rusak. Jual beli jabatan.  E-KTP yang lama tak jadi, sementara urusan hak sipil warga ada di sana. BPJS dikorupsi. Apa lagi? Lha itu duit kita lho. DPR dan Presiden itu harus bertanggung jawab pada kita lha wong kita pilih. 

Jangan harap investor luar negeri datang, bila korupsi meraja lela. Padahal itu mimpi Jokowi. Mereka jijay menghadapi koruptor di semua jendela transaksi. Ini negara apa sih?

 Ini negaraku tercinta yang pemimpinnya terjerat kontrak politik DPR yang bakal pensiun dan tak berkuasa lagi di periode depan. Cuci cuci. Bersih bersih. 

Pak Jokowi, saya bukan mencla mencle lho ya. Tapi saya masih berharap Bapak akan berpihak pada kami yang memilihmu, menjagamu. Dan saya memungut harapan yang rontok jatuh berceceran entah di mana....

*)Tulisan ini adalah pengembangan dari apa yang tulis sebelumnya terkait mengapa saya sulit percaya kepada Denny Siregar.

Pustaka : Satu  Dua 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun